Di Indonesia pejabat
pemerintah begitu di segani dan di hormati. Hal ini dapat kita lihat pada
setiap acara, pejabat pemerintah sering kali didahulukan daripada yang lain. Misalnya
mereka tak perlu ikut antri. Bagi sebagian pejabat mungkin ini adalah sebuah
penghormatan yang tidak dapat ditolak. Namun berbeda dengan Lukman Hakim Saifuddin
yang tidak suka dengan perlakuan seperti itu.
Ditemui di Kementrian
Agama, Jakarta, Kamis (11/12/2014) mengungkapkan bahwa dirinya memang harus
menjadi teladan bagi sekelilingnya, dalam bekerja atau dihadapan publik
sekalipun. Tapi, dirinya tidak setuju dengan jabatannya sebagai Menteri Agama
mendapat pelayanan khusus saat keadaaan tertentu.
Kepada Antara, Lukman
menceritakan kisahnya saat datang ke tempat pernikahan temannya. Saat ingin
bersalaman dengan kedua mempelai, namun Lukman mendapat layanan khusus dan
tidak perlu mengantri. Kisah lain yang pernah dialaminya adalah saat ingin ke
kantor atau ke tempat lain, Lukman mendapat pengawalan di jalan raya dan
menyebabkan jalanan macet. Sehingga menyebabkan pengguna jalan lain merasa
kesal dan banyak yang mengucapkan sumpah kepadanya.
“Saya merasa sakit juga. Sakitnya di sini,” ujar Lukman. Pernyataannya
ini mendapat respon tawa para hadirin. Dia menjelaskan bahwa dia sebenarnya
tidak ingin mendapat perlakukan yang berlebihan saat dia menghadiri acara
diluar pekerjaannya. Walaupun memang dia
menyadari bahwa pelayanan seperti itu sudah ada dalam Undang-Undang sebagai
menteri.
Dalam perbincangannya, dia
mengajak jajaran Kementrian Agama khususnya untuk mengedepankan lima nilai
budaya kerja yaitu integritas,
profesionalitas, inovatif, bertanggung jawab, dan keteladanan.
Baginya budaya kerja
tidak dapat lepas dari sistem yang dibangun. Misalnya bila sistem yang dibangun
baik dan dipatuhi maka akan membentuk karakter setiap orang menjadi baik. Dia
memberikan contoh lebih spesifik, ketika warga Indonesia yang pergi ke Batam (Kepri) dan menyebrang ke
Singapura, maka mereka akan mengikuti aturan tidak boleh membuang sampah dan
mematuhinya bersama aturan-aturan lainnya.
Singapura memang akan
mendorong warga Indonesia menjadi pribadi yang disiplin. Namun, terkadang
manusia suka kembali ke watak aslinya ketika pulang ke Indonesia. Dia berharap bahwa masyarakat Indonesia
dapat menjalankan lima nilai budaya kerja dalam kehidupan nyata agar
menjadi manusia yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.