Anak dan Disiplin
Sumber: google

Parenting Superbook / 23 April 2014

Kalangan Sendiri

Anak dan Disiplin

Zakarias Feoh Official Writer
2589

Mendidik anak seringkali digambarkan seolah-olah bermain layang-layang.  Adakalanya kita harus melonggarkan tarikan agar layang-layang terbang tinggi,  adakalanya kita harus menariknya begitu keras dan kuat agar mendekat.   Anak yang  tumbuh didalam lingkungan yang tidak disiplin bagaikan layang-layang yang putus talinya dan tidak bisa dikendalikan.  Sebaliknya  anak yang tumbuh didalam disiplin  dapat menguasai dirinya sendiri. 

Ada sebagian orang tua yang berpendapat bahwa anak tidak memerlukan disiplin sebab pada akhirnya ia akan belajar disiplin dengan sendirinya. Pandangan ini tidak tepat sebab anak memerlukan disiplin sama seperti anak memerlukan tangan orangtua untuk menuntunnya belajar berjalan. Salah satu alasan mengapa disiplin diperlukan adalah karena disiplin akan mempengaruhi emosi anak. Ada kaitan yang erat antara disiplin dan pengembangan serta penguasaan emosi anak. Penerapan disiplin yang tidak tepat berpotensi menghambat pemgembangan dan penguasaan emosi anak. Berikut kita akan melihat penerapan disiplin yang tidak tepat dan pengaruhnya pada perkembangan emosi anak. Namun pertama kita akan membahas definisi disiplin itu sendiri.

Definisi Mendisiplin anak adalah usaha yang terencana dari pihak orangtua untuk (a) mengendalikan dan menghilangkan perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan orangtua dan (b) menumbuhkan dan mempertahankan perilaku anak yang sesuai dengan harapan orangtua. Setidaknya ada tiga unsur yang terlibat di sini.

Penerapan I: Terencana Pertama, disiplin merupakan usaha yang terencana dari pihak orangtua, dalam pengertian disiplin bukanlah sekadar reaksi emosional melainkan reaksi yang telah dipikirkan secara matang sehingga arah dan kekonsistenannya terjaga. Reaksi orangtua yang bersifat emosional dan insidental tanpa kesinambungan berpotensi menimbulkan kebingungan dan pada akhirnya memancing reaksi marah atau ketakutan pada anak.

Penerapan II: Mengendalikan dan Menghilangkan Kedua, disiplin digunakan untuk mengendalikan dan menghilangkan perilaku anak yang tidak sesuai harapan orangtua. Tidak semua perilaku anak benar dan baik, itu sebabnya anak memerlukan pembentukan agar perilaku yang tidak sesuai dapat dikendalikan dan dihilangkan. Untuk itu diperlukan sistem konsekuensi yang jelas dan tepat. Kegagalan orang tua menerapkan disiplin membuat anak bebas melakukan hal-hal negatif dan ini akan membuatnya lemah dalam penguasaan diri. Sebaliknya disiplin yang berlebihan membuat anak ketakutan atau memendam kemarahan yang dalam.

Penerapan III: Menumbuhkan dan Mempertahankan Ketiga, disiplin digunakan untuk menumbuhkan dan mempertahankan perilaku yang sesuai dengan harapan orangtua.  Kadang kita beranggapan, sekali nilai yang baik itu tertanam, selamanya ia akan berakar dan berbuah.  Faktanya tidak demikian; bukankah ada banyak hal positif yang pernah kita lakukan tidak kita lakukan lagi sekarang?

Orangtua perlu menciptakan sistem imbalan agar anak melihat dan mencicipi sendiri buah keberhasilannya. Dengan kata lain, anak perlu menyadari bahwa disiplin yang diterapkannnya memang baik untuknya, bukan hanya untuk kita. Selama anak melihat bahwa semua ketaatannya hanyalah untuk menyenangkan hati orangtua, disiplin itu belum menjadi bagian hidupnya. Jika ini terjadi, tujuan disiplin telah tercapai: disiplin orangtua telah menjadi disiplin diri.

Alkitab memberi pangajaran dan batasan yang jelas, Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengashi anaknya, menghajar dia pada waktunya. (Amsal 13:24)

Pertanyaannya sampai sejauh mana anda mendisplin anak ?

 

 

Sumber : sabda org, berbagai sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami