Michael R.
Jonly atau akrab disapa Mike Only adalah anak yang dibesarkan di tengah ayah dan
ibu yang kerap bertengkar. Mike kecil dibesarkan dengan kenangan masa kecil yang
buruk bersama sang ayah. Ibu, adik dan Mike sendiri kerap menjadi korban kekerasan fisik ayahnya.
Suatu hari,
pertengkaran hebat terjadi antara ayah dan ibunya. Hal itu membuat sang ayah
minggat dari rumah dan tak lagi kembali. Keluarga sederhana ini akhirnya harus terpecah dan hidup dengan keterbatasan ekonomi.
Hidup tanpa
kepala keluarga, membuat sang ibu menjadi begitu hancur. Suami yang diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan hidup keluarga tak lagi bisa diandalkan. Untuk itu sang ibu memutuskan
bekerja di luar negeri sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) dan meninggalkan Mike dan adiknya di Indonesia.
“Tidak ada penghasilan
atau pemasukan di dalam keluarga. Sehingga kami harus tinggal dengan tetangga,
menumpang tinggal dengan teman. Menumpangnya bukan hanya menumpang tidur tapi
juga menumpang makan,” terang Mike saat menyampaikan kesaksian hidupnya kepada tim Solusi.
Di tengah kesulitan
hidup yang mereka jalani, Mike yang saat itu duduk di bangku SMA terpaksa harus
menghentikan pendidikannya karena tidak punya biaya untuk melunasi uang sekolah yang sudah menunggak.
Sejak tak
lagi bersekolah, hidup Mike semakin jauh dari kata baik. Mike mulai terjerumus dalam
pergaulan buruk anak-anak remaja pada umumnya. Pergaulannya membuat dia akrab dengan kebiasaan judi, minuman keras sampai tawuran.
Ada satu
peristiwa yang begitu membekas kuat dalam benak Mike. Saat dimana dirinya harus
mendekap di sel tahanan setelah tertangkap melakukan tawuran bersama teman-temannya.
Kala itu, Mike mengaku benar-benar tak ingin merasakan sakitnya hidup di balik
jeruji besi. Untuk itulah dia berusaha meminta dibebaskan dengan bantuan sang ayah yang kala itu dia tahu kembali sejak sekian lama menghilang.
“Sewaktu
Papa saya datang ke Polsek sebenarnya saya senang sekali. Senang sekali sebenarnya
bukan senang sama Papa-nya. Saya senang karena saya pikir hanya dialah yang bisa
menebus saya. Tapi ternyata dia malah berkata kepada polisi supaya biarlah ini menjadi suatu pelajaran dalam kehidupan saya.” Kenang Mike.
Hati Mike mulai
berkobar ketika dia harus menerima kenyataan bahwa sang ayah sama sekali tidak sudi
menebusnya dari sel penjara. Dendam dihati Mike semakin membara dan mulai menekatkan
dalam hatinya bahwa kelak setelah keluar dari penjara, dia akan berurusan dengan sang ayah. “Saya sudah berpikir saya akan balas dendam,” jelasnya.
Februari 1993,
Mike Only bebas dari penjara. Dia lalu secara kebetulan bertemu dengan sang
ayah di suatu tempat. Pertemuan itu dia anggap bukan waktu yang tepat untuk melampiaskan
dendamnya. Dengan senormal mungkin, Mike mulai menuturkan keinginannya untuk
kembali melanjutkan sekolah. Dia meminta agar sang ayah mau membiayai sekolahnya kembali.
Untuk terus
melanjutkan sekolah, Mike harus tinggal bersama dengan sang ayah. Namun apa
daya, lagi-lagi sang ayah mulai bersikap acuh dengan segala keperluan sekolah
Mike. Hingga akhirnya pertengkaran pun pecah dan Mike mendapat kekerasan fisik dari sang ayah.
Mike kemudian
merasakan kejenuhan yang begitu berat menekan. Dia merasakan frustrasi yang begitu
besar atas nasibnya sendiri. Untuk mengisi segala kehampaan tersebut, dia mulai melampiaskannya dengan minuman keras dan mabuk.
Mike mulai meyakinkan
adiknya yang juga ikut mengalami imbas dari keluarganya yang hancur, bahwa apa
yang mereka alami terjadi karena ulah sang ayah. “Di situlah saya menghasut
adik saya untuk balas dendam. “Ayo kita balas dendam kepada Papa kita. Kita bunuh dia”. Adik saya akhirnya setuju.”
Dalam
keadaan mabuk, kakak beradik ini mendatangi kediaman sang ayah untuk menuntaskan
misi balas dendam itu. Sayangnya, mereka tidak mendapati sang ayah di dalam rumah. Rumah nyatanya kosong.
Mike muali
kesal dengan dirinya sendiri. Dia mulai jenuh dengan kehidupan yang ia jalani; tanpa arah dan tujuan.
Namun Tuhan
nyatanya tidak melepaskan pandangan-Nya dari Mike. Di suatu hari, Mike bertemu
dengan seorang remaja yang mengajaknya beribadah di gereja. Dan sejak saat
itulah, dia mulai membuka diri menerima Tuhan dan menyadari bahwa figur seorang ayah yang baik hanya ada dalam Yesus.
“Selama ini
sebenarnya ada figur Bapa yaitu dalam Tuhan Yesus, yang selalu perhatikan saya,
yang selalu pedulikan saya, yang selalu menyayangi saya, yang tidak pernah meninggalkan saya. Tidak memperhitungkan kesalahan-kesalahan dan dosa yang saya lakukan.”
Mike yang menyimpan
dendam yang begitu besar kepada sang ayah akhirnya membuka diri untuk mau mengampuni.
Meski berat, namun Mike mengingat bahwa kasih Yesus terlebih besar bagi
hidupnya.
Pada tahun
1997, Mike Only menyerahkan hidupnya menjadi seorang pendeta. Dia memutuskan untuk
melanjutkan sekolah Alkitab dan melayani sebagai hamba Tuhan hingga saat ini.