Doa tak kunjung terjawab? Mungkin Kita Salah Meminta
Sumber: tqn.com

Kata Alkitab / 26 March 2018

Kalangan Sendiri

Doa tak kunjung terjawab? Mungkin Kita Salah Meminta

Trotoni AJa Contributor
5520

Yakobus 4:2-3

Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.


Seringkali kita merasa seolah-olah Tuhan tidak mau mendengarkan doa-doa dan permohonan kita. Ketika kita merasa membutuhkan sesuatu dan kita sudah berjuang keras untuk itu bahkan kita juga berdoa terus-menerus agar hal tersebut diberikan kepada kita namun seolah-olah Tuhan tidak peduli. Padahal tanpa kita sadari semuanya adalah karena kesalahan kita sendiri dalam meminta.

Kesalahan tersebut adalah menempatkan keinginan daging sebagai sebuah kebutuhan. Ketika keinginan yang salah tersebut ditempatkan sebagai kebutuhan, maka manusia akan berusaha untuk memenuhi ‘kebutuhan’ tersebut dengan segala cara.

Padahal, jika direnungkan sedikit lebih dalam, sebenarnya kita tidak perlu bersusah payah untuk memenuhi apa yang ‘benar-benar kebutuhan’. Jadi, ketika kita merasa sudah bersusah payah memperjuangkan sesuatu tetapi selalu gagal, mungkin saja itu keinginan daging kita. Kenapa? Karena Tuhan tidak pernah mempersulit pemenuhan kebutuhan kita yang sesungguhnya.

Ya, Tuhan sama sekali tidak pernah menghambat kita untuk memenuhi kebutuhan kita. Jangankan mempersulit, menunda pun tidak akan dilakukan-Nya. Justru sesungguhnya jauh sebelum kita berusaha, Dia pihak pertama yang sudah mengetahui pasti kebutuhan kita. Dia yang sudah menyediakannya bagi kita.

Ketika masih SD, suatu kali di halaman sekolah saya memperhatikan dua jenis tumbuhan yg berbeda, sekuntum bunga berwarna merah yang indah dan setangkai rumput ilalang dengan bulu-bulu putih. Kemudian datanglah seekor kupu-kupu kekuningan yang langsung hinggap di atas bunga tersebut, tampaknya si kupu-kupu sama sekali tidak tertarik untuk hinggap di atas tangkai rumput ilalang yang ada di samping bunga tersebut. Saat itu hati kecil saya merasa bahwa Tuhan sudah berlaku kurang adil terhadap kedua tumbuhan yang sama-sama ciptaan-Nya. Kenapa hanya bunga tersebut yang diberi bentuk dan warna yang indah? Kenapa hanya si bunga yang boleh serbuk sari yang membuat kupu-kupu tertarik untuk mendekat?

Pertanyaan yang disertai protes kecil itu tidak kunjung terjawab dan terus tertanam di relung hati saya, hingga saya masuk SMP dan akhirnya di sebuah kelas biologi Tuhan memberikan jawaban kepada saya.

Faktanya adalah, bunga tersebut diberikan keindahan yang lebih karena dia memang membutuhkan keindahan tersebut untuk melakukan proses kembang biak. Bunga tersebut membutuhkan bantuan kupu-kupu untuk melakukan penyerbukan. Dan untuk menarik sang kupu-kupu bunga tersebut membutuhkan bentuk dan warna yang indah serta serbuk sari. 

Lain halnya dengan rumput ilalang bertangkai kecil berbulu-bulu putih, ternyata untuk berkembang biaknya tidak membutuhkan bantuan kupu-kupu. Dia hanya memerlukan hembusan angin agar bulu-bulu putih yang ternyata adalah bijinya tersebut melayang dan jatuh di tempat lain kemudian tumbuh menjadi rumput yang baru.

Ya, ternyata semua keistimewaan yang dimiliki oleh bunga itu bukanlah sekedar aksesoris semata, bukan alat untuk pamer, bukan pembeda antara si bunga dan si rumput, melainkan sarana untuk menyamakan kemampuan keduanya dalam hal pemenuhan kebutuhan berkembang biak.

Sering kali kita pun mengalami hal yang sama, bahkan kita menempatkan diri sebagai si rumput. Kita melihat diri kita berbeda dengan si bunga. Kita tidak memiliki keindahan rupa dan warna yang menarik. Kita tidak memiliki serbuk sari yang menarik kupu-kupu. Kita terus memandang perbedaan tersebut dari satu sisi sampai akhirnya kita merasa bahwa kita juga membutuhkan bentuk, warna, dan tampilan yang sama seperti si bunga.

Nah, ketika sudah sampai pada keadaan seperti ini, kita pun berusaha untuk memiliki keistimewaan bunga. Kita lakukan segala cara tetapi selalu gagal. Kita berusaha dan berdoa tetapi tidak juga berhasil. Ya, karena sesungguhnya kita memang tidak membutuhkan keistimewaan tersebut. Kita mengeluh, kita semakin menjauhkan diri dari Tuhan karena kecewa. Padahal, tanpa kita sadari Tuhan sudah berikan buat kita angin sepoi-sepoi yang sejuk dan cukup untuk menghembus dan menerbangkan biji-biji berbulu putih kita kemudian mendaratkannya di atas tanah yang subur.

Kasih Tuhan sangat luar biasa, bahkan ketika kita meninggalkan-Nya, Dia tetap setia memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita yang sesungguhnya.

Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.

Halaman :
1

Ikuti Kami