Siapa
sangka kalau di balik sosok Paulus, ada seorang guru yang darinya dia belajar banyak soal agama Yahudi? Ya, dia adalah Rabi Gamaliel (Kisah 22: 3).
Gamaliel adalah
sosok terkemuka di Sanhedrin, pengadilan tertinggi Yahudi. Dia adalah sosok pertama
yang mendapat gelar ‘Rabban’, yang merupakan asal kata ‘Rabbi’. Rabi adalah istilah
yang disematkan kepada seseorang yang memiliki pendidikan tinggi saat kemunculan sekolah seperti Hillel dan Shammai.
Banyak yang
mengira kalau Gamaliel adalah cucu dari Hillel. Tapi faktanya dia mendirikan sekolahnya
sendiri. Kitab Talmud mengklaim kalau rumah Gamaliel dijadikan sebagai rumah belajar
Taurat dan telah mengumpulkan sebanyak 500 orang untuk belajar kebijaksanaan Yunani.
Di masa itu,
Gamaliel diibaratkan seperti Billy Graham yang banyak berkonsultasi dengan para pemimpin negara, saat itu dengan para raja dan ratu.
Gamaliel adalah
salah satu dari beberapa orang Farisi yang mengumpulkan ulasan soal Perjanjian Baru
(Kisah Para Rasul 5: 34-39). Dia bahkan meminta supaya konstituen Yahudi-nya membiarkan
para pengikut Yesus. “Karena itu aku
berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah
mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan
lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan
orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." Nasihat itu diterima.” (Kisah Para Rasul 5: 38-39)
Karena nasihat
inilah maka gereja mula-mula bahkan mengira kalau Gamaliel adalah seorang Kristen yang dianutnya secara diam-diam.
Lalu apakah pemikiran bijaksana Gamaliel ini kemudian mempengaruhi Paulus? Dalam beberapa kasus, semua guru pasti akan mempengaruhi siswanya. Tapi dalam perjalanan hidupnya, Paulus memang menjadi pribadi yang getol membunuh para pengikut Yesus (baca Kisah 8: 1-3; 9: 4-5; 22: 4; 22: 7-8; 26: 14-15; 1 Korintus 15: 9; Galatia 1: 13). Guru dan murid ini benar-benar begitu berbeda.
Baca Juga :
Dipanggil Sebagai Penginjil, Inilah 6 Fakta Soal Rasul Paulus yang Ditulis dalam Alkitab
Paulus, Si Teroris yang Bertobat
Kalau kita
perhatikan, keduanya jelas-jelas sangat berbeda. Kalau Paulus digambarkan sebagai
sosok yang begitu radikal maka Gamaliel adalah sosok yang begitu toleran. Meski
begitu, Paulus memang sama sekali tak pernah mengklaim bahwa Gamaliel adalah
gurunya. Dia juga gak pernah menyebut nama Gamaliel dalam surat-suratnya, bahkan
saat dia mengutip kredensial Yahudinya (Filipi 3: 4-6). Saat Paulus membanggakan
dirinya, dia malah tidak membanggakan pendidikannya melainkan perbuatannya (2 Korintus 10: 13).
Satu hal
berharga yang pastinya bisa kita petik dari tindakan Gamaliel adalah bahwa dia bertindak
sebagai pemimpin yang bijaksana. Dia memilih untuk menelaah suatu kasus secara lebih
mendalam sebelum bertindak dengan gegabah seperti Paulus, yang saat itu masih bernama
Saulus.
Nasihatnya yang
disampaikannya akhirnya terbukti sampai hari ini. Terbukti bahwa gereja berasal
dari Allah. Karena itu gereja tak pernah lenyap sekalipun dia berusaha dilenyapkan
oleh orang-orang Farisi.