Welmince Lulu Ratu, Pengusaha Kain Tenun yang Yatim Piatu Sejak Kecil
Sumber: victorynews-media.com

Career / 24 October 2013

Kalangan Sendiri

Welmince Lulu Ratu, Pengusaha Kain Tenun yang Yatim Piatu Sejak Kecil

Budhi Marpaung Official Writer
6969

Tidak dapat dipungkiri bahwa kain tenun ikat kini menjadi salah satu primadona di dunia bisnis fashion di Indonesia. Sejumlah perancang tanah air pun tampak berlomba-lomba memamerkan karyanya dengan bahan asli dalam negeri ini.

Diantara banyak orang yang menyediakan kain tenun ikat terdapat nama Welmince Lulu Ratu. Wanita kelahiran Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur ini merupakan pemilik usaha Tenun Ikat NTT Jula Huba.

Sebelum mengecap kesuksesan seperti sekarang, Mince – demikian Welmice Lulu Ratu dipanggil – hidup dalam penuh perjuangan. Sejak kecil ia sudah menjadi penenun karena ia harus membiayai sendiri sekolahnya. Wafatnya kedua orang tua ketika ia masih SD, membuat ia hidup terpisah dengan ketiga saudara kandungnya yang kala itu dititipkan di keluarga orang tuanya.

Selama menjadi buruh tenun, Mince terus setia menabung sebagian dari upah yang didapatnya. Pada 2003, ia berhasil mengumpulkan Rp300.000 untuk modal awal menjadi penenun mandiri.

“Dengan uang itu saya pindah ke rumah kos yang sangat sederhana di sebuah kompleks penenun di Kupang. Di sana saya dan tetangga-tetangga bahu-membahu saling meminjamkan benang, beras, dan apa saja,” ujarnya sebagaimana dikutip dari wanita wirausaha femina online.

Di lingkungan barunya, Mince bersama kawan-kawan sekitar menenun dengan alat gedokan yang digerakkan dengan tangan. Setelah jadi, hasil tersebut pun mereka jual ke toko-toko.

Ada satu kejadian yang terus diingat oleh Mince ketika menjual kainnya. Sebagaimana diungkapkan kepada femina, ia mengatakan seorang pemilik toko menolak membeli kain Mince karena sudah memiliki  terlalu banyak kain. Ketika Mince beranjak keluar, pemilik toko itu menawar kain Mince seharga Rp50.000.

“Pikiran saya berkecamuk, antara menerima atau menolak tawarannya. Saya bilang, ‘Kalau Bapak yang menenun kain ini sendiri, pasti tahu harga itu tidak pantas.’ Saya lalu keluar. Toko yang berikutnya membeli kain saya seharga Rp80.000. Sejak itu, saya bertekad tak mau lagi mengemis dari toko ke toko seperti itu. Saya harus berbuat sesuatu untuk maju,” ungkap Mince.

Sejak kejadian itu, Mince lebih sering berjualan kain di kantor-kantor pemerintahan. Di sana, ia bisa menjual kainnya dengan harga jauh lebih tinggi. Pelanggan Mince cukup banyak, terutama setelah adanya perda yang mengharuskan semua PNS  memakai pakaian berbahan tenun sekali seminggu. “Karena sudah kenal baik dengan banyak orang,  tiap kali ada pameran, saya diajak ikut. Sedikit demi sedikit, saya belajar cara berbisnis,” ucapnya.

Teman Baik Bagi Para Penenun

Seiring banyaknya permintaaan dan padatnya jadwal pameran, Mince merekrut sejumlah orang untuk menenun kain tenun ikat. Setiap ada pesanan, ia dengan segera memberitahukan kepada teman-temannya.  

Tidak ingin hanya berjualan kain, Mince berinisiatif memberdayakan para wanita di daerahnya yang kebanyakan putus sekolah. Bermodalkan bahan dan keterampilannya dalam menenun, ibu satu anak ini mengajarkan rekan-rekannya bagaimana menghasilkan kain yang bagus.

Jika mereka sudah menguasai teknik dan memiliki modal, Mince mengaku dengan sukarela mempersilahkan rekan-rekannya tersebut untuk  membuka usaha sendiri.

Ibu Ani Yudhoyono, Salah Satu Kolektor Kain

Pada 2008 lalu, Mince akhirnya memberanikan diri membuka toko pertamanya di Kupang. Lewat jejaring dan konsistensi menjaga kualitas kain yang diproduksi, tempat ia mendagangkan produk-produknya menjadi tujuan utama para pencinta tenun yang berkunjung ke kota itu.

Saat ini, langganan tetap Mince adalah desainer-desainer ternama, seperti Ida Royani, Stephanus Hamy, dan Oscar Lawalata. “Ibu Ani Yudhoyono juga mengoleksi kain dan sering beli dari saya,” tuturnya dengan berbangga.

Mince mengaku dirinya begitu terheran-heran begitu melihat kain tenun Jula Huba ‘disulap’ para desainer itu menjadi aneka rupa high. “Saya tidak pernah membayangkan tenun NTT akan dipakai di luar pulau. Berkat desainer-desainer itu, tenun NTT jadi populer dan trendi di kalangan anak muda Jakarta,” kata Mince.

Di tahun 2011, ia membuka 2 toko di pusat perbelanjaan Thamrin City. Oleh karena hal itu, keseharian Mince dihabiskan antara Jakarta dan Kupang.

Perspektif Baru

Menurut pengakuan Mince, omzet Jula Huba kini mencapai puluhan juta per bulan. Berkaca pada keberhasilannya keluar dari kondisi ekonomi yang sulit, ia pun memiliki sebuah perspektif hidup baru.

“Ternyata, segala ketakutan saya terhadap kegagalan tidak ada yang terbukti. Ini membuat saya  makin berani melangkah dan mengambil risiko. Masih banyak mimpi yang ingin saya capai,” pungkasnya.


Baca juga :

4 Klub Sepak bola Luar Negeri yang Dimiliki Pengusaha Indonesia

Hidupku AnugerahMu, Album Perdana Kezhia Sirait yang Layak Didengar

Karena Ada Ujian Hidup

Dua Wanita, Satu Mujizat

Latihan Pilates dan 6 Manfaatnya 

Thread Forum JC : Bakti Sosial (Berbagi Kasih Dengan Anak-Anak Tanah Merah - OBI)

Sumber : wanitawirausaha.femina.co.id / bm
Halaman :
1

Ikuti Kami