Kepolisian hingga kini terus memantau penyelidikan kasus penyerbuan ke Lapas Cebongan yang menewaskan empat tahanan pada Sabtu (23/3) lalu. Desakan untuk menyelesaikan masalah ini datang dari berbagai pihak, termasuk Presidium Indonesia Police Watch (IPW). Keterangan lebih lengkap baca di sini. Namun Mabes Polri mengaku kesulitan mengusut kasus ini. Apa saja kesulitannya?
Penyerbuan yang Rapi
Kelompok penyerbu ini memang tergolong sangat rapi dalam menyerbu. Terlihat bahwa mereka punya keahlian dan ketrampilan khusus untuk bisa melakukan penyerbuan tersebut. Para pelaku juga tidak meninggalkan jejak saat beraksi. Ini salah satu yang mempersulit proses penyelidikan
Pelaku Gunakan Skebo
Kepolisian Daerah DIY menyebutkan bahwa pelaku penyerbuan Lapas Cebongan, Sleman ini menggunakan skebo atau penutup wajah, rompi warna hitam, sepatu kets warna hitam, dan sepatu panjang PDL (pakaian dinas lapangan) serta celana jeans warna biru dan hitam sehingga sulit diidentifikasi.
Pelaku Rusak CCTV Lapas
Para pelaku yang berjumlah 17 orang bersenjata AK-47 itu membawa kabur CCTV yang ada di lapas. “Kita sulit ungkap karena CCTV dirusak dan dibawa kabur pelaku,” ujar Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti, Senin (25/3).
Menurut keterangan, mereka masuk ke lapas dan mencari empat pelaku penganiayaan anggota Kopassus, TNI AD. Mereka memaksa petugas lapas atau sipir menunjukkan empat tahanan titipan polisi tersebut. Kelompok penyerang itu langsung menembak mati empat tahanan tersebut.
Saksi Penyerbuan Tewas Semua
“Ini bagaimana, kita juga tidak tahu, saksinya pada mati semua begitu, ditanya bagaimana? Saya tidak boleh mendahului, nanti jadi tuduhan dong,” ujar Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo. Hal yang sama juga diakui kepolisian. Penyelidikan kasus ini sulit diungkap lantaran tidak ada saksi dan CCTV dibawa para pelaku.
Diduga Ada Perlindungan Sehingga Susah Dilacak
Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana menduga, pelaku penyerbuan ke lapas dilakukan oleh anggota TNI, bahkan merupakan anggota Kopassus. “Saya bertemu Pak Djoko, ada salah satu dugaan terkait dengan jajaran di TNI pelakunya, karena insiden sebelumnya ada Kopassus yang meninggal,” kata Denny. Namun pernyataan ini dibantah para jenderal dan petinggi TNI, yang terbilang cukup aneh, mengingat belum melalui proses penyelidikan.
Ada Kekuatan yang Intervensi Penyelidikan Polisi
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyebut ada kekuatan besar di balik kasus tersebut jika polisi tidak dapat mengungkap siapa pelaku penyerangan. “Bisa saja kasus itu tidak ditemukan pelakunya. Kalau hal itu terjadi, maka ada kekuatan besar yang mengintervensi Polri,” ujarnya, Selasa (26/3). “Artinya, kekuatan negara takluk oleh sekelompok orang dan itu tidak baik bagi penegakan hukum,” ujarnya lagi.
Penghakiman yang dilakukan para pelaku dianggap mempermainkan hukum di Indonesia. Jika tidak bisa diungkap, hal ini seperti duri dalam daging sehingga bisa memicu main hakim sendiri dari pihak lain.
Baca juga :
Penyerangan Lapas Sleman, Siapa Dalangnya?
Sibuk Kerja, Pramono Edhie Dipanggil Om Oleh Anaknya
Mari Jadi Dampak Buat Indonesia Melalui Media
Bagaimana Kita Bisa Jadi Batu Karang yang Teguh?
Faktor Penentu Anak Bisa Tampil PD
Tips Mudah Cara Benar Pakai Parfum
Mengenal Makanan Indonesia : Rujak
Haii, JCers yang Gabung di Bulan Maret 2013!!
Sumber : merdeka by lois horiyanti/jawaban.com