7 Pelajaran Iman dari Tokoh Yusuf, Hidup Dengan Iman Sampai Pengampun
Sumber: google.com

Kata Alkitab / 18 April 2021

Kalangan Sendiri

7 Pelajaran Iman dari Tokoh Yusuf, Hidup Dengan Iman Sampai Pengampun

Lori Official Writer
95019
Semua orang pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Itu adalah pengalaman normal dalam hidup. Siapa Anda digambarkan dari cara pandang Anda dalam menghadapi masa-masa sulit itu. Dalam Alkitab, dituliskan tentang kisah perjalanan hidup Yusuf, putra bungsu Yakub, yang mengajarkan kita tentang cara sukses menghadapi kesulitan hidup. Dia dibenci saudara-saudaranya, dijual sebagai budak dan kemudian mendekap di sel penjara. Lewat pengalaman pahit itu, Yusuf bisa saja tumbuh menjadi pribadi yang dipenuhi dengan kebencian, kemarahan dan tekat untuk membalas dendam. Tetapi, dia justru memilih melakukan 7 hal ini dan membawanya tampil sebagai sosok yang baik hati dan penuh teladan.

1. Hati yang penuh penerimaan

Kita seringnya merespon kesulitan hidup dengan bertanya, “Mengapa harus aku?” Tetapi Yusuf malah meresponi pengalaman pahitnya dengan menerima keadaan tersebut. Ia menerima statusnya sebagai budak, bekerja sebagai pelayan Potifar. Dan ketika dia dilemparkan ke dalam penjara ia terus bekerja keras.

Pelajaran: Yusuf mengajarkan bahwa hanya dengan menerima kondisi saat inilah kita bisa melangkah maju dan menjadi sukses.

2. Pekerja keras

Yusuf tidak berusaha melawan orang-orang yang telah memperbudak dia. Dia benar-benar membantu mereka untuk menciptakan kesejahteraan. Hal ini terjadi di rumah Potifar dan di penjara. Mereka menyadari bahwa Yusuf adalah sosok yang memiliki bakat dan diberkati.

Pelajaran: Jika kita tidak bekerja keras melalui kesulitan kita, orang lain mungkin tidak akan pernah melihat kemampuan besar yang ada di dalam kita.

3. Penuh dengan kesabaran

Yusuf percaya bahwa Tuhan akan memberkatinya melalui mimpi-mimpinya. Maka dari itu, dia melewati pencobaan tersebut dengan kesabaran, sebab dia percaya berkat terselubung akan terjadi. Bersamaan dengan kesabarannya itu pula Yusuf mencari solusi. Setelah menafsirkan mimpi tukang roti dan keju, dia meminta pelayan memberitahukan kesusahannya itu. Setelah itu, dia terus bekerja di penjara sembari mempercayai waktu Tuhan akan tiba.

Pelajaran: Mengingat berkat-berkat Tuhan memang menjadi cara terbaik untuk bisa menumbuhkan kesabaran dalam diri.
 
 
Baca Juga: Korban Bullying Yang Kini Jadi Seorang Menteri

 
4. Berintegritas

Ketika istri Potifar mencoba merayu Yusuf, ia pun memilih untuk menghindar. Dia menyadari bahwa dirinya harus benar-benar menjadi kekudusan di hadapan Tuhan jika ingin mendapatkan berkat-berkat-Nya.

Pelajaran: Memilih untuk tidak terjerumus dalam godaan adalah ujian integritas yang sangat sulit.

5. Penuh kerendahan hati

Ketika Yusuf dipanggil untuk menafsirkan mimpi Firaun, dia bisa saja merebut pujian dari raja untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, dia justru memberikan segalanya kepada Tuhan. “Yusuf menyahut Firaun: "Bukan sekali-kali aku, melainkan Allah juga yang akan memberitakan kesejahteraan kepada tuanku Firaun. (Kejadian 41: 16)”.

Pelajaran: Yusuf tahu Tuhanlah yang telah mengerjakan segala hal dalam kehidupannya sehingga yang patut dipuji dalam hal itu adalah Tuhan.

6. Penuh belas kasihan

Yusuf berhak membalaskan dendam atas pelakuan saudara-saudaranya, potifar dan penjaga penjara di masa lalu. Tetapi dia memilih untuk memberkati mereka. Dia membantu Potifar dan penjaga penjara untuk menciptakan kesejahteraan negeri. Dia menafsirkan mimpi dan mengusulkan upaya menyelamatkan bangsa Mesir dari kelaparan yang berkepanjangan. Dia benar-benar hidup sebagaimana Yesus mengajarkan kita untuk hidup saling mengasihi hingga di masa ini (baca Matius 5: 44).

Pelajaran: Mampu melepaskan rasa dendam akan membantu kita untuk melewati pencobaan hidup.

7. Memiliki hati yang mengampuni

Ketika Yusuf menyampaikan identitasnya kepada saudara-saudaranya, lalu dia berkata, “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (Kejadian 45: 5)”. Dia tahu bahwa kesulitan yang terjadi ternyata menciptakan perkara besar. Karena itu dia mengampuni mereka sepenuhnya. Sebab ketika kita mengampuni, kita melepaskan segala kepahitan dan amarah yang dapat menghambat kita mencapai kemajuan hidup.

Pelajaran: Kesulitan justru membantu kita untuk mengasah karakter yang benar dalam menghadapi masalah.

Apakah kamu bersedia melatih diri untuk menjadi pribadi seperti Yusuf?
 
 
Baca Juga: 4 Tokoh Alkitab Ini Dikenal Paling Murah Hati, Siapa Aja Ya Mereka?
 

 
Yuk bantu saudara-saudara kita di NTT, kamu bisa berdonasi melalui BCA 522 0309 292 An. Yayasan Obor Berkat Indonesia.
 
Pastikan untuk memasukkan kode 012 di sumbangan Anda sebagai bentuk konfirmasi sumbangan untuk NTT. Contoh: Rp. 100.012.
 
Untuk informasi selengkapnya, kamu bisa langsung menghubungi tim kami di nomor 0878-9570-8092.

 

Sumber : Familyshare.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami