Ketika
banyak orang memilih untuk beribadah dan melayani di gereja besar yang memiliki jemaat banyak, maka seorang Pdt. Ferdy Tulung justru memilih jalan yang berbeda. Dia malah rindu melayani jiwa-jiwa di pedalaman hutan lindung Duriangkang di Batam.
Semua
bermula di akhir tahun 2015, ketika Ferdy memperhatikan ada banyak orang
yang keluar masuk hutan lindung Duriangkang. Ia tergerak untuk bisa melayani
mereka dan mulai memberanikan diri untuk masuk ke dalam area hutan tersebut. Di
sana ia menemukan sebuah perkampungan berjarak sekitar 3 km dari pintu masuk hutan.
Ferdy
semakin tersentuh ketika melihat bagaimana anak-anak di sana berpenampilan
begitu kotor dan bagi mereka mengucapkan kata-kata kotor bukan sesuatu yang
tabu atau terlarang. Ia pun memutuskan untuk melayani mereka dengan mendirikan
sebuah tempat bimbingan belajar. Di waktu yang bersamaan, Ferdy dan istrinya merintis pelayanan anak yang pada saat itu hanya diikuti sekitar 8 orang anak.
Karena
keterbatasan tempat dan dana, ia hanya sanggup untuk mendirikan sebuah bangunan
sederhana. Bangunan tersebut adalah bekas dari penghuni sebelumnya yang telah
pindah dari wilayah itu. Dengan beralaskan tanah yang ditutupi spanduk bekas,
tembok kayu yang ditutupi kain, serta atap dari perpaduan karet dan kayu, ia
mulai melayani anak-anak di hutan lindung Duriankang. Beberapa bulan berlalu,
tidak banyak perubahan yang terjadi, hingga Ferdy diperkenalkan dengan
kurikulum Superbook. Ada sukacita besar di dalam hatinya ketika pertama kali
menerima kurikulum Superbook, namun saat itu juga muncul sebuah pertanyaan
besar di dalam benaknya. Bagaimana mungkin bisa memutarkan kisah-kisah Superbook di wilayah yang tidak tersedia listrik.
Selama 4
bulan, ia bergumul untuk memiliki sarana yang mampu menayangkan kisah
Superbook. Ia dan istrinya terus berdoa dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan
jalan keluar dari masalah mereka. Dan benar saja, Tuhan menggerakkan hati
seseorang yang memberikan dana kepada Ferdy agar mampu membeli sebuah laptop
yang bisa digunakan untuk memutar video Superbook. Meskipun memiliki waktu yang
terbatas karena daya baterai yang tidak terlalu lama, namun laptop tersebut mampu menjadi media penyampaian Injil yang selama ini dirindukan Ferdy.
Perubahan
demi perubahan mulai terjadi. Anak yang awalnya hanya berjumlah 8 orang,
perlahan mulai bertambah hingga berjumlah sekitar 23 orang. Penampilan
anak-anak sekolah minggu itu pun berubah. Mereka jadi lebih rapi dan tutur kata
mereka perlahan-perlahan berubah menjadi lebih sopan. Orangtua dari anak-anak
sekolah minggu juga ikut merasakan sukacita karena perubahan yang terjadi pada
anaknya. Karena jumlah anak yang semakin bertambah, pak Ferdy dan istrinya mulai
kesulitan untuk mengajari mereka semua. Timbul kerinduan untuk bisa mendapatkan
bantuan Guru Sekolah Minggu agar bisa melayani anak secara lebih maksimal.
Beberapa bulan kemudian Tuhan mengirimkan 2 orang guru sekolah minggu yang tergerak saat mendengar pak Ferdy menceritakan tentang pelayanannya.
Beberapa
bulan berselang, ujian kembali datang. Tempat ibadah yang selama ini mereka
gunakan hendak dijual oleh pemiliknya. Pemilik tanah sempat menawarkan agar pak
Ferdy-lah yang membeli tanah tersebut, namun ia belum mampu menerima tawaran
tersebut. Ferdy sampai harus menjadi kuli bangunan untuk mencukupi dana
pembelian bangunan tersebut, tapi tetap tidak mampu menutupi biaya pembelian
tanah dan bangunan. Ia hanya bisa berserah kepada Tuhan. Menurutnya, pelayanan
yang sudah diberikan Tuhan pasti akan terus dibela oleh Tuhan, apapun masalah
yang dihadapi. Dan benar saja, Tuhan yang hidup memberikan bantuan tepat pada
waktunya. Ferdy dimampukan melunasi tempat tersebut. Melalui sebuah artikel
dimuat dalam buletin dan website Superbook, ia memperoleh beberapa donator yang
membantu Ferdy untuk melunasi sisa pembayaran tanah tersebut.
Kini Ferdy dan istrinya serta dibantu oleh 2 orang guru sekolah minggu, tetap setia
hadir di pedalaman hutan lindung Duriankang, setiap hari Sabtu dan Minggu untuk
melayani anak-anak di lingkungan tersebut. Dari sekitar 90 anak, 50 orang anak
sudah dilayani oleh sekolah minggu tersebut. Mereka tetap rindu untuk terus bisa
melayani dan memberikan dampak positif bagi masyarakat di lingkungan hutan
lindung tersebut.