George Costanza
adalah seorang pria setengah baya dengan postur tubuh pendek dan gemuk. Dia
adalah seorang pria yang selalu gagal dalam semua bidang kehidupan dan terus
menerus menganggur, tinggal dengan kedua orang tuanya dan selalu saja gagal dalam hubungan dengan wanita.
Dalam satu
episode, George, karena merasa sudah bosan dengan kehidupannya yang biasa-biasa
saja, mendapatkan sebuah ide untuk megubah hidupnya. Dia mulai melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan apa yang biasanya dilakukannya. Mulai dari memesan roti jepit
panggang isi ikan tuna untuk makan siang, dia menggantinya dengan roti jepit berisi
salad ayam. Saat seorang gadis cantik bermain mata dengannya, dia bertindak berani
bukannya tetap berdiam diri. Akibatnya, George tiba-tiba mengalami keberhasilan yang sangat besar.
Walaupun George
adalah seorang yang tidak peduli dengan urusan agama, tindakan-tindakannya
dalam episode ini memperlihatkan sebuah prinsip dasar dari kehidupan Kristen. Goerge
meyakini bahwa jalan menuju keberhasilan dalam kehidupan adalah melakukan apa yang
berlawanan dengan hal yang alami. Misalnya, seperti diajarkan Yesus bahwa
daripada mempertahankan nyawa, kita seharusnya memberikannya. Daripada membenci
musuh-musuh kita, kita seharusnya mengasihi mereka. Atau daripada balas dendam terhadap seseorang yang menghina kita, lebih baik mengampuninya.
Hal ini sama
seperti apa yang disampaikan dalam Matius 20: 26-27, “Barangsiapa ingin menjadi
besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin
menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamabmu.” Jika ada satu tema
yang menggambarkan ayat ini, tentunya kita akan menulis tema bahwa ‘kesombongan adalah awal dari kegagalan, dan
kerendahan hati adalah awal dari keberhasilan’. Inilah tema yang
mengingatkan kita bahwa seseorang yang memiliki harapan yang besar atau tinggi tidak
akan pernah mencapainya jika di dalam dirinya masih tumbuh sebuah kesombongan. Karena
barangsiapa hendak mencapai keberhasilan baiklah dia belajar tentang kerendahan hati.
Lalu
bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang rendah hati? Berikut empat cara khusus yang bisa kita lakukan.
1. Akuilah kesalahan-kesalahan kita
Amsal 28:
13 dituliskan, “Siapa menyembunyikan pelanggarannya
tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.”
Dalam hal ini sang penulis, yaitu Raja Salomo sendiri mengaku tidak perlu mencari
lebih jauh dari ayanya sendiri untuk menyaksikan kebenaran prinsip ini. Walaupun
Daud berusaha menyembunyikan dosa yang dilakukannya terhadap Batsyeba, semua orang
dalam kerajaan itu tahu apa yang telah dilakukan pemimpin mereka. Lebih penting
lagi, Allah mengetahuinya. Hanya setelah Daud mengakui kesalahannya itu, dia dapat
memperoleh kembali penghargaan dari rakyatnya dan menerima pengampunan dari Allah.
2. Berbagi penghargaan dengan orang lain
Keberhasilan
terbesar dalam kehidupan Salomo adalah pembangunan Bait Suci. Itu merupakan sebauh
proyek yang sangat besar yang melibatkan ribuan pekerja dan jutaan syikal. Tetapi,
saat hari pentahbisan tiba, Salomo dengan hati-hati berusaha menghindari pusat
perhatian. Sebaliknya, dia memberikan pengakuan selayaknya kepada yang paling bertanggung
jawab atas keberhasilan proyek tersebut. (baca 1 Raja-raja 8: 22-23). Jadi,
salah satu cara untuk memperlihatkan kerendahan hati adalah dengan berbagi penghargaan
atas keberhasilan kita. Para majikan, pemimpin atau manajer, taka da yang lebih
mampu mendorong semangat orang-orang yang bekerja untuk mereka tanpa kerelaan mereka
mengungkapkan penghargaan atas bantuan bawahannya untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
3. Tidak memuji-muji diri sendiri
Ini adalah salah
satu dari prinsip yang paling sederhana tetapi juga paling sering diabaikan saat
berhasil dalam hidup. Jangan menjadi agen hubungan masyarakatmu sendiri. Biarkanlah
orang lain menangani pekerjaan itu untukmu. Salomo mengatakan hal ini dalam Amsal
27: 2, “Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri.”
4. Rela melepaskan hak-hak pribadi
Yesus membuat
sebuah pernyataan yang mengagumkan tentang diri-Nya sendiri yang sukar dimengerti
oleh sebagian besar dari kita. Kata-Nya, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” (Matius 20: 28)
Pikirkanlah
itu. Yesus adalah Allah dan mempunyai hak penuh untuk memandang kita hanya
sebagai alat-alat untuk mencapai sasaran-sasaran-Nya. Itu adalah hak istimewa Sang
Pencipta atas makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Tapi Yesus berkata kalau Dia datang ke bumi untuk memenuhi kebutuhan kita, bukan diri-Nya sendiri.
Inilah inti
dari kerendahan hati: kerelaan untuk mengorbankan kenyamanan, kesombongan, atau
hak-hak kita untuk tujuan yang lebih besar lagi. Para suami, jika ingin
mengirim istri ke ruang pemeriksaan serangan jantung, katakanlah kepadanya: “Sayang,
aku punya sedikit waktu luang hari ini. sApa yang bisa aku lakukan di rumah untuk
membantumu?” Para ibu, cobalah katakan kepada anak-anakmu: “Sore setelah
sekolah hari ini adalah milikmu. Ke mana pun kamu mau dan apapun yang kamu mau lakukan, ibu akan ikut saja.”
Bukti terbesar
dari kerendahan hati sejati adalah kerelaan untuk menundukkan jadwal dan
hak-hak pribadi kita untuk suatu tujuan yang lebih besar. Karena kerendahan hatinya
lah Raja Salomo disebut sebagai raja yang paling berhikmat di muka bumi. Dan jika
kita memiliki hal ini, bukan nggak mustahil kalau kita bisa mencapai keberhasilan
dalam hidup kita. Kita bukan lagi seorang yang gagal seperti sebelum George
Costanza berubah, tapi kita berhasil naik
ke atas karena kita sudah memulainya dari bawah terlebih dahulu.
“Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang
rendah hati, menerima pujian” (Amsal 29: 23).