Sosial media
belakangan ini sudah ibarat rumah kedua bagi kita. Karena di sanalah kita bisa menampilkan
segala hal yang kita lakukan dalam hidup, mulai dari memamerkan pekerjaan, kecantikan
fisik, kesibukan, petualangan, prestasi dan sebagainya. Semua orang bisa memakainya
tanpa batasan usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa muda, sampai orang tua.
Para pengguna
sosial media ini berkesempatan untuk mengiklankan diri mereka sendiri baik lewat
kata-kata, pesan pribadi. Dan belakangan ini kebanyakan diantaranya lebih memilih berbagi sepenggal video dan gambar yang berusaha mengisahkan tentang dirnya pribadi.
Untuk
mendapatkan video atau gambar terbaik, merekapun mulai merekayasa kehidupan nyatanya.
Mengemas video atau foto terbaik (nggak peduli gimana caranya) lalu membagikannya
ke sosial media hanya untuk satu tujuan yaitu demi mendapat pujian atau like sebanyak-banyaknya dari orang-orang.
Fenomena inilah
yang disebut dengan ‘narsisme’ yang mengubah banyak orang cenderung lebih fokus
ke diri mereka sendiri. Mereka berpikir bahwa dengan mengupload gambar, status, dan berkomentar mereka bisa secara tidak langsung mempromosikan diri ke publik.
Saat seseorang
sudah terjebak dalam kebiasaan narsis di sosial media ini maka mereka akan cenderung
lebih terbuka berkomentar atau berinteraksi di dunia maya dibandingkan dengan dunia nyata di sekitarnya.
Kabar buruknya,
pelaku sosial media yang suka narsis hanya untuk tujuan mendapat banyak like dan
komentar pada akhirnya akan membuat mereka menderita sendiri. Apalagi kalau postingan
mereka mendapat hanya sedikit like dan komentar. Ujung-ujungnya depresi sendiri dan mulai kehilangan nilai diri.
Kamu yang sedang
dalam titik ini atau sedang mengalami gejala-gejala kecanduan narsis di sosial media, ada baiknya tahu 5 cara untuk pulih dari kebiasaan ini, seperti:
1. Kontrol kebiasaan membuka sosial media. Tak perlu seradikal mungkin tapi lakukanlah pelan-pelan
Kamu kecanduan
mengepos sejumlah gambar atau apapun di sosial mediamu setiap hari. Tanpa melakukannya,
rasanya kamu belum puas sendiri. Sampai lama-lama kamu justru merasa capek sendiri dan kehilangan banyak waktu yang lebih penting dari itu.
Saran: Rutinitas adalah sesuatu yang paling
sulit dibunuh atau dimatikan. Karena ini kamu perlu mengambil langkah berani semacam
memutuskan untuk mencopot aplikasi sosial mediamu dari ponsel (baik Facebook,
Twitter atau Instagram). Beri waktu free untuk
dirimu sendiri selama beberapa pekan. Saat hasrat narsismu sudah benar-benar hilang,
kamu bisa aja memakai sosial media lagi. Tapi dengan tetap memberi syarat ke diri sendiri kalau sosial media nggak lebih penting dari kehidupan nyatamu.
2. Beristirahatlah sejenak dari sosial mediamu. Mungkin seminggu atau sebulan. Terserah!
Keputusan untuk
istirahat sejenak dari sosial media harus datang dari hatimu. Kalau kamu merasa
masih ragu lebih baik urungkan sebentar sampai kamu benar-benar punya pola pikir bahwa kamu memang perlu lepas dari kecanduan itu.
Saran: Buatlah catatan singkat soal komitmenmu.
Tempelkan itu di manapun kamu bisa mudah membacanya. Atau kalau perlu, merenunglah
sejenak. Tanya Tuhan apa sih pentingnya sosial media untuk dirimu dan sekitar? Lakukanlah penyesuaian dari kebiasaan sosial mediamu ini.
3. Matikan niat untuk selalu eksis dalam setiap kesempatan, baik saat hang out bareng teman atau keluarga.
Usahakan untuk
nggak tergoda mengupdate atau mengambil gambar dan membagikannya ke publik sosial mediamu saat kamu sedang menikmati kebersamaan dengan orang lain.
Saran: Ada baiknya untuk hanya mengambil
gambar saja di momen-momen langka. Simpan gambar itu hanya sebagai kenangan saja
yang sewaktu-waktu bisa sangat berguna. Atau kalau hasrat narsisme nggak terbendung,
ada baiknya mematikan ponsel dan menaruhnya di tas. Dengan itu kamu bisa lebih fokus menikmati kebersamaan dengan orang-orang di sekitarmu.
4. Jangan pernah membawa ponsel atau menaruhnya di saku kalau kamu sedang dalam menghadiri meeting dengan teman atau keluarga.
Ada banyak pemimpin
yang menerapkan peraturan ‘No Handphone While Meeting’. Peraturan ini berguna untuk
mengontrol kelatahan kita untuk setiap detik mengecek ponsel dan sosial media kita.
Saran: Buat kamu yang benar-benar sulit lepas
dari kebiasaan mengikat ini, ada baiknya untuk meninggalkan ponsel di tas atau
laci kerja. Dengan itu kamu nggak lagi harus membagi pikiranmu antara meeting dan sosial media mu yang harus terus menerus diperiksa.
5. Sebelum memposting sebuah gambar di sosial mediamu,
tanyakan lebih dulu kenapa kamu harus mengupload gambar itu dan untuk apa kamu harus melakukannya?
Kalau tujuannya
adalah hanya untuk melampiaskan kenarsisanmu, akan lebih baik kamu mengurungkan niat itu.
Saran : Supaya dorongan narsismu nggak berlebihan, ada
baiknya meredamnya dengan menanyakan ke diri sendiri ‘Apa sih yang Tuhan kehendaki
lewat sosial media?’ ‘Apa yang harusnya aku lakukan di sosial media?’ Hindarilah
tujuan yang semata-mata hanya untuk mempromosikan dirimu sendiri. Tapi pakailah sosial
media untuk tujuan menginspirasi orang lain atau memberitakan kebaikan Tuhan atas
hidupmu dan orang-orang di sekitarmu.
Memang kita
tak seharusnya menyalahkan sosial media dan mengatainya hanya akan menimbulkan
dampak buruk ke diri kita sendiri. Karena bagaimanapun tak ada yang salah dengan
media. Kesalahan itu justru terletak pada cara penggunaan kita yang salah. Pakailah
semua media di dalam ponselmu untuk memuliakan Tuhan dan bukan hanya memuliakan
dirimu sendiri.