Kejadian yang
menimpa gereja Toraja terjadi sejak Jumat (23/9) pekan lalu, dimana Gereja Toraja
Klasis Makassar dikepung oleh organisasi Front Pembela Islam (FPI) karena diduga
tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Mereka mendatangi gereja dan membentangkan
spanduk penolakan bertuliskan ‘stop pembangunan gereja tanpa izin warga’.
Menanggapi hal
itu Pendeta Gereja Toraja, Daur Sanpe Rurun membantah tuduhan tersebut dan menegaskan
jika mereka memiliki surat ijin pendirian bangunan yang resmi dari Dinas Tata Kelola kota Makassar sejak resmi berdiri pada 17 Juli 2015 lalu.
“Sudah ada izin
dari pemerintah kota Makassar. Sejak peletakan batu pertama, walikota Makassar Moh
Ramdhan Pomanto yang datang ke sini dan meresmikan,” terang Pendeta Daur Sanpe Rurun,
seperti dilansir Makassarterkini.com, Sabtu (24/9).
Sementara masalah
IMB gereja Toraja masih terus diperkarakan, Gereja Toraja Bawakaraeng Makassar malah
mengalami serangan dari orang tak dikenal pada Minggu (25/9) pukul 20.30 Wita. Para pelaku merusak pagar dan kaca gereja rusak.
Menurut saksi
mata, para pelaku terdiri dari 15 orang berpakian hitam berjalan kaki
mendatangi gereja. Mereka sempat menerobos pagar gereja untuk masuk, namun petugas
gereja berusaha menahan upaya tersebut. Karena berhasil ditahan, pelaku lalu merusak
pagar besi gereja dan melempar batu ke arah gedung gereja dan mengenai jendela kaca.
Kejadian itu
bahkan terjadi sementara jemaat Gereja Toraja Bawakaraeng tengah melakukan ibadah.
Terkait dua
kejadian beruntun ini, sejumlah tokoh agama angkat bicara dan menghimbau masyarakat
tidak mudah diprovokasi dengan mengatasnamakan agama untuk menyulut kebencian
antarumat beragama. “Masyarakat harus menahan diri, biarkan pihak berwajib yang
menangani masalah ini dan menyelesaikannya,” ucap Ketua Muhamamdiyah Sulawesi Selatan,
Ambo Asse.