Kendati terpisah jauh dari anggota keluarga, para pengungsi Irak tetap saja tampak bahagia melewati Natal kali ini. Keluarga Sami Dankha yang mengungsi ke Turki, misalnya, tetap menjalankan ibadah gereja, bernyanyi dan menikmati makanan lezat yang terhidang. Kendati begitu, mereka masih tetap terkenang ketika mereka meninggalkan kampung halaman mereka.
Dankha dan keluarga yang berstatus sebagai pengungsi masih terus menunggu rencana selanjutnya untuk pindah mencari tempat menetap di Australia. Mereka mengaku terpisah jauh dari anggota keluarga lainnya yang ada Australia, Selandia Baru dan Belanda. Namun, hubungan seluruh keluarga masih tetap terjaga melalui komunikasi yang mereka bangun.
“Saya melihat
mereka merayakan pesta, dan saya merasa sedih karena saya di sini dan kami terpisah, di berbagai negara,” ucap Dankha.
Sementara seorang
pengungsi asal Zakho, Irak, Nesrin Arteen Zakho yang saat ini tinggal di Kanada
merasa senang karena dia sudah beribadah tetap di Gereja Katolik Khaldea di Saskatoon.
Dia memutuskan untuk merayakan Natal dengan mengikuti tradisi yang ada. Dia bahkan
telah memasukkan anak-anaknya ke sebuah sekolah Kristen dan terlibat dalam paduan suara Natal.
Lain hal dengan
para pengungsi Kristen Irak yang ada di Amerika. Di momen Natal ini, mereka mengambil
waktu untuk berdoa bagi keluarga mereka yang lain. Sebab beberapa anggota keluarga
masih menetap di Irak dan mereka hanya bisa berdoa agar keluarga yang masih tinggal
di daerah konflik tersebut dalam kondisi baik dan bisa menyusul mereka ke Amerika.
Viktoria Rassam,
seorang ibu berusia 56 tahun yang pindah ke Chicago dua tahun lalu mengatakan akan
merayakan Natal tahun ini dengan menghadiri misa tengah malam di Gereja Katolik
St. Ephrem Chaldean dan berdoa agar dia bisa segera berkumpul dengan keluarganya
yang lain. Adik perempuannya Firaz yang baru tiba di Amerika pada bulan
September lalu juga merasa bahwa perayaan Natal kali ini kurang menyenangkan seperti
dulu saat dirinya masih berkumpul dengan seluruh keluarga.
Sedang keponakan
Rassam, Rakan Kunda yang sudah tinggal di Amerika selama 20 tahun, mengatakan bahwa
mereka selalu teringat dengan keluarga yang masih tinggal di Irak. Tak ada yang
bisa mereka lakukan selain berdoa agar konflik dan perang yang terjadi di
kampung halaman mereka segera berakhir.