Larang Perempuan Sekolah, Ratusan Siswi Diracun

Nasional / 18 April 2012

Kalangan Sendiri

Larang Perempuan Sekolah, Ratusan Siswi Diracun

daniel.tanamal Official Writer
5210

Dibeberapa negara, perjuangan emansipasi wanita terus mengalami penentangan. Salah satunya di Afghanistan, ketika sebanyak 140 siswi sekolah dilarikan ke rumah sakit, setelah mereka menenggak air yang diyakini sudah diracun. Diduga hal ini dilakukan oleh kelompok radikal yang menentang jika perempuan bersekolah.

Gubernur Provinsi Takhar, Mohammad Hussain menceritakan bahwa para siswi tersebut meminum air dari tempat penyimpanan air di sekolah mereka. Namun sesudahnya beberapa siswi yang meminum air merasa sakit dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. "Kami curigai kelompok radikal yang menentang perempuan untuk pergi sekolah berada di balik insiden ini," ujarnya seperti dikutip AFP, Rabu (18/4).

Namun Juru bicara Menteri Pendidikan Afghanistan Abdul Saboor, meminta agar semua pihak tetap tenang dan tidak mengambil kesimpulan yang dini. "Berdasarkan laporan, beberapa siswi panik dan langsung dibawa ke rumah sakit. Beberapa dari mereka ada yang masih dirawat dan sebagian besar sudah diperbolehkan pulang. Kami kira ini hanyalah insiden kecil. Penyelidikan akan terus dilanjutkan," ujar Saboor.

Beberapa wilayah di Afghanistan yang dikuasai kelompok Taliban memang jelas melarang para perempuan untuk bersekolah dan bekerja. Namun diakhir 2001 lalu, keterbukaan terhadap perempuan untuk mendapatkan hak yang sama mulai terlihat. Beberapa kasus menyebutkan bahwa para siswi dan guru mereka diserang oleh pihak yang tidak menyukai perempuan pergi ke sekolah.

Perempuan tetaplah mempunyai kodrat alamiah yang tidak sama dengan pria. Namun hal itu tidak lagi mempengaruhi hak dan kewajiban mereka dalam bernegara. Semua mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan, kesehatan maupun perlindungan hukum. Pola pikir kolot dan tidak mau terbukalah yang membuat banyak dari saudara-saudara kita melakukan hal keliru dan merugikan orang lain, yang dianggapnya sebagai kebenaran.

Sumber : AFP
Halaman :
1

Ikuti Kami