Sebagai manusia,
kita tak menafikan kalau secara naluriah kita hanya akan percaya pada sesuatu kalau
sudah melihat buktinya secara kasat mata. “Seeing is believing!” demikian ungkapan
yang familiar kita dengar. Sayangnya, sifat ini sama sekali nggak berlaku dalam iman kekristenan.
Kita mengaku
adalah orang-orang percaya. Tapi benarkah kita sudah percaya sepenuhnya kepada Tuhan?
Apa sih menurut kamu arti dari percaya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa
belajar tentang apa itu ‘percaya’ sepenuhnya dari film animasi klasik ‘The Polar Express’ ini.
Menurutku, film
Natal The Polar Express adalah sebuah film yang berkisah tentang sebuah perjalanan
iman. Meskipun film ini menampilkan soal perjalanan menemukan Santa Claus di Kutub
Utara, tapi sebenarnya kalau kita cermati lebih dalam film ini sebenarnya bicara soal percaya di dalam iman.
Di film ini
dikisahkan tentang seorang bocah laki-laki yang setiap kali Natal tiba, dia sama
sekali tak percaya kalau sosok Santa Claus itu nyata. Ketidakpercayaan inilah yang
membuatnya tak dapat mendengar bunyi lonceng Natal. Sampai tiba pada suatu
malam Natal, deru suara kereta The Polar Express membangunkannya dari tidur. Merasa
penasaran, bocah laki-laki ini keluar dan mendapati kereta berhenti tepat di depan rumahnya.
Di tengah suhu
udara yang begitu dingin menusuk, seorang kondektur kereta keluar dan mengajaknya
masuk. Ada perasaan untuk tak ingin menaiki kereta itu. Tapi sesuatu yang besar
dari dalam memaksanya untuk melakukan perjalanan aneh di tengah malam buta. Tanpa
sadar dia bahkan menemukan sebuah tiket asli di dalam sakunya, sebuah tiket undangan untuk hadir di kediaman Santa Klaus di malam sebelum Natal.
Dari perjalanan inilah kita bisa memetik beberapa pelajaran soal percaya yaitu:
1. Kepercayaan Melenyapkan Keraguan
Di dalam
film ini, kita bisa menyaksikan sosok bernama Hobo. Dia berulang kali berusaha membuat
bocah laki-laki itu supaya tak percaya soal kisah Santa Claus. Tapi semakin dia
merasa ragu, semakin kuat keinginannya untuk menemukan jawaban dari semua keraguan ini. Dan ketika dia sudah menemukan jawaban itu, semua keraguannya pun sirna.
2. Keyakinan membawa kita pada kebenaran yang dapat dipercaya
Dalam beberapa
adegan, keraguannya membuat sang bocah tak mudah mempercayai orang lain,
termasuk gadis kecil yang ditemuinya di dalam kereta. Beberapa kali, dia harus meyakinkan
sang gadis apakah pilihannya benar atau tidak. Percaya, saat mereka berada di ruang
kemudi dan kedua saat mereka hendak memasuki sebuah ruangan besar. Tapi dengan mantap, sang gadis teguh dengan keyakinannya bahwa pilihannya benar.
Hal inilah yang
perlahan-lahan melunturkan keraguan sang bocah laki-laki itu. Jadi, kepercayaan ini timbul dari keyakinan kita yang teguh.
3. Kepercayaan muncul ketika kita mau mengambil langkah membuka hati untuk Tuhan
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11: 1)
Sekalipun bunyi
lonceng berkumandang dimana-mana, tapi bocah laki-laki itu sama sekali tak bisa
mendengar. Kenapa? Karena dia nggak percaya dengan kemustahilan yang dia dengar
soal Santa Claus. Tapi ketika sebuah lonceng dari baju kebesaran sang Santa copot
dan terhempas di depannya, dia mengambilnya dan mencoba membunyikannya. Tapi taka
da suara sapa-apa yang terdengar. Yang terdengar justru sebuah gema keraguan. Saat
itulah dia harus mengambil keputusan untuk percaya atau tidak. Dia harus memilih
apakah dai percaya kalau Santa itu nyata, atau dalam hal ini apakah dia percaya
kalau Natal itu adalah soal kasih dan kebaikan Tuhan? Atau apakah dia percaya saja meskipun dia nggak melihat kenyataannya?
Akhirnya, dia pun percaya dan berulang kali mengakui bahwa dia memilih untuk percaya saja. Saat itulah dia mulai bisa mendengar lonceng dari bel itu berbunyi indah di telinganya.
Baca Juga : Tuhan Nggak Pernah Meninggalkanmu, Percayalah!
Pelajaran yang
tak kalah penting dari film ini adalah bahwa semua orang, bahkan yang tak
percayapun, diberikan kesempatan untuk mengalami perjalanan menemukan kebenaran dari keraguannya dengan tiket perjalanan gratis.
Buat kamu yang
sudah menonton film ini, kamu akan ingat bahwa semua anak yang ikut dalam perjalanan
kereta The Polar Express mendapat masing-masing satu tiket. Tanpa tiket, mana tak
satupun dari mereka yang ikut akan diperbolehkan untuk pergi ke Kutub Utara. Tiket
ini jadi salah satu benda penting yang disoroti di dalam film. Karena tiket melambangkan soal hadiah.
Kita tahu setiap
anak yang ikut dalam perjalanan ini adalah orang-orang terpilih. Karena itulah mereka
mendapatkan masing-masing tiket dengan kode yang berbeda dan bahkan didapatkan
secara gratis. Itu artinya mereka diberikan izin untuk bisa ikut dalam perjalanan itu.
Bukankah hal ini sama seperti keselamatan yang kita terima? Kita diberi hadiah untuk bisa mengalami perjalanan luar biasa bersama Tuhan lewat kelahiran dan kematian-Nya di kayu salib. Keselamatan itu bahkan diberikan secara gratis.
Baca Juga : Sebuah Petualangan Iman
Percaya karena
melihat hanyalah sifat naluriah kita sebagai manusia. Tapi dalam iman kekristenan,
kita dituntut untuk percaya sekalipun tak melihat. Saat kamu mengambil langkah itu,
maka terobosan akan terjadi.
“Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yohanes 20: 29)