Beberapa hari
lalu Irak baru saja dilanda gempa yang cukup hebat, 7.3 skala richter. Gempa ini
bahkan menewaskan lebih dari ratusan orang. Gempa ini terjadi tepat di perbatasan bagian utara Irak dan Iran.
Namun tampaknya bencana alam ini tak jadi penghalang bagi warga di provinsi Niniwe untuk melakukan pemulihan keadaan pasca tumbangnya kekuasaan kelompok teroris ISIS dari wilayah itu.
Baca Juga : Gereja-gereja di Baghdad Harus Ditutup Sejak Arus Pengungsi Meningkat di Irak
Sebagaimana
dikabarkan, warga Muslim Niniwe tergerak untuk membangun kembali gereja terbesar
kedua di Timur Tengah sebagai cara untuk memanggil kembali umat Kristen kembali ke Irak.
Seperti
dikutip dari Christiandaily.com, pada
9 November 2017 lalu, warga Muslim Irak dari Mosul datang dengan sukarela untuk
membantu renovasi Gereja Katolik Chaldean di Talkif, Irak Utara. Mereka mulai membersihkan
puing-puing gedung akibat perang besar yang terjadi sebelumnya. Mereka juga mengganti lonceng gereja.
“Puluhan relawan
muda Muslim dari kota Mosul ikut dalam renovasi Gereja Katolik Chaldean di
pusat sistrik Talkif, gereja terbesar kedua di negara bagian dan wilayah itu,” ucap Musallam Fadel al-Hayali, seorang aktivis Muslim.
Dia menegaskan,
renovasi gereja ini bertujuan untuk membawa kembali umat Kristen pulang ke Irak
dan kembali menjalani kehidupan seperti biasanya, termasuk beribadah dengan aman dan tentram.
Sebagaimana diketahui, kedatangan ISIS ke provinsi Niniwe dua tahun belakangan ini jadi awal kehancuran kota Kristen terbesar di Irak itu. Banyak umat Kristen yang terpaksa harus melarikan diri ke luar wilayah Irak. Meskipun ISIS telah dipastikan meninggalkan wilayah itu, namun umat Kristen Irak masih enggan untuk kembali.
Baca Juga : Umat Kristen Irak Beribadah di Gereja yang Dirusak ISIS
Lembaga HAM
juga sempat melaporkan bahwa keengganan umat Kristen Irak kembali ke kampung halamannya
terjadi karena kondisi kehidupan yang buruk di kampung halaman mereka. Selain itu,
mereka juga menilai bahwa tak ada lagi harapan hidup di negara itu karena semuanya
hanya tinggal puing-puing sisa perang.
Namun pemerintah
Irak secara resmi telah menargetkan untuk membawa pulang semua pengungsi sebelum
akhir tahun 2017 ini. Mereka juga berencana melakukan kampanye untuk merebut
kembali sisa wilayah yang masih dikuasai ISIS di wilayah bagian barat Anbar.