Kebijakan terbaru Presiden Amerika Serikat Donald Trump
yang membatasi masuknya para pengungsi di negara adidaya itu mendapat gelombang
penolakan, salah satunya adalah pihak yang selama ini dikenal sebagai bagian
dari pendukung Trump, yaitu Kaum Injili. Lebih dari 100 pemimpin Injili telah membuat dan menandatangani petisi penolakan kebijakan pembatasan pengungsi.
"Sebagai pendeta dan pemimpin Kristen, kita sangat
prihatin dengan kebijakan baru-baru ini yang diumumkan untuk para pengungsi. Kepedulian
kami untuk kaum tertindas dan mereka yang menderita adalah berakar dari
panggilan Yesus untuk 'mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita
sendiri,” begitu tulis para pemimpin evangelis di sebuah surat terbuka kepada
Trump dan Wakil Presiden Mike Pence di Halaman A18, surat kabar cetak The Washington Post.
Surat ini ditandatangani oleh para evangelis terkemuka
termasuk penulis buku terlaris Christian Max Lucado, penulis dan pendeta Tim
Keller dari Redeemer Presbyterian Church di New York City, Presiden Southeastern
Baptist Theological Seminary Daniel Akin, Pastor Eugene Cho dari Quest Gereja
di Seattle, Pastor Derwin Gray dari Gereja Transformasi di South Carolina,
penulis dan profesor Universitas Wheaton Ed Stetzer, dan presiden Open Doors
USA David Curry.
Petisi tersebut juga didukung penuh oleh Organisasi Injili yang melayani pengungsi, World Relief, yang merupakan sayap khusus kaum Injili mengenai persoalan kemanusiaan yang berpusat di AS. Sejak 27 Januari lalu, World Relief sangat vokal untuk menentang wacana Trump untuk membatasi arus pengungsi yang akan masuk ke AS.