Ketua Geng Kapak Merah yang Mencari Kasih Ibu dan Ayah
Sumber: jawaban.com

Family / 10 October 2014

Kalangan Sendiri

Ketua Geng Kapak Merah yang Mencari Kasih Ibu dan Ayah

Lois Official Writer
24856
Dari kecil Odih Sutisna sudah melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak boleh dilakukan orang dewasa, apalagi anak kecil. Dia menjaga kamar-kamar yang ternyata dipakai untuk melakukan hubungan intim di luar suami istri.

Dari uang yang dia dapatkan, dia harus memberikan uang 'pajak' untuk seseorang yang dia panggil Bapak yang ternyata juga merupakan preman di sana. Odih kecil melihat bahwa uang-uang itu kemudian digunakan oleh si Bapak untuk membeli minuman keras dan berjudi.

"Sakit banget waktu ngeliat uang yang saya kasih itu dibeliin minuman atau buat maen judi. Nyesel banget untuk ngasih uang sama dia dan pada saat itu uang segitu berharga banget. Saya pikir, saya ga mau kasih lagi uang sama bapak. Saya mau simpen, saya mau tabung sendiri. Suatu hari kalau sudah ada banyak, saya mau berangkat buat cari mama."

Sayangnya, uang hasil tabungannya terlihat oleh Bapaknya sehingga uangnya pun dipakai buat berjudi lagi. Karena tak ada uang, Odih pun meminta sedikit uang untuk makan tapi yang dia dapatkan malah pukulan dan itulah yang terus dia ingat di dalam hidupnya.

Dengan foto tua bergambar ibunya di tangan, Odih bertekad mengalahkan sang ayah. Jika ayahnya kejam, maka dia akan jadi lebih kejam daripada itu. Prinsipnya adalah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Maka itu pulalah yang dilakukan Odih.
"Selesai kejadian itu, dalam hati saya sempat bersumpah. Saya ga mau lagi kenal sama Bapak. Saya mau sendiri, saya mau cari ibu." tutur Odih.

Setelah beranjak dewasa, Odih bergabung dengan Kapak Merah. Posisinya di sana adalah sebagai Kapten, yang bertugas mencari siapa yang harus jadi korban. Namun suatu hari, saat Odih dan teman-temannya sedang jalan dan kebetulan di sana ada polisi, mereka dikejar-kejar.

Kalau seandainya ditangkap, Odih tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya. Dia begitu ketakutan dan jantungnya berdebar kencang. "Makin lama makin dihantui rasa takut karena pasti banyak musuh." Apalagi dia pernah melihat temannya sendiri meninggal karena pekerjaan mereka ini.

Pada akhirnya, Odih keluar dan menjadi pemulung. Saat itu, dia bertemu salah satu temannya yang kemudian mengajaknya menjadi kurir narkoba. "Ya awalnya saya ikuti alur mereka, mulai dari kurir sampai akhirnya saya jadi bandar."

Keinginan berhenti datang saat Odih melihat sebuah film Bucek yang berjudul "Bingkisan Buat Presiden". Melihat film tersebut, dia ingin berhenti jadi bandar sekaligus pemakai narkoba.

Tiga minggu berhenti narkoba, Odih didatangi teman-temannya yang ingin memakai tempatnya untuk 'make'. Namun, Odih malah mengusir mereka. Tak terima dengan perlakuan Odih, mereka pun menjebaknya dengan menaruh narkoba itu di ventilasi rumahnya. Jadi ketika polisi datang, Odih didapati bersalah dan masuk penjara.

Di dalam penjara, dia merasa semua ini salah orangtuanya. Dia merasa jadi anak yang tak diinginkan, terutama karena ibunya pergi dan bapaknya sadis. Odih ingin membunuh bapaknya, hanya saja sang ayah dipanggil Tuhan terlebih dahulu.
"Suatu hari saya ikut suatu ibadah, pada saat itu khotbahnya tentang pengampunan. 'Sekalipun ayah dan ibumu meninggalkan kamu, aku sekali-kali tidak akan meninggalkan kamu.' Di situ saya tahu bahwa Tuhan itu sayang sama saya. Saat saya mengetahui firman itu, saya tahu saya harus mengampuni orangtua saya. Karena sejahat apapun mereka dan biar bagaimanapun mereka, tanpa mereka saya tidak akan ada."

Setelah ibadah itu, Odih didoakan oleh pendetanya dimana Odih merasa bahwa dia seperti seorang bapak. "Satu hal yang tak bisa saya lupakan, saya peluk bapak tersebut, saya anggap sama seperti bapak saya sendiri. Pada saat pelepasan pengampunan itu, saya merasa tenang, saya merasa nyaman. Saya benar-benar ingin berubah, saya ingin meninggalkan semua kejahatan saya, saya ingin meninggalkan semua masa lalu saya yang pahit."

Setelah keluar dari penjara, Odih kembali ke Tanah Abang. Di dalam bus, Odih melihat ada ibu-ibu yang mirip dengan foto yang dia simpan selama ini. Odih kemudian duduk di belakang ibu tersebut dan mencoba menyamakan ibu tersebut dengan foto yang ternyata serupa. Odih begitu senang saat itu.

Meski beberapa kali temannya mengajaknya untuk kembali ke jalan yang lama, Odih bertekad untuk tidak lagi berada di jalan tersebut. Kini dia menjadi seorang mekanik. "Saya merasa bahwa Isa Almasih mengasihi dan menerima saya apa adanya. Bahkan Dia mengampuni dosa-dosa saya sampai akhirnya saya menyadari walaupun bapak dan ibu saya meninggalkan saya, namun saya percaya bahwa Isa Almasih sayang sama saya."
Sumber : Odih Sutisna
Halaman :
1

Ikuti Kami