Patty
Jenkins patut berbangga diri dengan kesuksesan perilisan film garapannya ‘Wonder
Woman’ karena telah ungguli Box Office beberapa pekan setelah tayangan perdananya
pada 2 Juni 2017 lalu. Meskipun terkesan feminis, namun nyatanya film yang diadaptasi dari DC Comics ini dipuji sebagian pesar para pecinta film.
Posisi ‘Wonder
Woman’ yang kini sedang berada di puncak seolah mematahkan sentimen negatif terhadap
film-film yang didominasi oleh superhero wanita. Nyatanya, Wonder Woman justru
menunjukkan sosok superhero wanita yang penuh keyakinan, mencintai kebenaran, keadilan
dan rela berkorban. Bukan hanya itu, film yang dibintangi Gal Gadot ini dinilai memberikan pesan yang sangat kuat soal karya penebusan Yesus.
Seorang penulis bernama M. Hudson bahkan mengakui hal itu. Menurutnya, film Wonder Woman mirip sekali dengan kisah Yesus, dimana pemeran utamanya Diana Prince melakukan tindakan sebagaimana Yesus lakukan. Diana harus meninggalkan kota asalnya di Paradise Island atau Themyscira, demi memberantas kejahatan Ares dan membawa perdamaian bagi umat manusia di Bumi. Sama halnya dengan Yesus, yang diutus dari Surga ke bumi untuk mengerjakan misi penyelamatan manusia dari dosa dan membawa kebebasan penuh kepada semua orang.
“Film Wonder
Woman ini seperti kisah Yesus, dan sudah jelas bahwa sutradara Patty Jenkins merencanakan
hal ini. Film ini memang dikemas dengan mitologi Yunani palsu, tapi tidak salah
lagi ada kristologi di film ini. Supaya kamu pasti mendapatkan pesan ini, sinematografernya
sudah menunjukkan lewat cara Diana menunduk perlahan dengan tanda salib,” kata M. Hudson.
Dia juga mengatakan
bahwa Diana digambarkan sebagai superhero yang mengetahui soal kebenaran bahwa manusia
memang tidak layak menerima penebusan. Sama seperti halnya bahwa manusia tidak layak
menerima pengorbanan dari manusia yang tidak berdosa di Taman Getsemani dan di
kayu salib, karena semua orang berdosa dan sudah kehilangan haknya. Meskipun Ares,
pemeran antagonisnya, berusaha meyakinkannya bahwa manusia memang tidak layak untuk
ditebus, tapi cintanya kepada manusia jauh lebih kuat. “Cinta dan keyakinannya lah yang memberi Diana kekuatan,” lanjutnya.
Cinta Diana
terhadap manusia yang penuh kesabaran dan keadilan adalah kualitas yang
ditunjukkan dalam Wonder Woman. Ini juga yang dituliskan oleh firman Tuhan dalam
1 Korintus 13: 4-8, bahwa cinta atau kasih itu selalu melindungi, percaya,
berharap dan tekun. Cinta itu menjaga (Roma 13: 10) dan mampu mengusir ketakutan
(1 Yohanes 4: 18) dan menjadi pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kolose 3: 14).
Hudson meminta
supaya para kritikus film jangan lagi terjebak dengan gagasan perang gender
yang membesar-besarkan bahwa Wonder Woman adalah film yang hanya mengajarkan kaum
perempuan untuk mengejar ketangguhan fisik atau menjadi korban dari penjahat laki-laki.
Wonder Woman adalah jenis film yang justru relevan untuk laki-laki dan juga perempuan.
Sebagai informasi,
karakter Wonder Woman pertama kali muncul di DC Comics pada tahun 1941, dua
tahun setelah Batman dan tiga tahun setelah Superman. Penampilan perdananya
terdapat di All Star Comics #8.