Agar Anak Tidak Kecanduan Jajan

Parenting / 21 October 2012

Kalangan Sendiri

Agar Anak Tidak Kecanduan Jajan

Papa Henokh Hizkia Immanuel Simamora Official Writer
5197

Berdasarkan hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2007, dari 4.500 sekolah di Indonesia ada 45% jajanan yang dijual di sekitar sekolah tercemar bahaya pangan mikrobiologis dan kimia. Bahaya utama berasal dari cemaran fisik mikrobiologi dan kimia seperti pewarna tekstil. Jenis jajanan berbahaya ini meliputi makanan utama, makanan ringan, dan minuman.

Membaca survei tersebut membuat kita semakin cemas, tapi sebagai orang tua kita mungkin dibuat kewalahan menghadapi buah hati yang suka jajan. Jika memang benar demikian, jangan keburu menyalahkan anak dan orang lain. Sebab, bisa jadi Anda sendiri yang menyebabkan mereka gemar jajan!

Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa bisa begitu?

Saat lahir, anak tidak mengenal kata jajan sampai ada beberapa tindakan orang tua yang akhirnya membuat anak mengenal kata itu dan menjadikannya kebiasaan.

Berikut ini, beberapa hal yang membuat anak “mengenal” jajan pada usia dini:

  1. Beberapa orang tua bila anak rewel akhirnya mengajak anak jajan untuk mendiamkan anak.
  2. Beberapa orang tua punya kebiasaan jajan yang akhirnya ditiru oleh anak.
  3. Orang tua sengaja mengajak anak jajan.
  4. Orang tua memberi jajanan atau uang jajan yang berlebihan untuk bekal sekolah.

Jadi, sebenarnya jika keempat hal tersebut dihindari, anak tidak akan tahu tentang jajan.

Ketika anak rewel, sebenarnya yang dia butuhkan adalah perhatian orang tua. Kita bisa ajak bicara, kita dengarkan keluhannya, kita ajak bermain, kita ajak bercanda, kita ajak bercerita, akhirnya anak tidak akan ingat lagi dengan jajan. Jadi, mulailah menghilangkan solusi jajan untuk mendiamkan anak sementara, tapi merusak mentalnya di masa depan menjadi anak yang konsumtif.

Bagaimana Mencegahnya?

  1. Untuk mencegah kebiasaan jajan anak, harus dimulai dari pola makan keluarga. Salah satu cara adalah sarapan pagi bersama di rumah setelah saat teduh pagi bersama
  2. Atau membuat “kudapan tandingan” yang tidak kalah enak dari jajanan yang dapat dibeli di luar rumah.
  3. Selain itu sebagai orangtua harus dapat dijadikan contoh atau panutan bagi anak dengan membiasakan makan makanan yang sehat di rumah dengan pola makan yang sehat pula.
  4. Seandainya orang tua mau makan di luar pastikan di restauran yang sehat dan menjadikan momen tersebut sebagai acara kebersamaan dengan anak.

Hal yang perlu diingat anak maupun orang tua:

Kebiasaan jajan dapat mengurangi nafsu makan anak di rumah, apalagi makanan yang ia beli belum tentu bergizi dan sehat. Bahkan, meski masih balita biarkan anak menangis kalau mau minta jajan. Sampai menangis berguling-guling pun, biarkan dia. Ini sebagai pembelajaran.

Bila sudah telanjur kecanduan jajan maka berikan aturan main yang “adil”

Anak adalah peniru yang baik. Oleh karena itu, orang tua juga harus memperlihatkan contoh tidak jajan kepada anaknya. Apalagi sengaja mengajak anak jajan secara teratur, sehingga anak terbiasa jajan.

Sebenarnya, jajan itu boleh. Tapi, ada beberapa syaratnya, yaitu :

  1. Tidak untuk jadi satu kebiasaan (hanya sesekali)
  2. Tidak berlebihan
  3. Pilih jajanan yang sehat
  4. Selain itu, akan lebih baik, bila konsep hemat itu tertanam pada diri anak. Ketika dia memilih jajanan untuk bekal sekolahnya, sebaiknya diberi batasan jumlah uang. Hal ini, membuat anak berpikir bahwa jumlah uang ada batasnya.

Kita musti ingat beberapa nasihat yang sudah jadul namun masih ampuh untuk menjadi bahan perenungan setiap orang tua.

"Mencegah jauh lebih baik dari pada mengobati dan penyesalan itu selalu datang belakangan."

Tapi kalau pun sudah terlanjur jajan menjadi kebiasaan atau kecanduan kita, masih ada harapan bagi setiap orang tua untuk memperbaikinya dan memulai hidup yang baru.


 

Sumber : fimadani.com / jp.mamora / jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami