Mengapa Pancasila penting? Apa
hubungan sebenarnya antara Pancasila dengan agama? Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab
tuntas oleh Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) saat
menjadi pembicara di acara Simposium Bagi Kebangsaan & Revolusi Mental di
The City Tower, Jakarta Pusat, Rabu (13/9). Adapun UKP PIP hari itu diwakili oleh Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi, Silverius Yoseph Soeharso.
“Apa hubungannya Pancasila
dengan Agama? Seringkali dibentur-benturkan. Pertama, dijelaskan kalau agama seperti power and power… bermacam-macam.
Yang resmi aja ada enam. Sebelum agama Samawi atau agama impor itu hadir, sudah
ada agama-agama lokal seperti Sunda Wiwitan, Kaharingan, dan macam-macam, itu
sudah ada. Apa di negara Pancasila itu tidak diperkenankan hidup? Oleh karena
itu agama-agama yang menjulang tinggi tadi itu tidak dapat berkomunikasi kalau
tidak ada jembatan pemikiran tanpa prasangka. Jembatan pemikiran, konsep falsafah tanpa prasangka itu disebut sebagai Pancasila,” ujar Silverius.
Dalam acara yang dihadiri oleh para pendeta dan aktivis organisasi Kristen di Indonesia, Silverius menjelaskan bahwa karena keanekaragaman agama yang ada di Indonesia maka diperlukan penyamaan penyebutan dalam konteks kebangsaan.
“Karena dia yang
bermacam-macam tadi itu maka sepertiga ditambah seperduabelas ditambah
seperdelapan tidak bisa dijumlahkan kalau penyebutnya tidak disamakan. Penyamaan
penyebut dalam konsep kebangsaan, kita sebut sebagai Pancasila,” imbuh Silverius.
“Jadi Pancasila selain sebagai jembatan pemikiran terhadap agama-agama yang lain itu, juga merupakan public knowledge atau public ethnic sebagai share values bagi beragam agama-agama
yang ada. Sebab kalau kita hanya mendasarkan pada satu suku agama saja maka
agama yang lain akan menolak tentunya. Karena itu diperlukan, dinamakan denominasi yang sama, yaitu kita sebut Pancasila,” terang Silverius.
Ideologi Pancasila adalah
pilihan terbaik untuk Indonesia yang memiliki penduduk beranekaragam baik
secara suku, agama, ras, dan kelompok. Seperti disampaikan Presiden Soekarno
pada saat menghadiri sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1960 lalu, “kami
punya jalan sendiri, kami punya ideologi tengah, kami punya ideologi yang tidak
merujuk kepada ideologi komunis yang tidak mengenal Tuhan, tapi kami juga tidak
merujuk kepada ideologi kapitalis yang tidak mengenal keadilan sosial. Maka kami punya ideologi sendiri yang kami sebut Pancasila,” tukas Silverius.
UKP PIP merupakan lembaga
non-struktural yang dibentuk oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada
2017. Adapun unit kerja ini dipimpin oleh Yudi Latif. Ketua Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia periode 2004-2009 dan 2009-2014, Pendeta Andreas
Anangguru Yewangoe duduk sebagai salah seorang anggota dewan pengarah bersama dengan sejumlah pemuka lintas agama di tanah air.