Ratusan warga Kristen yang tinggal di kawasan kumuh Yugan di
provinsi Jiangxi akhirnya menukarkan poster Yesus yang ditempelkan di
rumah-rumah mereka dengan gambar presiden Xi Jinping. Mereka yang bersedia menukarkan poster itu kemudian diberikan bantuan kemiskinan dari pemerintah.
Sebagai daerah yang ditinggali oleh mayoritas warga Kristen, pemerintah
China diduga melakukan cara ini untuk mengubah kepercayaan warga setempat dan beralih untuk mempercayai partai komunis sebagai penguasa di negara ateis itu.
Banyak warga yang diminta untuk mencopot poster Yesus serta berbagai
ikon keagamaan lainnya dari rumah-rumah mereka dan menggantikannya dengan memasang
gambar Presiden Xi. Kemiskinan yang semakin membelit warga di desa ini tampaknya berhasil meruntuhkan iman warga setempat.
Menurut laporan, lebih dari 600 penduduk desa dengan sukarela
memenuhi keinginan pemerintah setelah kunjungan dari kader partai Komunis pada akhir pekan lalu.
Sementara Qi Yan, ketua kongres rakyat dan penanggung jawab program
pengentasan kemiskinan di kota Huangjinbu mengatakan kalau program pengentasan kemiskinan ini memang sudah dijalankan sejak bulan Maret lalu.
Dia menegaskan program ini memang fokus untuk membantu warga
miskin meringankan beban material mereka. Apalagi ada banyak keluarga miskin
yang menghadapi masalah kesehatan. Kondisi ekonomi yang menyedihkan membuat mereka hanya bisa mengandalkan Yesus untuk menyembuhkan penyakit.
“Banyak orang pedesaan tidak tahu apa-apa. Mereka pikir Tuhan
adalah penyelamat mereka…Setelah pekerjaan kader kita, mereka akan menyadari
kesalahan dan pemikiran mereka: Kita harusnya tak lagi bergantung pada Yesus, tapi meminta bantuan dari partai,” ucap Qi Yan.
Liu, seorang warga di Yugan mengatakan bahwa dalam beberapa bulan
ini banyak penduduk desa sudah diberitahukan untuk mencopot ikon keagamaan dari
rumah-rumah mereka. “Beberapa keluarga yang memasang ayat injil di pintu-pintu
mereka saat Tahun Baru Imlek. Beberapa menggantungkan lukisan salib. Tapi sekarang semuanya sudah dirobohkan,”kata Liu.
Tapi Liu mengaku bahwa warga sama sekali tidak melakukannya dengan
sukarela. “Mereka semua memegang kepercayaan mereka dan tentu saja, mereka tidak
ingin mencopotnya. Tapi tidak ada jalan keluar. Kalau mereka tak setuju melakukannya, mereka tak akan diberikan dana bantuan kemiskinan,” lanjutnya.
Sementara Qi Yan membantah kalau mereka memaksa warga melakukannya.
“Kami hanya meminta mereka untuk menurunkan poster di depan rumah mereka.
Mereka bisa saja menggantungnya di ruangan lain, kami tidak akan ikut campur. Yang
kami butuhkan adalah supaya mereka tak melupakan kebaikan partai sebagai pusat atas rumah mereka,” terangnya.
Dia juga menjelaskan kalau warga Kristen di desa tersebut masih
tetap diberikan kebebasan untuk menganut kepercayaan mereka. Tapi mereka juga harus percaya kepada partai.
“Mereka masih punya kebebasan untuk percaya pada agama, namun
dalam pikiran, mereka harus percaya pada partai,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, selain memerintahkan pencopotan poster
Yesus, pemerintah China juga sudah melakukan pencopotan salib dari berbagai gedung
gereja. Hal ini jadi bentuk nyata bagaimana pemerintah China berusaha untuk menghapus
keyakinan yang ada di sana dengan berbagai cara.