Berawal dari coba-coba, Sandy Bagus Bahagia kemudian ketagihan mengunjungi lokalisasi. Kenikmatan dari bisnis 'esek-esek' ini seakan tidak mampu di lawannya saat itu. Berganti-ganti pasangan dan berhubungan seksual bukan lagi jadi soal baginya. Namun, untuk mendapatkan kepuasan tersebut dirinya harus merogoh kocek yang cukup dalam.
Inilah yang kemudian membuatnya percaya bahwa uang adalah sumber kebahagiaan. “Saya percaya uang bisa membuat saya bahagia,” kata Sandy. Sehingga dirinya bertekad untuk bekerja di luar negeri.
Tahap demi tahap persiapan ke luar negeri pun dilakukannya. Sayangnya, tes kesehatanlah yang membuatnya gagal berangkat menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI). Alasan ini juga yang membuatnya merasa bahwa petaka dari prostitusi mulai menghancurkan dirinya.
Kegagalan berangkat menjadi TKI belum apa-apa dibandingkan saat dokter memvonisnya dengan infeksi HIV (human immunodeficiency virus). Berkali-kali dia hanya bertanya kepada Tuhan, “kenapa harus saya? Kenapa harus saya Tuhan.”
Penyesalan memang selalu datang terlambat, dan saat itu Sandy hanya bisa menyesal. Dirinya tahu bahwa penyakit yang diidapnya adalah penyakit yang dibenci oleh banyak orang. Dia juga sadar dengan stigma masyarakat yang melekat pada penderita HIV. Hal inilah membuatnya takut untuk menjalani kehidupannya.
Takut dipandang buruk oleh orang-orang di lingkungannya, Sandy akhirnya memilih untuk diam dan tidak melakukan apapun untuk menangani penyakitnya. Setelah empat tahun, kondisi kesehatannya semakin memburuk. Dirinya putus asa dan sempat berpikiran untuk mengakhiri hidup. Namun dirinya juga takut kalau orang-orang tahu dia meninggal karena HIV.
Akhirnya, kesehatan yang drop membuat Sandy dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Saat itu, ibunya tahu tentang keadaannya dan datang menjenguknya. Awalnya dirinya tidak berani untuk menceritakan kondisi sebenarnya. Namun dia memohon kepada Tuhan agar berani mengungkapkan yang sebenarnya dan menguatkan ibunya untuk menerima hal tersebut.
Setelah tahu keadaan anaknya, Sang ibu, Meskey Pantau hanya bisa menangis. Namun dirinya sadar bahwa Tuhan lebih dari sanggup untuk menyembuhkan anaknya. “Saya serahkan semua kepada Tuhan. Kalaupun ini terjadi kepada anak saya, saya ingin dia bisa hidup dalam Tuhan.”
Dengan kesungguhan hati, sang ibu merawat anaknya dengan penuh kasih. Inilah yang kemudian menggugah hati Sandy dan membuatnya sadar betapa dirinya begitu dikasihi dan berharga. Melalui ibunya juga, dia bisa merasakan kasih Tuhan yang penuh untuk dirinya.
Seburuk apapun orang memandang dirinya, Sandy percaya bahwa Tuhan sedang bekerja luar biasa dalam hidupnya. Melalui Injil Yohanes, dirinya semakin diteguhkan untuk bangkit dari keterpurukannya. Sandy semakin yakin dan percaya akan kuasa Tuhan yang dahsyat.
Sembuh ataupun tidak, dia tetap berkomitmen untuk tetap menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Yesus Sang Juru Selamat. “Kebutuhan saya pada saat itu bukan lagi kesembuhan. Melainkan ingin semakin dekat dengan Tuhan dan mengasihi-Nya.”
“Aku bersyukur, bahwa melalui penyakitku, Yesus membuktikan kasih-Nya.” Sandy merasa Tuhan tidak pernah meninggalkannya. Bahkan Tuhan pula yang membawanya mewujudkan mimpi-mimpi yang dahulu dianggapnya telah sirna.
“Meskipun saya belum sembuh total, namun semakin hari kondisi saya semakin baik. Pada tahun 2006 saat di vonis dengan HIV, saya memiliki kondisi sangat kritis dengan CD4 yang sangat rendah, yakni hanya 4.” Menurut dunia kedokteran, saat CD4 seseorang di bawah 200, maka HIV sudah berkembang menjadi AIDS (acquired immune deficiency syndrome) dan ada banyak penyakit yang bersarang dalam tubuhnya.
Namun sekali lagi, Tuhan membuktikan bahwa Dia adalah Allah yang sanggup menyelesaikan segala perkara. Kondisi Sandy semakin membaik. “Puji Tuhan semua semakin baik. Beberapa bulan lalu saya cek CD4 saya sudah diatas rata-rata orang normal, yakni diatas 500.”
Sejak Sandy menyerahkan hidupnya secara penuh kepada Tuhan, tidak hanya kondisi fisik yang dipulihkan, hidup dan hatinya juga dipakai Tuhan lebih lagi. “Hidup saya menjadi lebih berarti, saya bisa melayani dan menjadi hamba Tuhan. Diangkat menjadi pendeta, bahkan beberapa kali diizinkan Tuhan untuk melayani orang-orang dengan sakit yang sama. Puji Tuhan kehidupan mereka juga semakin dipulihkan.”
Saat ini, selain menjadi hamba Tuhan, Sandy juga hidup bahagia dengan pasangannya. Wiwin sang istri mengungkapkan bahwa dirinya tidak takut dengan penyakit yang diderita suaminya. “Saya yakin dan percaya dengan Sandy. Rancangan Tuhan adalah yang terindah dalam kehidupan kami,” ujarnya.
Anda
diberkati dengan artikel ini, yuk share artikel ini di Facebook-mu dan
ajak teman-temanmu untuk re-share link artikelnya. Semakin banyak yang
re-share, semakin keren hadiahnya. Keterangan lebih lanjut, KLIK DI SINI.
Demi kenyamanan Anda selama mengakses Jawaban.com, kami menggunakan cookie untuk memastikan situs web kami berfungsi dengan lancar serta memberikan konten dan fitur yang relevan untuk Anda, dan meningkatkan pengalaman Anda di situs web kami. Data Anda tidak akan pernah diperjualbelikan atau digunakan untuk keperluan pemasaran. Anda dapat memilih untuk Setuju atau Batalkan terhadap penggunaan cookie dalam situs web ini. Learn more