Tak
disangka, founder bisnis kuliner Shirokuma Michelle Widjaja akhirnya memiliki 8 gerai Shirokuma yang berlokasi di sekitaran wilayah Jabodetabek.
Apa itu Shirokuma?
Nama ini diambil dari bahasa Jepang yang merupakan hidangan penutup atau dessert ala Jepang. Bukan hanya menjual dessert saja, tapi Michelle menyulap Shirokuma lebih seperti kafe dimana para pembelinya bisa menikmati dessert mereka dengan nikmat dan nyaman.
Shirokuma sendiri
mulai dibangun sejak tahun 2014 silam, dimana gerai pertama yang dibuka berlokasi di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Kisah perjalanan
sukses Shirokumanya ini pun cukup sederhana. Michelle menuturkan bahwa ide membangun
bisnis kuliner Jepang ini dimulai saat dirinya liburan bersama dengan teman-temannya
ke Jepang, termasuk mengunjungi kota Kyoto. Sebagai penyuka es krim Green Tea
Matcha, dia mengaku Kyoto adalah pusat dari matcha sehat terbaik di dunia. Lalu terbersitlah ide untuk menghadirkan es krim sehat ala Jepang di Indonesia.
“Kembali ke
Indonesia, aku mau menyantap lebih banyak lagi es krim green tea matcha. Tapi aku
tak menemukannya dimanapun di Indonesia. Jadi aku berpikir, “Kenapa nggak membuat es krim Jepang ku sendiri?” Itulah awal aku membangun Shirokuma,” terang Michelle.
Di gerai-gerai
Shirokumanya, Michelle tak hanya menjual es krim Jepang. Tapi dia juga menjual kue
kering Jepang berkualitas tinggi. “Terus ke sini, tentu menu Shirokuma makin
beragam. Sekarang sudah ada lebih dari 70 menu yang kami tawarkan dan sebagian besar
menu makanan penutup. Kalau bisa dibilang, Shirokuma ini menawarkan pencuci mulut
yang beragam bentuknya. Kami desain makanan penutup seunik dan semenarik mungkin,” ucap wanita kelahiran 1989 ini.
Dia pun membanderol setiap menu Shirokuma mulai dari harga Rp 15.000 – 45.000 per porsi.
Ilmu Pemasarannya jadi Modal Penting Kemajuan Shirokuma
Sebagai lulusan
sarjana dalam bidang Pemasaran dan Keuangan dari Universitas New South Wales
dan juga lulusan Master dari Istitutpo Marangoni, sekolah swasta fasyen dan design
Italia, dan juga diploma pastry dari Le Cordon Bleu Sydnet, Michelle benar-benar
menguasai seluk beluk pemasaran dan bisnis kuliner. Dengan ilmu sarjananya, dia menangani sendiri pemasaran bisnis Shirokumanya.
Apalagi dia
mengaku bahwa sejak kecil dirinya memang sudah bercita-cita jadi pengusaha dan
membangun bisnis sendiri. “Aku mau punya restoran sendiri. Aku besar dengan pemikiran
bahwa aku harus jadi pengusaha. Waktu aku masih SD, aku menjual kue ke
teman-temanku. Aku sering bermasalah dengan guru karena kebiasaanku menjual kue.
Sebagai pengusaha muda, aku harus berani ambil resiko. Kalau kamu takut gagal, kamu
perlu mengubah pola pikirmu. Adalah sebuah kegagalan kalau kamu harus menyerah. Jangan takut melakukan kesalahan, belajarlah dari kegagalan itu,” terangnya.
Dari Michelle
Widjaja kita belajar bahwa mencapai mimpi atau cita-cita tidak bisa dilakukan dalam
waktu sehari. Tapi butuh puluhan tahun untuk mencapai kesuksesan itu. Ketekunannya
melakukan apa yang dia suka sejak kecil akhirnya membuahkan hasil seperti saat
ini. Kini, Shirokuma jadi salah satu nama yang banyak dikenali oleh orang-orang,
khususnya di ibu kota. Dan Michelle terus giat mengembangkan bisnis ini dan menjadikannya
sebagai sebuah tempat yang banyak dicari oleh mereka para penyuka dessert Jepang.
Apakah dari
kisah sukses ini kamu terinspirasi untuk membangun bisnismu sendiri? Yuk, ikuti
langkah sukses Michelle. Ingat jangan pernah takut gagal dan teruslah mencoba tanpa
menyerah ya!