Membangun hubungan
dengan orang lain penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Hal inilah yang dialami
oleh setiap orang yang sedang menjalin hubungan berpacaran. Mustahil sebuah
hubungan akan survive kalau hanya dijalani
dengan modal cinta semata, karena kenyataannya akan ada banyak perbedaan yang harus saling dimaklumi bersama.
Salah satu
perbedaan yang paling banyak menimbulkan konflik dalam hubungan adalah saat mendapati
si dia punya karakter, pemikiran, masa lalu atau tindakan yang nggak habis dipikir.
Saat kamu mengaku mencintai si dia sepenuhnya, berarti kamu pun rela untuk menerima semua kekurangan yang dia punya.
Apakah kamu
masih suka menghakimi atau menyalahkan si dia karena beberapa tindakannya yang nggak
sesuai sama keinginanmu? Mulailah untuk pelan-pelan menerima segala yang ada di dia.
1. Latihlah diri untuk lebih berbelas kasih
Cinta harusnya
menghasilkan belas kasihan yang besar. Saat kamu benar-benar mencintai seseorang,
itu artinya kamu harus menunjukkan rasa belas kasih yang besar atas dia, tak peduli betapa mengesalkannya tingkah atau perkataannya.
Entah itu
pacar, entah itu keluarga atau teman dekat, kamu perlu menunjukkan belas kasihan
itu ke semua orang. Belajarlah teladan Yesus yang penuh belas kasih dan yang mau
mengasihi kita (manusia yang suka mengesalkan, suka komplain dan marah-marah
sama Tuhan). Bayangkanlah bahwa hubunganmu dengan si dia ibarat, hubungan Yesus dengan kita. Menerima adalah intinya.
2. Kontrol amarah dan emosimu
Kita sebagai
manusia mudah sekali tersulut emosi. Apalagi kalau menyangkut tingkah laku seseorang
di sekitar kita. Ingatlah bahwa emosi nggak akan bisa mengubahnya, justru malah
membuat situasi semakin menjadi-jadi. Dengan kata lain, reaksi negatif akan menghasilkan
hal negatif. Sebaliknya, saat kamu menunjukkan reaksi yang positif maka hasilnya
akan positif. Misalnya, saat dia mulai marah-marah atau ngomel ini itu, balaslah
dengan jawaban yang positif dan tenang. Atau ambil waktu untuk saling mengoreksi diri.
3. Jangan ngotot dan merasa lebih benar
Pada dasarnya,
manusia itu egois karena kita lebih fokus dengan diri kita, pendapat dan pandangan
kita sendiri. Sementara orang lain kita anggap salah. Sikap ini sama sekali jadi
ancaman dalam sebuah hubungan. Sebaliknya yang dibutuhkan adalah sikap untuk lebih
rendah hati terhadap orang yang kita kasihi dan membiarkan dia menyampaikan
pendapatnya sampai selesai baru kemudian kita menanggapinya dengan penuh hormat.
Saat kamu menunjukkan
sikap rendah hati dan hormat, bukan mustahil kalau si dia akan perlahan-lahan menyadari
kalau kamu benar-benar mencintainya. Bukanlah sikap semacam ini pula yang Yesus
tunjukkan kepada orang-orang Farisi di depan para pengikutNya? Sekalipun Dia dicela
dan dicaci-maki, Dia tetap menerimanya dan menunjukkan kerendahatiannya kepada semua
orang.
Bicara hubungan,
berarti kita pun bicara soal karakter. Kita sebagai orang percaya tentunya,
patokan utama atau teladan karakter yang patut kita contoh adalah Yesus
sendiri. Mari bertumbuh secara karakter lewat hubungan yang sedang kamu jalani saat
ini dengan seseorang. Saat kalian bisa saling menerima, percayalah karakter kalian
pun akan bertumbuh ke arah yang lebih baik.