Kekerasan fisik
lazimnya menjadi salah satu senjata bagi orang tua untuk mendisiplinkan anak
yang melakukan kesalahan. Namun tahukah Anda bahwa konsep hukuman ternyata kurang
tepat diterapkan jika ingin memberi efek jera kepada anak.
Tak hanya memukul,
orang tua juga keliru ketika melakukan langkah pendisiplinan ini kepada anak.
Mengancam dengan hukuman
Kebanyakan dari
orang tua belum menyadari betapa buruknya risiko ketika anak diancam dengan hukuman
yang memberatkannya. Misalnya, memukul dengan alat keras atau membiarkannya di luar
rumah. Padahal, ketika anak berbuat salah langkah pertama yang patut dilakukan adalah
melakukan pendekatan persuasif dan komunikatif, seperti diungkapkan oleh Psikolog
anak Ayoe Sutomo.
Mendisiplinkan ketika emosi
Jangan pernah mengambil
keputusan ketika Anda emosi atas kelakuan anak. Anda tak harus berteriak pada
anak dan menghajarnya tanpa kontrol. Cara yang patut dilakukan adalah menenangkan
diri Anda dalam beberapa waktu agar suasana tenang terlebih dahulu.
Sering menyogok anak
Saat hendak meminta
anak untuk melakukan sesuatu, Anda seringnya menyogok dengan iming-iming tambahan
waktu bermain game atau memberi uang saku lebih. Padahal adalah suatu kewajiban
ketika anak bias melakukan sesuatu tanpa diimingi imbalan. Jika Anda melakukannya
hamper setiap saat, maka bias saja dia tak akan bisa membedakan Antara sogokan
dan kewajiban.
Melanggar aturan sendiri
Banyak orang tua
yang seringkali melarang anak untuk melakukan ini dan itu, sementara ia bahkan
tidak bisa menjadi contoh yang baik bagi anak. Misalnya saja, seorang ayah yang
melarang anak remajanya untuk tidak merokok, sementara setiap hari sang anak secara
terbuka menyaksikan ayahnya menghisap rokok dengan nikmatnya. Apabila orang tua
membuat aturan, maka diharapkan agar tak melanggar aturan itu juga.
Membiarkan anak berbuat salah
Saat pekerjaan menyita
perhatian Anda, seringnya yang menjadi korban adalah anak. Mengapa tidak, bisa saja
ketika anak Anda memukul saudaranya lalu Anda tidak memberi respon apapun dalam
beberapa waktu lamanya. Lalu dengan tiba-tiba Anda mulai bertindak dan membentak-bentak
anak. Sebagai orang tua, seharusnya lebih bersikap sigap ketika anak mulai melakukan
tindakan salah. Karena anak akan merasa bahwa Anda tak akan peduli dengan apa
yang dilakukannya.
Mengatakan tentang kebohongan
Di masa
pertumbuhan, anak biasanya akan lebih mudah mengingat dan menirukan sesuatu yang
didengar dan dilihatnya. Wajar jika anak akan belajar karakter seperti orang
tua yang kerap berinteraksi dengan mereka. Nah, agar anak tumbuh dengan pola pikir
yang benar, maka jangan membiasakan untuk mencekokinya dengan kebohongan-kebohongan
yang hanya merusak kepercayaannya. Sebab kelak, ketika sudah tumbuh dewasa ia akan
mengingat kebohongan itu dan tak lagi mempercayai Anda.
Pertumbuhan anak
ditentukan dari pola asuh orang tua, tentang bagaimana mendisiplinkan anak
ketika melakukan kesalahan, mengajarkan tentang bersikap benar dan mau menaati peraturan
yang berlaku di rumah. Bangunlah komunikasi yang tepat dengan anak, ada saat
untuk Anda didengarkan oleh anak dan ada saat untuk mendengarkan mereka. Jangan
ragu untuk mendiskusikan berbagai hal dengan anak ketika hal itu Anda anggap
penting.