Setiap
pernikahan rentan dengan yang namanya pertikaian. Dua orang yang saling
mencintai dan berikrar hidup semati bukan berarti bahtera rumah tangganya pasti
otomatis mulus. Oleh karena itu, baik suami dan istri wajib untuk membuka diri (mau terus dibaharui) dan bertumbuh dalam segala aspek.
Salah
satu yang sebenarnya membuat konflik adalah baik suami-istri kurang menyadari
bahwa mereka ada dalam proses penyatuan. Perbedaan-perbedaan secara pribadi
yang ada di dalam mereka perlu diselaraskan. Jangan kaget ketika proses
memadukan ini dilakukan, ganjalan-ganjalan pun muncul. Mulai dari masalah
kebiasaan pribadi, perbedaan selera, kebiasaan bergaul sampai pengelolaan rumah tangga, perbedaan-perbedaan pandangan akan selalu terjadi.
Bersyukur
kepada Tuhan bahwa Dia memberikan jawaban atas persoalan-persoalan itu. Dalam
Alkitab, kita memperoleh panduan sikap seperti apa yang perlu dimiliki oleh suami-istri:
1. Sikap Pembawa Damai
Firman
Allah menyatakan bahwa kebahagiaan dan berkat adalah upaya bagi orang yang
membawa damai (Matius 5:9). Suami dan isteri harus selalu berupaya mencari
damai dan hidup dalam perdamaian satu dengan yang lain (Roma 12:18; I Petrus 3:9-11). Untuk ini
dibutuhkan kepekaan, kehalusan perasaan, kerendahan hati dan hari yang rela mengampuni.
2. Sikap Menundukkan diri
Memilih
untuk mengalah dan mendahulukan hasrat serta pilihan teman hidup mengenyahkan
banyak persoalan yang mungkin timbul dan seketika itu juga terciptalah kesatuan (Roma 12:10).
3. Sikap Menahan Diri
Supaya
jangan kalah dengan situasi atau kondisi buruk yang ada di depan mata, Anda
perlu kembangkan sikap menahan diri diantaranya menahan lidah, berbicara dengan
lembut dan berakal budi, meminta maaf bila telah menyakiti pasangan, dan
mencari saat yang setepat-tepatnya jika hendak mengadakan atau melakukan sesuatu.
Roma
12:21 berbunyi “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan.”
4. Sikap Kasih
Kasih
terhadap pasangan akan nampak dalam tindakan mengutamakan kepentingan,
kesenangan serta kesukaan si dia (I Korintus 13:5). Karena kasihlah, kita sabar
menanggung segala sesuatu, sampai ditemukan jalan-keluar bagi persoalan yang dihadapi (I Korintus 13:7-8) .
Karena
kasih, kita tidak menyimpan kesalahan yang dilakukan oleh masing-masing pihak di masa lampau.
5. Sikap Lemah-Lembut
Kelemahlembutan terpantul dalam kerelaan seseorang menyerahkan hak-hak serta harapan-harapannya pada Allah, dan bukannya justru menuntut agar semua itu dituruti sesuai keinginannya sendiri. Percayalah, hanya Allah sendiri yang sanggup mengubah perangai teman hidup kita menjadi baik dan membawa Dia hingga tingkat perkembangan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan (Mazmur 62:6).
Sumber : Buku Memulihkan Keluarga / Dick Iverson dkk