Pemimpin lembaga Internasional UNESCO, Irina Bokova menyampaikan supaya warisan dunia
di Yerusalem dilindungi demi mewujudkan perdamaian. Pasalnya, kata Irina, Yerusalem
pada dasarnya adalah ibu kota dari kerajaan Daud, dimana putranya Salomo pernah membangun Bait Allah dan menempatkan Tabut Perjanjian di sana.
“Melindungi
warisan Yerusalem adalah bagian visi yang lebih luas untuk perdamaian dan peperangan
melawan segala bentuk penyangkalan sejarah Yahudi, delegitimasi Israel dan anti-Semitisme,”
ucap Irian dalam konferensi kebijakan Koalisi Eropa untuk Israel yang digelar belum lama ini.
Pernyataan Irina
menyambung ucapannya tahun lalu bahwa dengan mengabaikan relevansi antara Yahudi,
Kristen dan Muslim di Kota Tua hanya akan menimbulkan pertentangan soal status Yerusalem sebagai salah satu daftar Warisan Dunia UNESCO.
“Mengingkari,
menyembunyikan atau menghapus salah satu tradisi Yahudi, Kristen dan Muslim merongrong
integritas situs ini, dan bertentangan dengan alasan yang membenarkan tulisannya dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO,” katanya.
Dia menyampaikan
bahwa hal ini penting dilakukan supaya membangun jembatan bagi perpecahan yang merugikan karakter multi agama di Kota Tua, Yerusalem.
Sayangnya,
harapan perdamaian antara Palestina dan Israel ini tampaknya berseberangan dengan
pemerintah setempat. Sebagaimana disampaikan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu
bahwa dia menolak mengakui hubungan antara orang Yahudi dengan keberadaan Bait
Suci dan Tembok Barat. Hal ini bisa diartikan sebagaimana China tidak memiliki
hubungan dengan Tembok Besar China dan Mesir tidak punya hubungan dengan piramida.
Terlepas dari
pemberlakuan pernyataan tersebut,Netanyahu mengungkapkan keyakinannya bahwa kebenaran mengenai sejarah Israel akan terungkap.
Sekretaris Jenderal
PBB Antonio Guterres mengambil sikap yang sama saat bertemu dengan Pemimpin Kongres
Yahudi Sedunia Ronald Lauder di New York pada bulan Maret 2017 lalu. Dia berkomitmen akan mengurangi ketegangan anti-Israel oleh bidang HAM PBB.
Guterres juga
pernah mengakui kalau Bait Suci itu adalah milik orang-orang Yahudi. “Jelas
sekali kalau Bait Suci yang dihancurkan Romawi di Yerusalem adalah milik
Yahudi,” katanya.
Kebenarannya
atas kepemilikan Bait Suci dan sejumlah warisan sejarah di Kota Tua, Yerusalem sebenarnya
bisa kita temukan melalui Alkitab. Meskipun hal ini masih tetap menjadi
pergunjingan antara Palestina dan Israel, kita seharusnya melakukan sebagaimana
pihak UNESCO sampaikan, yaitu dengan melindungi dan melestarikan warisan-warisan
tersebut bersama-sama demi mewujudkan perdamaian.