Ketika Orang-Orang Terbaik di Perusahaan Memutuskan Pergi

Career / 5 September 2012

Kalangan Sendiri

Ketika Orang-Orang Terbaik di Perusahaan Memutuskan Pergi

Puji Astuti Official Writer
7659

Seorang rekan kerja yang memutuskan untuk mengundurkan diri dan bekerja ditempat yang lebih baik adalah sebuah cerita biasa yang terjadi dalam dunia kerja. Namun jika dalam suatu kurun waktu, orang-orang terbaik dalam perusahaan itu beterbangan ke berbagai perusahaan karena mendapatkan penawaran yang lebih baik, maka patut jika muncul berbagai pertanyaan karenanya.

Erika Andersen, pendiri dan patner dari konsultan dari perusahaan Proteus International dan juga kontributor kolom leadership di Forbes.com menuliskan seperti ini :

Suatu hari, saya sedang berbincang dengan klien yang sedang dalam proses kehilangan salah satu orang terbaiknya untuk pindah ke perusahaan saingannya yang lebih terkenal dan lebih besar. Dia tentu tidak senang dengan hal itu – tetapi karena dia orang yang baik, jadi dia mendukung karyawannya tersebut dan berbahagia untuknya. Sebaliknya, sang karyawan juga suka bekerja untuk orang itu, namun tawaran itu terlalu baik untuk dilewatkan. Perusahaannya memang sudah menyusun tawaran lain untuk sang karyawan, namun ia juga tahu bahwa keputusan sang karyawan bukan masalah uang semata, tetapi lebih kepada prestise dan kesempatan (pekerjaan yang lebih besar; peningkatan yang lebih potensial).

Jika seseorang meninggalkan perusahaan dalam situasi ini, berilah selamat untuk diri sendiri karena perusahaan telah berhasil mengembangkan karyawan yang hebat dan mulailah berpikir untuk mencari penggantinya. Tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan dalam situasi ini, situasi ini pasti akan membuat beberapa orang pergi.

Namun tidak semua orang yang keluar dari perusahaan karena situasi seperti di atas, selain karena ada tawaran yang lebih baik, banyak karyawan yang keluar karena kecewa kepada perusahaan atau atasannya, seperti mereka merasa dirinya dianggap tidak penting, dan diabaikan, ataupun hasil kerja mereka tidak dihargai.

Lalu, kriteria seperti apakah perusahaan yang potensial dimana para karyawan terbaiknya bisa berkembang dan memberikan kontribusi terbaiknya serta loyalitasnya? Inilah empat kriteria perusahaan yang baik menurut Erika Andersen :

  1. Melibatkan karyawannya : Orang (terutama orang-orang hebat) ingin merasa bahwa dirinya bagian integral dari keberhasilan perusahaan mereka. Ada dua cara sederhana perusahaan dapat membuat karyawannya merasa seperti itu, pertama memberi tahu karyawan apa yang terjadi di perusahaan dan mengapa; kedua, beri mereka kesempatan untuk memberi pengaruh dalam pengambilan keputusan seluas mungkin. Jadi, pertama jujurlah dan konsisten dalam mengkomunikasikan informasi penting di perusahaan. Karyawan akan merasa sangat tidak senang saat tahu informasi penting tentang kondisi perusahaan atau apa yang sedang terjadi dari koran atau bahkan isu yang tersebar. Kedua, libatkan karyawan dalam pembuatan keputusan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara meminta masukan mereka melalui survey karyawan, dan kemudian responi dengan baik hasil dari survei atau masukan tersebut.

  2. Mendukung karyawannya : Ada banyak perusahaan yang buruk dalam menangani karyawan sehingga tidak bisa mempertahankan orang-orang terbaiknya. Mereka membuat para karyawan merasa terombang-ambing dan tidak memiliki kepastian. Mendukung karyawan dapat dilakukan perusahaan dalam berbagai cara, tapi yang paling berdampak untuk seseorang adalah mengetahui manajemen perusahaan dan atasannya perduli tentang kesuksesannya; berkomunikasi secara teratur dengan mereka; melakukan yang terbaik untuk membantunya mengatasi hambatan yang dihadapinya dan juga menyediakan sumber daya dan juga pelatihan yang dibutuhkannya; bertanya tentang pengharapan karyawan secara profesional dan mencari cara untuk membantunya bertumbuh.

  3. Menawarkan pekerjaan besar: Karyawan hebat selalu ingin tantangan. Dalam sebuah perusaan yang tidak memprioritaskan karyawan, akan bekerja berdasarkan kebutuhan perusahaan dan telah menetapkan bagaimana sesuatu dilakukan. Perusahaan yang dapat mempertahankan orang-orang hebatnya akan berupaya untuk mempertemukan antara passion karyawan dengan tantangan pekerjaan yang sesuai. Mereka juga akan menyemangati karyawannya untuk menemukan cara bekerja yang lebih baik, lebih cepat dan lebih efesien.

  4. Menghargai kontribusi karyawan : Erika Andersen juga bercerita tentang bagaimana ia kehilangan seorang yang sangat berharga baginya. Orang itu telah bekerja selama enam tahun dan secara ajaib selama itu ia dapat bekerja dengan buget yang kecil sekalipun tidak di dukung oleh manajemen sepenuhnya, dan orang itu juga tidak tahu apakah ada yang menyadari apa yang ia kerjakan hingga saat ia mengumumkan pengunduran dirinya – dimana saat itu manajemen merasa enggan mengakui bahwa mereka akan kesulitan mencari penggantinya. Setiap orang pasti ingin dihargai atas kerja kerasnya, terlebih hasil kerja mereka baik. Caranya sangat sederhana, yaitu membuat karyawan mengetahui bahwa perusahaan tahu dan menghargai apa yang mereka kerjakan dan hasilkan dengan cara yang layak.

Kelihatannya empat hal diatas sangat sederhana dan merupakan hal-hal mendasar sebuah budaya perusahaan, namun sayangnya banyak juga perusahaan yang gagal menerapkannya sehingga setiap orang hebat yang mereka kembangkan, pada akhirnya malah dituai oleh perusahaan lainnya. Jika di perusahaan Anda memiliki empat hal ini, maka Anda sudah berada ditempat yang tepat. Namun jika belum ada, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan: pertama, berikan masukan tentang hal ini kepada atasan atau manajemen Anda, jika hal itu di tolak ataupun tidak bisa diterapkan, maka memilih tawaran yang lebih baik bukanlah sesuatu yang salah. Karena masa depan Anda sepenuhnya ditentukan oleh keputusan-keputusan yang Anda buat. Salam sukses untuk Anda.

Baca Juga :

Selat Segar, Sajian Sedap dari Solo

Beradaptasi dengan Karakter Pasangan Anda, Jadilah Pasangan Harmonis

Chord Lagu : Toby Mac - Me Without YOU

Porsi Hobi VS Porsi Pelayanan

Sumber : Why Some Companies Lose Their Best People - And Others Don't; Writer : Erika Andersen, Publish : Forbes.com; Disadur oleh Puji Astuti
Halaman :
1

Ikuti Kami