Salutnya Sama Anak-anak Muda Ini, Pakai Masa Single Demi Cerdaskan Anak-anak di Pedalaman
Sumber: detik.net.id

Single / 1 May 2018

Kalangan Sendiri

Salutnya Sama Anak-anak Muda Ini, Pakai Masa Single Demi Cerdaskan Anak-anak di Pedalaman

Lori Official Writer
2835

Kenyamanan hidup di kota besar seringnya membuat kita terlena dan menutup mata dengan kondisi masyarakat yang hidup di pelosok-pelosok. Sebagai anak muda perkotaan, kita lebih suka tinggal di rumah yang nyaman; pakai AC, punya listrik, punya sambungan internet, bisa jalan-jalan ke mall dan menikmati café-café terbaru yang ada.

Hampir sebagian besar anak muda perkotaan bercita-cita jadi pegawai kantoran, pengusaha atau kerja di kantor pemerintahan yang bergengsi. Atau ada banyak dari kita anak muda lebih suka liburan ke tempat-tempat seru dan beken, seperti Universal Studio dibanding pergi ke pelosok Papua atau Flores yang gersang dan panas. Hanya sedikit diantaranya yang mungkin rindu berkunjung ke pedalaman daerah, mengajar atau jadi guru di sana.

Tapi anak-anak muda ini punya cara dan sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan anak muda lainnya. Sekalipun mereka mengecap pendidikan tinggi, tapi hasrat mereka untuk membagi ilmu kepada sesama sangatlah besar. Sekalipun mereka terlahir di kota-kota besar yang menawarkan kenyamanan, tapi jiwa mereka yang masih sangat muda rindu untuk membagikan pengetahuan yang mereka punya untuk anak-anak negeri di pedalaman tanah air.

Seperti Indri, misalnya, adalah salah satu guru muda yang berani melangkah dari hidup nyamannya. Dengan berapi-api, dia dan timnya berangkat ke Desa Edagotadi, Kabupaten Deiyai, Papua demi mengajar anak-anak yang butuh pendidikan di sana. Di sana mereka mengajar di SMP Satu Atap YPPK Edagotadi.

Walaupun desa ini benar-benar miskin, kekurangan sumber air dan tak punya sambungan listrik sama sekali. Namun Indri dan kawan-kawannya tak mau menyerah. Mereka menjalani panggilan tersebut dengan memegang teguh panggilan yang ada di dalam hati mereka yaitu mencerdaskan anak-anak Papua.

Begitu juga dengan gadis 24 tahun bernama Naomi Nifu. Di usianya yang masih sangat muda, gadis asal Kupang Amarasi, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memilih memberikan hidupnya sebagai pengajar di SD Yayasan Pendidikan Guru Indonesia (YPPGI) Nambune, Distrik Prime, Kabupaten Lanny Jaya.

Naomi bahkan bersyukur, meskipun masih muda tapi dia sudah diberikan kepercayaan untuk mengajar di sekolah itu. Menurutnya perjalanan itu adalah sebuah rencana Tuhan.


Ada Ervan, pria muda asal kota Malang yang terpanggil mengajar di pedalaman Sumba Timur. Di sana, Ervan memulai perjuangannya mengajar anak-anak SD Masehi Billa.

Daerah itu benar-benar jauh dari kata nyaman. Dia bahkan harus hidup serba terbatas. Buat tinggal pun Ervan hanya bisa menempati salah satu ruang perpustakaan sekolah. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pun Ervan harus lebih dulu menempuh perjalanan selama 6 jam. Dia bahkan sangat kesulitan berkirim kabar ke keluarganya lantaran fasilitas internet, listrik dan telepon benar-benar tak ada.


Sekalipun begitu, tak satupun dari mereka yang menyerah dan pulang. Mereka menyelesaikan tugas dan panggilan itu sampai tuntas. Mereka benar-benar memberikan waktu, masa-masa muda yang penuh mimpi untuk mengajar selama setahun lebih demi anak-anak di berbagai daerah terpencil ini.

Waktu anak muda perkotaan mungkin sedang asyik-asyiknya nonton di bioskop, mereka malah berjuang membaca di tengah kegelapan tanpa aliran listrik. Waktu anak muda perkotaan mungkin sedang asyik liburan ke tempat-tempat wisata ngetren, mereka mungkin sedang menyusuri lembah demi mendapat setetes air bersih untuk minum. Dan saat anak muda perkotaan berlomba meraih mimpi jadi orang-orang hebat, Indri, Naomi, dan anak muda lainnya berjuang untuk mengentaskan buta huruf, mengajar baca tulis dan melatih anak-anak pedalaman di luar sana soal pendidikan karakter.

Masa-masa muda mereka seharusnya dipakai untuk menikmati beragam fasilitas menyenangkan di kota-kota besar. Tapi anak muda ini memilih menyatu dengan kehidupan sederhana di pedesaan.

Kita patut berbangga karena masih punya anak muda yang punya hati untuk melayani dan bermimpi mengubah nasib anak-anak di pedalaman negeri. Semoga kita terinspirasi dan mau bergerak untuk melakukan sesuatu yang berguna buat bangsa kita, mumpung kita masih muda dan single.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami