Pengakuan Pria yang Sudah Lakukan Hubungan Seks Sejak Kecil
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=FM4IpqhV

Family / 12 March 2015

Kalangan Sendiri

Pengakuan Pria yang Sudah Lakukan Hubungan Seks Sejak Kecil

Tiurma Ida Purba Official Writer
50442
Masa kecil yang bahagia tidak pernah saya dapatkan. Untuk mengulang kembali masa itu rasanya tidak mungkin. Kurangnya perhatian orang tua adalah sebuah alasan mendasar yang membuat masa kecil saya hancur. Saya berasal dari sebuah desa yang sering melakukan prostitusi. Ketika masih kecil, saya pernah diajak tidur oleh seorang PSK ( pekerja seks komersial). Saya yang ketika itu masih lugu dan tidak tahu apa-apa melayani apa yang dibutuhkan PSK tersebut. 

Karena tidak ada yang memperhatikan saya, lalu saya menjadi ketagihan. Tidak hanya itu saja, beranjak dewasa, saya pun dekat dengan seorang bapak-bapak. Pertama-tama saya bingung mengapa bapak-bapak itu sangat perhatian kepada saya? Dan ternyata, bapak-bapak tersebut adalah homo dan ingin menjadikan saya sebagai pemuas seksnya. 

Karena mempunyai pengalaman bersama dengan PSK, jadi saya tidak merasa aneh dengan perlakuan bapak-bapak itu kepada saya. Berkembang menjadi pribadi penikmat seks, membawa saya menjadi seorang “ Germo”. Dimana saya mengumpulkan gadis-gadis kampung dari tempat saya, dan kemudian saya jual kepada para pria-pria hidung belang. 

Saya datang ke kampung dan berusaha membujuk orang tua mereka. Alasan yang saya sampaikan ketika itu adalah ingin mempekerjakan mereka di sebuah perusahaan. Namun, nyatanya saya jual untuk dijadikan PSK. Usaha saya ini tidak berlangsung lama  karena tidak memberikan pesanan yang sesuai dengan permintaan pelanggan,akhirnya saya di pukuli. 

Lalu saya memutuskan untuk berpindah profesi menjadi waria. Saya nekat untuk menjadi waria karena saat itu saya tidak mempunyai uang lagi. Menjadi waria tidak mengubah keadaan saya. Akhirnya saya berniat untuk bunuh diri. Namun, ketika ingin bunuh diri di rel kereta api, saya mendengar hati nurani saya berkata “ jangan, masih ada harapan”. Ketika itu juga saya memutuskan untuk membatalkan niat saya. 

Akhirnya saya pulang ke Jakarta dengan harapan dapat memulai lagi kehidupan yang baru. Namun, bayang-bayang orang-orang yang ingin memukul saya selalu mengikuti saya. Bertahun-tahun saya mengadu nasib di Jakarta sebagai gelandangan, namun saya tidak bertahan. Keputusan untuk balik ke kampung halaman pun harus saya lakukan. Saya berharap dapat memulai hidup yang baru di kampung halaman saya. Ternyata ketika saya bertemu dengan orang tua saya, mereka menolak dan mengusir saya. 

Orang tua saya merasa malu dan menyesal memiliki anak seperti saya. Suatu kali saya menjual narkoba kepada salah satu anak polisi. Lalu kami memakai barang haram tersebut di tengah laut. Namun, ketika sedang mabuk-mabukan dan memakai narkoba, anak polisi tersebut pun jatuh dan meninggal. Kasus tersebut pun diusut dan orang tua saya harus mengeluarkan uang yang banyak agar saya tidak dipenjara. Sampai saat ini mereka pun masih menyalahkan saya. 
Karena orang tua saya tidak menerima saya kembali, maka saya kembali ke Jakarta. Di Jakarta saya tidur di pinggiran kali. Ketika itu ada orang yang memperhatikan saya dan mengajak saya untuk pulang. Ternyata saya diajak ke sebuah ibadah. Di ibadah tersebut saya mendapat sebuah ayat yang meneguhkan hati saya. “ Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku. ( Mazmur 27:10).

Saya pun menguji ayat tersebut dan mencoba kembali untuk datang ke rumah. Namun, kenyataannya mereka masih menolak saya. Harapan saya untuk hidup pun kembali hilang dan saya mencoba untuk bunuh diri lagi. Tetapi ketika ingin bunuh diri, ada orang yang melarang saya. 

Saya pun kembali untuk beribadah kepada Tuhan. Disitulah Tuhan menjamah dan mengubahkan hati saya. Tuhan tidak mengingat pelanggaran dan dosa saya masa lalu. Bahkan Dia memulihkan hidup saya. Saya menyelesaikan sekolah saya dan kini saya melayani orang-orang yang kehilangan masa depannya dan orang-orang jalanan khususnya.

Sungguh Dia Allah yang luar biasa. Keselamatan itu hanya ada di dalam Tuhan. Dan saya pun menerima Yesus sebagai juru selamat saya. Dahulu saya merasa tidak berharga namun setelah hidup dalam Tuhan, saya sadar bahwa saya sangat berharga di mata Tuhan.

Sumber : Anggertias Naftali
Halaman :
1

Ikuti Kami