Berapa kali
kita bilang kepada diri sendiri, ‘Ini mustahil terjadi’, ‘Ini pasti tak akan pernah
terjadi!’ Pasti sering kali bukan? Jauh dalam hati, kita suka mengesampingkan
harapan dan impian kita dan menjaga fokus hanya pada sesuatu yang mungkin atau yang hanya sudah dijanjikan Tuhan kepada kita.
Mungkin
kita harus kembali memikirkan soal kisah hidup Abraham dan Sarah yang ditulis dalam
kitab Kejadian 18. Tuhan menyampaikan kalau pasangan ini akan segera mendapatkan anak. “Sesungguhnya Aku akan
kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki.” (Kejadian 18: 10)
Saat itu janji
Tuhan supaya mereka memiliki keturunan adalah hal yang sangat penting. Tapi
mungkin secara manusia, usia Sarah yang bahkan sudah melebihi usia produktif
seorang wanita untuk mengandung adalah sesuatu yang mustahil. Namun tidak bagi
Tuhan yang sudah menyatakan janji-Nya dengan Abraham (Kejadian 17: 1-2) dan mengatakan bahwa dia akan memiliki banyak keturunan.
Sama seperti
Abraham dan Sarah, kehidupan kita juga kebanyakan terlihat seperti pasangan ini.
Secara kondisi tampaknya kita tak lagi bisa mengalami sesuatu yang luar biasa dari
sebagaimana adanya kita. Mungkin kita bermimpi besar, tapi rasanya kita mustahil
untuk menggapai impian itu karena kita tak punya uang banyak, tak punya peluang,
secara fisik pas-pasan, atau serba kekurangan. Tapi dalam pandangan Tuhan, segala sesuatu sesungguhnya sangat mungkin terjadi.
Karena iman
kita yang sangat kecil, kita kadang tertawa mendengar janji Tuhan yang mustahil
itu, sama seperti Sarah yang tertawa saat mendengar Tuhan menyampaikan berita bahwa
dirinya akan mengandung (baca Kejadian 18: 12). Menurut kemanusiaan kita, hal itu memang sangat mustahil terjadi dengan keterbatasan kita.
Bahkan kita
sering kali harus meneteskan air mata untuk sesuatu yang kita impikan dan yang kita rasa
sangat mustahil untuk kita dapatkan. Kita lalu bertanya “Tuhan…bagaimana mungkin
hal ini bisa terjadi dalam hidupku saat ini? Hal ini terlalu luar biasa.” Tapi Tuhan
menjawab seperti Dia menjawab Abraham. “Kenapa Sarah tertawa dan berkata “Apa mungkin aku akan memiliki anak, padahal aku sudah tua?”.
Apa sih
yang mustahil bagi Tuhan? Apa sih hal yang membuatmu menyerah dalam hidup? Apa yang
kamu tertawakan yang Tuhan tampaknya tak mungkin lakukan dalam hidupmu? Mari tanyakan pertanyaan ini pada diri kita sendiri.
Jika kita membaca
kisah Kejadian 21, kita bisa lihat bagaimana janji itu benar-benar terjadi. Tuhan
bermurah hati kepada Sarah dan dia pun melahirkan seorang putra kepada Abraham
tepat sesuai dengan waktu yang Tuhan janjikan kepada Abraham. Nama putra mereka
adalah Ishak, dia adalah keajaiban dan menjadi bukti nyata kesetiaan Allah bahkan ketika kita tidak percaya dan menertawakan janji itu.
Pastinya janji
Tuhan yang tergenapi ini bukan hanya terjadi atas hidup Abraham dan Sarah, tapi
juga kepada seluruh keturunannya, termasuk kita. Banyak orang Kristen di luar sana,
yang mungkin saja salah satunya adalah kamu, yang hidup dalam kemustahilan. Hidup
kita mustahil karena kita mengalami betul janji Tuhan yang kita responi dengan kepercayaan
yang penuh. Kemustahilan yang kita alami mungkin nggak cuma soal pemulihan keuangan,
pemulihan pernikahan atau keluarga, keajaiban dianugerahi anak, atau sembuh dari
sakit penyakit. Tapi banyak juga orang-orang mengalami kemustahilan saat mereka harus berjuang dalam berbagai tantangan dalam mengikut Dia.
Dunia mungkin
memandang kalau kita itu lemah dan tak akan sanggup mengatasi tantangan untuk membagikan
kebenaran firman Tuhan di tempat-tempat dimana Tuhan ditolak dan dianiaya, tapi
dengan cara-Nya yang ajaib Tuhan memampukan orang-orang yang percaya kepada janji-janji-Nya, menuai pekerjaan tangan mereka.
Karena kita
punya Tuhan yang mampu melakukan hal-hal yang mustahi, kita pun dikenal sebagai
orang Kristen yang hidup dalam kemustahilan. Dan itulah identitas kita sesungguhnya, hidup
sebagai anak-anak Tuhan yang melakukan kemustahilan. Intinya adalah asal kita percaya
dan memiliki iman besar, kita sebagai manusia biasa pasti bisa mendatangkan hujan sama seperti Nabi Elia atau seperti Musa yang membelah lautan.
Jadi saat ini,
maukah kamu kembali meletakkan dasar percayamu kembali kepada Tuhan Yesus saja?
Mempercayai bahwa sesuatu yang mustahil bagi kita adalah sesuatu yang mungkin bagi Yesus.
"Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala
sesuatu mungkin." (Matius 19: 26)