Tunanetra Ini Memberi Terang Bagi Tunanetra Lain
Sumber: kompas.com

Nasional / 29 September 2013

Kalangan Sendiri

Tunanetra Ini Memberi Terang Bagi Tunanetra Lain

Lois Official Writer
3716

Kegelapan datang tiba-tiba ketika Bambang Basuki (sekarang 63 tahun) duduk di kelas II SMA. Penyakit glaucoma merenggut penglihatannya. Hal itu sempat disembunyikan dari teman-teman dan gurunya. Ujian akhir SMA dilewatinya dengan menebak jawaban untuk soal yang tak terlihat jelas. “Saya bisa lulus ujian SMA jurusan ilmu alam itu sebuah keajaiban dan keberuntungan,” katanya.

Sebelumnya, Bambang yang pandai dan jago menggambar ini bercita-cita menjadi arsitek, namun semuanya hancur. “Saya cuma berpikir, sambil menunggu ajal menjemput, setidaknya harus ada hiburan dan tambah ibadah,” ucapnya.

Dia kemudian belajar membaca Braille untuk mengakses bacaan-bacaan yang menghibur hatinya. Dalam suatu kesempatan, guru Braille itu memperkenalkan Bambang kepada seorang tunanetra yang menjadi guru di sekolah luar biasa (SLB). Pertemuan itu mengubah pikiran Bambang. “Nyata ada tunanetra yang bisa menjadi guru dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya. Hal itupun dirasakannya menjadi panggilannya.

Setelah ditolak d berbagai sekolah pendidikan guru (SPG) di Jakarta, dia beralih mendaftar ke kursus diklat singkat penyetaraan ijazah guru namun juga ditolak. Dia pun mencoba langsung ke IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Untungnya, rektor saat itu Winarno Surakhmad, membuka jalan dengan memberi Bambang kesempatan mengikuti tes dan diterima. Dia terpaksa banyak bergantung pada sukarelawan pembaca dan lulus dengan IPK 3,74.

Bambang dan sejumlah rekannya lalu membangun Yayasan Mitra Netra sebagai fasilitas belajar, memberikan bantuan advokasi, dan pendorong terciptanya masyarakat inklusif. Bambang yakin, tunanetra mampu berprestasi di lembaga pendidikan manapun seandainya ada lembaga pendukung yang membantu mereka belajar. Di balik dinding bangunan di pojok Jalan Gunung Balong, Jakarta Selatan itu, para tunanetra menjadi raja karena tersedia ribuan buku dalam huruf Braille yang bisa dibaca.

Setiap tahun, sekitar 150 judul buku digandakan menjadi 5.000 volume buku braile. Pekerja di yayasan itu, mengembangkan teknologi buku braile dengan komputer. Peranti lunak didesain untuk mengubah file teks berbahasa Indonesia dan Inggris menjadi fille Braille. Mereka menyempurnakan sistem Braille Indonesia bidang bahasa, matematika, fisika, dan kimia. Mereka juga membangun perpustakaan Braille online dan digitalisasi buku bicara.

Bambang Basuki, seorang yang berada di dalam kegelapan, namun mampu memberikan terang bagi para tunanetra lain. Seringkali saat kita menghadapi suatu masalah, kita harus yakin bahwa masalah itu dapat dipakai Tuhan untuk kita melangkah lebih maju lagi, ke masa depan yang terindah yang telah Dia sediakan.

 

Baca juga :

Ternyata Ada Tingkatan Karir Juga Lho Untuk Pendeta

Ciri-Ciri Daging Ayam yang Sehat Atau Tidak

Sediakan Waktu untuk Berbuat Baik

Orangtua VS Gadget

Gunakan Kedelai Untuk Tampil Menawan dan Mulus

Thread Forum JC : Aksi Solidaritas (JCers Goes To Panti Rehab YBMI)

Sumber : kompas.com by lois horiyanti/jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami