Tiga Ilusi Pernikahan yang Harus Diatasi (3)
Sumber: Getty Images

Marriage / 31 January 2016

Kalangan Sendiri

Tiga Ilusi Pernikahan yang Harus Diatasi (3)

daniel.tanamal Official Writer
3693

Ilusi 3: Cinta Sejati Hanyalah Suatu Perasaan


Tidak mungkin cinta hanya ditopang oleh perasaan-perasaan saja. Setiap pernikahan mengalami suatu waktu di mana setidaknya salah satu dari pasangan itu tidak merasakan cinta. Pada saat demikian segalanya terasa menjerit, "Lepaskan, sudah berakhir." Tetapi jika kita melepaskan hal pertama yang terjadi, maka kita tidak akan pernah menemukan cinta yang langgeng...

Kita hidup dalam masyarakat yang mengatakan bahwa kita patut menerima yang terbaik. Benarkah itu dalam pernikahan? Apakah kita harus mencintai untuk waktu yang lama apabila kita mempunyai yang terbaik - menarik, lucu, seseorang yang dapat memenuhi semua kebutuhan kita? Tidak! Jika kita ingin menemukan cinta yang sejati, kita harus belajar mencintai apa yang sama sekali tidak kita harapkan.

Dalam bukunya "Martal Lessons' (Pelajaran Fana): Catatan dalam Seni Bedah, Richard Seltzer, seorang ahli bedah, menceritakan peristiwa berikut ini:

Saya berdiri di samping tempat tidur di mana seorang wanita muda berbaring, wajahnya sudah dioperasi, mulutnya miring karena lumpuh. Sebuah cabang kecil dari syaraf wajah  otot-otot mulutnya, telah terputus. Dia akan tetap demikian mulai sekarang. Ahli bedah telah berusaha sungguh-sungguh mengikuti garis lengkung otot-ototnya, saya jamin hal itu. Meskipun demikian, untuk memindahkan tumor di pipinya saya harus memotong sebuah saraf yang kecil. Suaminya yang masih muda ada di dalam ruangan itu. Dia berdiri pada sisi yang lain dari ranjang itu dan mereka bersama-sama tinggal dalam nyala lampu pada malam hari, terpisah dari saya, menyendiri. Siapakah mereka? tanya saya pada diri sendiri. "Laki-laki itu dan mulut miring yang telah saya buat. Mereka saling menatap dan menyentuh dengan mesra." Wanita muda itu berkata, "Apakah mulut saya akan selalu seperti ini?" tanyanya. "Ya," kata saya. Itu karena syarafnya telah terpotong. Wanita itu mengangguk dan diam, tetapi laki-laki muda itu tersenyum. "Saya menyukainya," katanya. "Kelihatannya manis." Dan tiba-tiba saya tahu siapa dia dan saya menundukkan kepala saya. Dan saya melihat dia membungkuk untuk mencium mulut yang bengkok itu, dan saya begitu dekat, dan saya dapat melihat bagaimana laki-laki itu memutar bibirnya sendiri untuk menyesuaikan dengan bibir isterinya, untuk menunjukkan bahwa ciuman masih tetap bisa dilakukan. Saya menahan nafas, dan membiarkan keajaiban ini terjadi.

Apakah suami muda tersebut lebih suka bila isterinya memiliki wajah seperti ketika dia menikah dengannya? Tentu saja. Apakah kadang-kadang dia memimpikan bahwa isterinya memiliki wajah yang sempurna? Ya. Tetapi akan terjadi dalam setiap pernikahan di mana kita dipanggil untuk mencintai bukan "karena' tetapi "meskipun', saat di mana kita harus memutar bibir kita untuk menunjukkan bahwa ciuman masih tetap bisa dilakukan. Pada dasarnya itu bukan hanya perasaan mencintai tetapi kemauan untuk mencintai. Jika kita tidak berpegang pada hal tersebut, tidak mungkin cinta dapat bertahan.

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami