Menjadi Pendengar yang Baik
Sumber: www.hackcrow.com

Kata Alkitab / 3 August 2015

Kalangan Sendiri

Menjadi Pendengar yang Baik

Lori Official Writer
4105

Pernahkah Anda dalam percakapan dengan orang lain dan menyadari bahwa Anda telah dinilai? Anda melihat mulut mereka bergerak, tetapi tidak terkoneksi? Situasi seperti ini membuat saya bertanya:

-   Mengapa hal itu begitu sulit dimasa sekarang?

-   Bagaimana kita tetap bisa terhubung ketika kita berada dalam sebuah percakapan?

-   Bagaimana kita bisa menjadi pendengar yang lebih baik?

Kita hidup di zaman teknologi dimana orang-orang jarang sekali melakukan hanya satu hal saja dalam suatu waktu. Misalnya, saya menemukan di suatu hari bahwa sangat mungkin bagi seseorang yang sedang melakukan percakapan lewat telephone juga mengetik pesan singkat kepada orang lain dalam waktu bersamaan. Tidak heran kadang-kadang saya harus mengulangi percakapan di telepon. Dunia kita bergerak begitu cepat, dan kita telah digoda untuk berpegangan kuat saat mengemudi dengan kecepatan tinggi.

Setiap orang perlu terhubung

Kita hidup di zaman dimana pertemuan bersama orang terdekat begitu minim. Isolasi, depresi, dan kesepian mengikat. Kita merindukan koneksi antar sesama, tetapi kita lebih nyaman dengan komunitas online. Untuk itu, kita perlu melakukan upaya untuk membuat koneksi ketika mendapat kesempatan.

Pernahkah Anda memperhatikan ketika Anda sedang melakukan pendaftaran, kasir kadang kala tidak melakukan kontak mata. Ketika Anda berada di toko, tanyakan kasir bagaimana hari mereka, melihat langsung ke mata mereka. Ini bisa saja membangun rasa keterlibatan dengan orang lain dan merupakan ungkapan bahwa mereka peduli. Kadang kala kita hanya perlu mengajukan pertanyaan sederhana: Bagaimana hari Anda? Orang-orang kadang kala sulit memulai pembicaraan karena tidak ada orang yang benar-benar mau mendengar.

Pertemuan bukan sekedar peristiwa ‘kebetulan’

Kadang kala sangat mudah untuk menghabiskan hari-hari kita dengan pikiran bahwa setiap pertemuan kita dengan seseorang hanyalah sebuah kebetulan. Namun Mazmur 139: 2-3 mengatakan, “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kau maklumi”.

Allah semesta menyadari apa yang Anda lakukan dalam keberadaan Anda sehari-hari. Anda membuat rencana, tetapi Tuhan yang tahu bagaimana semuanya akan berubah. Terkadang kita lupa bahwa ketika kita membuat rencana, kita merasa bahwa kita berada dalam rasa aman yang palsu bahwa kita berada dalam kendali dan kemudian kita mencoba mengontrol semuanya, sayangnya Tuhan lah yang menjadi pusat kontrol.

Kita harus mengingat hal ini ketika kita bertemu orang lain di sepanjang hari. Allah menempatkan kesempatan untuk bisa terhubung dengan orang lain, dan kita harus belajar untuk mengenali mereka. Mendegarkan masalah karena seseorang yang ada di hadapan kita adalah pribadi yang dikasihi Tuhan. Kita bisa meminta Tuhan meminjamkan mata-Nya supaya bisa melihat orang lain seperti Dia melihat mereka. Jika fokus kita hanya pada pribadi di hadapan kita, dan kita melihat dia adalah milik Tuhan, kita mungkin akan lebih tergoda untuk melakukan percakapan tentang diri kita sendiri.

Alangkah baiknya bila kita keluar dari pandangan itu dan mulai memandang tentang orang lain. Berinisiatif memulai percakapan dengan orang lain tentang Tuhan.

Melangkah Bersama Roh Kudus

Orang-orang yang telah hidup di dalam Tuhan adalah mereka yang telah dipenuhi oleh roh Allah. Dalam Galatia 5:25 dikatakan, “Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh”. Kita mungkin tidak tahu apa yang akan dihadapi orang-orang di depan kita, tetapi Tuhan tahu. Jika kita sejalan dengan Roh, Tuhan akan memimpin percakapan kita. Dan ketika kita mengingat bahwa Tuhan bersama dengan kita dalam setiap langkah, Tuhan akan memberitahu apa yang harus kita lakukan, tanyakan, katakan dan bahkan kapan waktu kita harus diam.

Ketika kita melangkah bersama Roh, kita menunggu dengan sabar ketika orang lain sedang berbicara. Ketika kita selaras dengan Roh, kita menyadari bahwa kita bukanlah alasan seseorang diberkati, disegarkan atau diberi semangat. Tuhan adalah sumber dari kekuatan itu dan kadang kala kita mendapat hak istimewa untuk dipakai sebagai alat mengubahkan orang lain.

Belajar Mendengar

Allah memberitahu kita dalam Yakobus 1: 19, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”. Kita menerapkan hal ini ketika kita belajar untuk menjadi pendengar yang baik. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar untuk didengar. Allah memberikan kesempatan untuk berlatih mendengarkan orang lain setiap hari.

Dalam percakapan sehari-hari, kita terlalu sering membangun interaksi yang kacau dan menjadi berantakan karena kita mendengarkan lawan bicara dengan fokus. Betapa berbedanya sebuah interaksi jika kita cepat mendengar dan lambat untuk berkata-kata. Namun untuk menjadi pendengar yang baik, kita perlu berdoa, menunggu dengan sabar, dan belajar meresponi dengan karunia. Sebelum mempersilahkan diri untuk menjadi pendengar, berdoalah agar Tuhan meminjamkan perkataan-Nya mengalir dalam lidah kita sehingga respon yang kita sampaikan kepada lawan bicara tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Saat kita mendengar dan memberi respon yang tepat, saat itu pula lawan bicara kita menilai bahwa kita benar-benar mendengarkan seluruh ceritanya dengan baik.

Tak mudah memang untuk tetap menyendengkan telinga bagi cerita orang lain, namun hal itu melatih kita untuk menaruh kepedulian kepada orang lain, seperti Tuhan yang tetap setia mendengar segala keluh kesah kita.

Sumber : Christianitytoday.com/jawaban.com/ls
Halaman :
1

Ikuti Kami