Keluarga Eka Tjipta Widjaja saat ini tercatat di Forbes sebagai orang terkaya nomor 4 di Indonesia dengan total kekayaan $ 5,8 miliar dolar. Pria berusia 91 tahun yang saat ini menjabat sebagai Ketua Badan Pembina Eka Tjipta Foundation ini adalah founder dari Sinar Mas Group, perusahaan yang dirintisnya dari nol.
Bagi Eka Tjipta, kekayaannya tidak datang dengan sendirinya atau sekedar warisan orang tua. Lahir dari keluarga miskin di Coan Ciu, Hokian, pada 3 Oktober 1923, dirinya tidak asing lagi dengan yang namanya kerja keras dan penderitaan. Namun kedua hal itulah yang membentuknya menjadi pribadi yang kuat menghadapi berbagai kegagalan dan kesulitan yang menghadangnya.
"Kesulitan apapun yang dihadapi, asal punya keinginan untuk berjuang, pasti semua kesulitan bisa diatasi," itulah prinsip yang dipegang oleh pria yang lahir dengan nama Oei Ek Tjhong.
Sang ayah merantau lebih dulu ke Makasar, Indonesia untuk mencoba peruntungannya. Di usianya yang ke 9, Eka Tjipta bersama ibunya menyusul sang ayah dan meninggalkan negeri China. Di Makasar hidup mereka tidak seenak yang diharapkan, keadaan memaksa mereka hanya makan bubur dan ubi. Ingin membantu orangtuanya, Eka muda membantu ayahnya berjualan dari rumah ke rumah menggunakan sepeda sekalipun saat itu ia mengalami kesulitan komunikasi karena perbedaan bahasa.
Kesulitan ekonomi membuat Eka cuma bisa lulus Sekolah Dasar (SD). Mewarisi darah pedagang dari sang ayah, di usia 15 tahun Eka mulai berjualan sendiri. Barang dagangannya adalah biskuit dan gula-gula. Ia bahkan berani menjadikan ijasah SD-nya sebagai jaminan agar para suplier mau memberi kepercayaan untuk mengambil barang tanpa harus bayar di muka. Saat usahanya mulai berkembang, pasuka Jepang masuk ke Indonesia, perang membuat usahanya hancur.
Mencoba berbagai usaha, mulai dari berjualan kopra, gula hingga kopi, dan berkali-kali ia harus menghadapi kegagalan dan kebankrutan namun tidak membuatnya putus asa. Di usia 37 tahun Eka Tjipta pindah ke Surabaya, awalnya ia sempat memiliki kebut kopi dan karet, bahkan memiliki pabrik minyak kelapa dan penggilingan padi, namun merugia. Ia menjual usahanya dan mendirikan CV Sinar Mas yang bergerak di bidang ekspor hasil bumi dan impor tekstil.
Dari sana usahanya mulai membuahkan hasil, ia pun terus mengembangkan usahanya dan mendirikan PT Tjiwi Kimia pada tahun 1976. Tidak berhenti disana, tahun 80an ia mulai berekspansi dalam perkebunan kelapa sawit di beberapa daerah. Ia pun dengan berani merambah dunia perbankan dengan membeli Bank International Indonesia (BII). Kini bisnisnya membentang mulai dari minyak kelapa sawit, kertas, hingga properti.
Walau sempat tergoncang saat krisis tahun 1998, perusahaannya bisa bangkit kembali. Kini berbagai usaha yang didirikannya tidak lagi ia pegang langsung namun sudah ia serahkan kepada anak-anaknya, Franky Oesman Widjaja adalah CEO Golden Agri-Resources, Teguh Ganda Wijaya mengendalikan bisnis bubur kertas dan kertas, Muktar Widjaja mengurus perusahaan properti, Indra Widjaja pun menjadi pimpinan Sinar Mas Multiartha. Eka sendiri kini fokus kepada yayasan yang dibangunnya untuk membantu mereka yang membutuhkan. Kepedulian kepada sesama adalah nilai yang ia pegang dan teladankan.
"Bila kita hidup hemat, uang yang ditabung bisa digunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Dan, kita harus sebisa mungkin membantu orang lain yang kurang mampu tanpa dikriminasi. Kemanusiaan itu tidak pandang bulu," demikian pernyataan Eka yang dikutip oleh Tokohindonesia.com.
Eka Tjipta Widjaya membuktikan bahwa sekalipun ia hanya lulusan SD, perantau dari keluarga miskin, namun dengan kerja keras dan kegigihan, meraih keberhasilan bukanlah sesuatu yang mustahil.