Sejak 3
bulan terakhir, setidaknya ada 4 aksi teror di Inggris. Aksi teror pertama
yaitu pada Rabu, 22 Maret 2017 lalu. Serangan teror terjadi di jantung kota
London yang menewaskan seorang polisi dan dua warga sipil dengan cara
menabrakkan mobilnya ke arah orang-orang yang ada di jalur pejalan kaki
Jembatan Westminster. Kemudian sang pelaku menyerang seorang polisi yang sedang
berjaga.
Polisi bernama Keith Palmer itu tidak membawa senjata saat diserang dan akhirnya tewas sebelum pada akhirnya pelaku ditembak mati polisi lainnya yang membawa senjata saat pelaku ingin masuk ke dalam Gedung Parlemen. Pelaku diketahui merupakan pria kelahiran Inggris. Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan teror itu.
Dalam peristiwa keji ini, lebih dari 40 orang menjadi korban luka. Meski sebagian besar korban merupakan warga Inggris, namun ada juga korban dari berbagai negara lain, setidaknya ada korban berasal dari 11 negara berbeda.
“Selain 12 warga Inggris yang dibawa ke rumah sakit, kita tahu bahwa para korban termasuk tiga anak-anak asal Prancis, dua warga Rumania, empat warga Korea Selatan (Korsel), satu warga Jerman, satu warga Polandia, satu warga Irlandia, satu warga China, satu warga Italia, satu warga Amerika, dan dua warga Yunani,” terang PM May secara rinci
Setelah di Jembatan Westminster, aksi teror di Inggris terjadi di Manchester, Senin 22 Maret 2017 malam waktu setempat. Aksi bom bunuh diri tersebut dilakukan seorang pemuda Inggris keturunan Libya, Salman Abedi (22), di lokasi konser Ariana Grande, tepatnya di Manchester Arena. Setidaknya 22 orang termasuk 22 anak-anak tewas akibat teror ini, termasuk anak-anak tewas akibat teror bom ini. Abedi meledakkan diri dengan bom rakitan di salah satu pintu keluar Manchester Arena sesaat usai konser berakhir. Sebagian besar penonton konser Ariana Grande masih berusia anak-anak dan remaja. Ledakan itu juga menewaskan Abedi. Selain menewaskan 22 orang, sebanyak 59 orang ainnya luka-luka dalam serangan bom itu. Pada aksi teror ini, ISIS juga mengklaim turut bertanggung jawab.
Aksi teror pun kembai terjadi pada Sabtu, 3 Juni 2017 malam
waktu setempat di London. Pertama di London Bridge dan kedua di Borough Market.
Sebenarnya terjadi juga peristiwa di Vauxhall, London Selatan, hanya saja di
lokasi ini, polisi Inggris tidak menyebutnya sebagai aksi teror. Dua serangan
itu adalah mobil van menabarak pejalan kaki London Bridge dan serangan
bersenjatakan pisau juga dilaporkan di kafe dekat lokasi. Tak lama usai kejadian
itu, dilaporkan terjadi serangan di Borough Market yang berada di selatan
Sungai Thames. Seorang sopir taksi menyebut tiga orang berlari ke pasar dan
menusuk orang-orang, termasuk seorang gadis muda, kemudian mereka melarikan
diri.
Kita dapat melihat diatas aksi-aksi teror yang dilakukan di Inggris dan juga beberapa di negara lain diklaim oleh kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Tindakan teror apapun tujuannya bertentangan dengan hukum. Tentu Tuhan tidak suka dengan ini karena ini adalah sebuah pelanggaran. Tuhan menciptakan kita untuk dapat hidup berdampingan satu sama lain dengan aman dan tenang, serta saling menghormati. Ia memberikan kita kebebasan untuk melakukan segala sesuatu, namun tidak dengan hal-hal yang bertentangan dengan hukum. Kita sebagai umat pilihan Allah harus menyikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar sana dengan bijak agar kita tidak terpengaruh dengan dunia diluar sana yang sarat dengan berbagai hal negatif. Jadilah anak-anak terang yang selalu menyingkirkan kegelapan, karena itulah yang Tuhan ajarkan kepada kita.
Tulisan ini adalah kontribusi dari visitor Jawaban.com, Anda juga dapat berbagi dan menjadi berkat dengan berbagi kisah inspiratif, kesaksian, renungan, pendapat Anda tentang isu sosial atau berita yang terjadi di lingkungan dan gereja Anda dengan menguploadnya langsung melalui fitur Berani Bercerita di Jawaban.com, info lebih jelas KLIK DISINI.