Beberapa hari
lalu, tanteku menuliskan postingan di Facebooknya. Intinya, dia mengungkapkan rasa
sedihnya sebagai anak yang tinggal jauh dari orangtuanya (yaitu kakek nenekku)
yang sudah tua. Dia menyampaikan andai kata dia bisa dekat dengan mereka, dia pasti bakal merawat mereka dengan sepenuh hati.
Kondisi fisik nenek yang sudah renta membuat hatinya iba. Karena siapa lagi yang bisa merawat kalau sewaktu-waktu mereka jatuh sakit kalau bukan anak-anaknya. Dari postingan ini, aku bisa merasa ada kasih sayang yang besar di hati tante sebagai anak ke orangtuanya.
Baca Juga :
Apa kamu pernah
kepikiran begitu soal orangtuamu? Kamu mungkin tinggal jauh dari orangtua dengan
alasan kuliah ke luar kota, tinggal merantau bareng keluarga kecilmu, atau ditempatkan
kerja jauh dari rumah. Jarak jadi pemisah terbesar antara kamu dan keluargamu. Tapi
syukurlah, dengan adanya fasilitas teknologi seperti ponsel dan internet bisa memudahkan kita terkoneksi kapan saja dengan mereka.
Sebagai perantauan,
apakah kamu sudah benar-benar memanfaatkan teknologi ini dengan baik? Berapa sering
kamu menelepon orangtuamu? Atau apa kamu justru ngerasa malas dan nggak punya
waktu hanya sekadar mendengar suara ibu atau ayah dari speaker telepon atau melihat wajah mereka dari layar video call ponselmu?
Dalam
sebuah perbincangan dengan sekelompok anak dan juga orangtua, ditemukan beragam
respon kenapa anak jarang menelepon orangtuanya dan alasan kenapa anak harus menelepon orangtuanya.
Ada beberapa
alasan yang sering membuat anak malas atau lupa menelepon orangtuanya. Beberapa diantaranya mereka suka berkilah.
“Ya kan sudah jadi kewajiban orangtua untuk menelpon anaknya lebih dulu.”
"Ahh….Aku sibuk sekali mengurus anak-anakku.”
“Aku banyak kerjaan di kantor. Jadi nggak punya banyak waktu menelepon mereka.”
“Akum alas kalau tiap kali menelpon mama, dia pasti bakal mencurahkan semua masalahnya ke aku. Aku muak dengan kebiasaan itu.”
“Waktu cepat berlalu dan aku suka lupa untuk menyempatkan waktu menelepon mereka.”
Ada ribuan alasan
lain yang mungkin akan disampaikan anak yang jarang menelepon orangtuanya. Tapi
seandainya anak tahu kalau semua orangtua suka berbincang-bincang dengan anaknya,
seenggaknya hanya mendengar suara anaknya dan memastikan apa mereka baik-baik saja di perantauan.
Tahukah kamu
kalau ternyata, jarang menelepon orangtua itu adalah kesalahan paling fatal dari anak. Kenapa? 10 alasan ini bakal bikin kamu terenyuh.
1. Riset menemukan bahwa orangtua yang jarang ditelepon anak anak mengalami penurunan kesehatan.
Menurut riset yang dilakukan oleh Universitas California, San Fransisco ini menemukan bahwa orangtua yang kurang diperhatikan oleh anak akan berdampak pada kesehatan mereka. Hal ini terjadi karena orangtua akan cenderung merasa kesepian, kondisi fisik yang semakin menurun dan memudahkan mereka terserang penyakit seperti pikun, depresi, kardiovaskuler dan sebagainya.
Baca Juga :
2. Orangtua ingin selalu memastikan anak baik-baik saja
Khususnya bagi
anak-anak kuliahan yang jauh dari orangtua, kamu harus tahu kalau saat kamu terpisah
jauh dari rumah setiap detik orangtuamu akan terus kepikiran. Mereka selalu ingin
tahu bagaimaan kondisimu di tempat kosan, keseharianmu di kampus dan terlebih kondisi
kesehatanmu. Karena itulah mereka selalu berharap anaknya bisa kasih kabar atau seenggaknya meyakinkan kalau kamu baik-baik saja.
3. Mereka ingin terus terhubung dengan anaknya karena waktu hanya akan terus membuat mereka semakin tua dan kehabisan kesempatan bersama anak-anaknya.
Setiap anak
pasti nggak pengen orangtuanya bertambah tua dan kehilangan kemampuan berkomunikasi.
Tapi cepat atau lambat seiring waktu, orangtua kita akan terus menua. Mereka bahkan
anak kehilangan kemampuan mengingat dan berkomunikasi yang baik. Bayangkan bagaimana
rasanya kalau suatu saat kamu nggak punya kesempatan lagi bisa berkomunikasi dengan
mereka. Karena itu, selagi ada waktu teleponlah mereka sesering mungkin. Buat mereka merasa dicintai dan diperhatikan.
4. Bukan karena malas atau lupa, orangtua enggan menelepon lebih dulu karena takut menganggumu.
Aku mengalami
hal ini juga. Orangtuaku memang terbilang jarang meneleponku kecuali karena hal
yang genting aja. Aku pun sempat kesal dan menuduh kalau mama dan papaku nggak
sayang sama aku. Tapi setelah dipikir-pikir, bisa saja memang mereka enggan untuk
lebih dulu menelepon anaknya karena takut menganggu. Bisa saja mereka juga nggak enakan sama anaknya.
5. Menerima telepon dari anaknya dan mendengar anak bilang, “Aku rindu mama. Gimana kabar mama?’ adalah hal yang paling membahagiakan orangtua.
Sama kayak pacar
kamu menelepon dan bilang, “Aku rindu kamu.” Begitulah rasa bahagia yang
dirasakan orangtua waktu anaknya menghubungi mereka. Mereka nggak perlu uangmu
atau hadiah paling mahal darimu. Tapi orangtua hanya perlu tahu kalau mereka berharga buat hidupmu.
Kadang
kala, anak hanya menelpon orangtuanya hanya karena butuh aja. Alasannya pun bisa
karena butuh uang, butuh bantuan merawat anaknya atau butuh bantuan untuk
hal-hal tertentu. Tapi betapa bahagianya orangtua waktu anaknya menelepon dan
bilang ‘Aku sayang sama mama/papa’, tanpa punya motivasi lain yang membuat orangtua
hanya tempat untuk mencari pertolongan saja.
Sebagai anak
yang masih dikarunia kesehatan atas orangtua kita, mari memakai waktu yang ada untuk
membalas semua cinta dan perjuangan orangtua untuk kita. Jangan sampai kita
menyesal karena kehilangan kesempatan.