Jangan Terjebak Oleh Kamuflase, Apa Yang Dilihat Mata Seringkali Bisa Menipu
Sumber: Forum Viva.com

Kata Alkitab / 28 August 2017

Kalangan Sendiri

Jangan Terjebak Oleh Kamuflase, Apa Yang Dilihat Mata Seringkali Bisa Menipu

Puji Astuti Official Writer
22670

Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Matius 7:2

Dalam kehidupan sehari-hari, kepribadian seseorang, keberadaan seseorang akan dilihat dari apa yang terlihat. Cara bicara, gestur, cara berjalan dan sikapnya merupakan identifikasi paling mudah dikenali oleh orang lain. 

Saat mengisi biodata untuk melamar pekerjaan atau mencari surat keterangan berkelakuan baik dari kepolisian, kita akan diminta mengisi data diri seperti bentuk wajah dan tipe rambut seperti lurus, keriting, ikal dan sebagainya. Ini merupakan ciri fisiknya.

Dari tampilan fisik dan kepribadian seseorang inilah, orang biasanya memberikan penilaian  secara sepintas maupun agak mendalam. Namun semua itu bisa mengecewakan jika seseorang ini secara khusus menampilkan dirinya dengan rapi, ramah dan sopan padahal dia bermaksud menipu dan membohongi. Inilah Kamufalse. Kamuflase artinya menyamarkan diri agar tidak mudah terlihat atau sulit dibedakan dengan lingkungan sekitarnya (berlaku untuk organisme atau benda).

Kamuflase bisa terjadi pada dua hal. Bermaksud jahat atau bermaksud baik. Kalau bermaksud jahat kita pasti sudah banyak mendengar cerita atau bahkan pengalaman pribadi menemui pelaku kejahatan yang menyamar untuk meraih keuntungan dan bahkan bertujuan menghancurkan kehidupan kita.

Nah, apakah ada kamuflase bertujuan baik? Apakah ada seseorang menampilkan dirinya secara biasa, bahkan mungkin buruk untuk bermaksud menolong? Adakah kamuflase untuk membentuk opini orang banyak sehingga mereka mengira si Mr. X ini adalah A ternyata B? Berkaitan dengan ayat diatas, kita sering menjumpai orang atau teman atau saudara atau siapapun yang sudah kita kenal dan kita memiliki persepsi khusus terhadap orang tersebut. Lalu bagaimana jika seseorang tersebut sengaja menampilkan diri buruk untuk memiliki maksud baik? Atau Tuhan mengirim seseorang dengan rupa yang tidak menyenangkan untuk menguji kita apakah kita memiliki perasaan peka untuk menolong?

Sebuah ilustrasi cerita pada jaman dulu, seorang Pangeran sengaja menyamar menjadi perantau bersama pengawalnya untuk masuk ke daerah musuh untuk membebaskan korban penculikan yang dijadikan budak. Korban penculikan ini meskipun menjadi budak tapi tidak diperlakukan semena-mena karena dia ini adalah seorang ilmuwan yang akan dimanfaatkan ilmunya oleh para penculik. Saat pangeran dan pengawalnya dapat masuk ke kota tempat musuh ini, dan bertemu dengan sang ilmuwan, pangeran tidak bisa mendekati dan bercakap-cakap karena sang ilmuwan memandang rendah kepada sang pangeran. Betapa tidak, budak ini diberi baju bagus, makanan enak, fasilitas mewah oleh sang musuh sehingga sang ilmuwan tidak merasa dijadikan budak. Sang ilmuwan terlena. Keadaan inilah yang membuat sang pangeran kesulitan mendekati ilmuwan tersebut. Negara musuh ini memilki peralatan canggih untuk dapat menguras memori dan kecerdasan sang ilmuwan, dan akan dipergunakan untuk membuat senjata berbahaya.

Jika sang pangeran menampilkan keadaan sesungguhnya sebagai pangeran dengan baju dan fasilitas yang bagus, maka penyamarannya akan ketahuan dan dicurigai karena penampilannya. Dengan berbagai cara akhirnya sang pangeran dapat memberikan kode rahasia kepada sang ilmuwan bahwa dia adalah utusan rajanya yang berusaha menolong. Namun terlambat, pada hari yang ditentukan, sang ilmuwan sudah dikarantina dan tidak bisa diselamatkan oleh sang pangeran. 

Apakah kamuflase sang pangeran gagal? Tidak. Cara pandang sang ilmuwanlah yang membuat penyelamatan itu gagal. Ketika seseorang sudah terlena dengan persepsi dan keadaaan yang nyaman maka cara dia mengukur keadaan disekelilingnya dan cara mengukur orang lain akan tertutup oleh kenikmatan dan kenyamanan itu. 

Ketika kita gagal menepi, gagal merendahkan diri, tidak bisa menentramkan diri dan bersaat teduh kepada Tuhan, serta membiarkan persepsi kita menguasai pandangan kita terhadap kehidupan maka kita menuju kehancuran.

-Andreano Satrio Baskoro-

Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.

Sumber : Andreano Satrio Baskoro
Halaman :
1

Ikuti Kami