Kunci Menjalani Gaya Hidup Kerajaan Allah

Kata Alkitab / 27 March 2012

Kalangan Sendiri

Kunci Menjalani Gaya Hidup Kerajaan Allah

Lestari99 Official Writer
9558

Yesus mengatakan "ampunilah maka kamu akan diampuni". Namun dalam kenyataannya, setiap kita untuk mengampuni orang lain. Orang Kristen juga mengalami tantangan yang nyata saat berhadapan dengan kesabaran dan kelemahlembutan. Ini semua berdasar studi terbaru yang dilakukan Regent University yang kini dipublikasikan sebagai buku dengan judul Cultivating Christian Character.

Kesimpulan didasarkan pada informasi survey dari lebih 5.000 orang Kristen yang diwakili dari 50 kota dan hampir 60 negara. Berdasarkan studi itu: "Bagian yang rasional dari riset ini adalah untuk menjelaskan kelemahan kita sehingga kita bisa berada di posisi yang lebih baik untuk bertambah kuat. Kala kita mengidentifikasi kelemahan kita, kita akan tahu apa yang harus dikerjakan, apa yang harus didoakan, dan bagaimana berurusan dengan kelompok studi, dalam kelas dan dari langkah anak tangga kehidupan."

Orang Kristen terus-menerus bergumul dalam hal mengampuni, bersabar dan lemah lembut, merasa lebih penting baik dari jenis kelamin, usia, ras dan denominasi. Bahkan selama bertahun-tahun seseorang yang telah menjadi orang percaya bisa saja tidak memiliki kebaikan ini. Meskipun sejumlah kesimpulan didasarkan atas beberapa pertanyaan yang diukur pada setiap karakter kualitas, statistik berikut ini mengindikasikan sejumlah potensi masalah. Orang Kristen dipanggil untuk secara konsisten menyerupai Kristus, namun hanya :

  • 62% orang Kristen mengatakan mereka "sering" atau "selalu" lemah lembut dengan orang lain.
  • 61% orang Kristen mengatakan mereka "sering" atau "selalu" mengampuni orang lain yang melukai hidup mereka.
  • 44% orang Kristen mengatakan mereka "sering" atau "selalu" sabar.
  • 20% orang Kristen mengakui mereka tidak memiliki kesabaran bahkan untuk jumlah yang sedikit sekalipun.

Implikasi Dalam Kepemimpinan

Dari hasil ini, apa yang kemudian bisa berarti bagi orang Kristen yang ada dalam kepemimpinan dan manajemen? Mungkin banyak orang percaya yang terlalu keras terhadap bawahannya, terlalu tajam dengan lidah mereka, terlalu mudah terluka, terlalu cepat untuk memberikan kritik dan tidak bersedia untuk memberikan kesempatan kedua atau ketiga. Dalam bentuk yang lebih kongkrit, penemuan ini bisa menjadi implikasi tantangan dengan penyelesaian suatu konflik, performa manajemen, kerja sama, negosiasi dan bahkan interaksi rutin hari demi hari dengan rekan kerja. Tentu saja, adalah masuk akal bahwa sebagai pemimpin Kristen dapat bekerja dan menyelesaikan tujuan penting dalam pekerjaan, namun mereka meninggalkan jejak di belakang berupa perasaan tidak enak, hubungan yang retak dan ketiadaan kesan dari orang lain yang bukan orang percaya.

Pada kenyataannya, studi terbaru belum lama ini memberikan sejumlah bukti tentang hal itu. Ketika ditanyakan bagaimana orang lain menerima mereka (orang Kristen) dalam masalah pekerjaan, lebih dari 300 orang Kristen dalam posisi kepemimpinan melaporkan bahwa mereka lebih punya pengetahuan tentang kemampuan untuk "menyelesaikan masalah" dan untuk "mendapat hasil" daripada kemampuan untuk bisa "sabar" dan "lemah lembut". Ditunjukkan dalam grafik, kelompok pemimpin Kristen ini bahkan tidak pernah dianggap "cukup secara moderat" bagi rekan kerja yang tidak dapat melihat mereka sebagai orang yang sabar atau lemah lembut.

Apa Solusinya?

Jika kesabaran, kelemahlembutan dan pengampunan menjadi masalah yang utama, pertanyaan yang nyata adalah : Apa solusinya? Apa yang bisa saya lakukan untuk berubah jika saya kekurangan kesabaran, kelemahlembutan dan pengampunan?

Tentu saja, ada banyak buku dan sumber lainnya yang bicara tentang isu ini, beberapa bicara dari sisi klinis, beberapa dari suatu penafsiran. Pelaku riset dari pihak Regent menjelaskan pertanyaan secara sains, menganalisa informasi lebih dari 1500 orang yang dinilai "lebih baik di atas rata-rata" dalam keserupaan dengan Kristus dan dibandingkan terhadap informasi dari 3500 orang Kristen lainnya dalam sample yang diambil. Analisa dinyatakan bukan hanya untuk jalan setapak bagi pengampunan, kesabaran dan kelemahlembutan, namun sebagai jalan untuk kebaikan secara umum, bahwa kita dapat bertumbuh dalam semua area karakter seorang Kristen.

Secara singkat, penelitian mengidentifikasi tiga kualitas : ucapan syukur, kehidupan yang berpusatkan pada Tuhan, dan sukacita yang konsisten - sebagai alasan bahwa orang Kristen menjadi lebih serupa dengan Kristus dalam hal karakter. Untuk mengutip: "Ini kelihatannya menjadi jalan bagaimana seorang Kristen berubah dari seorang baik menjadi seseorang yang luar biasa. Kami menemukan bahwa mereka yang telah menabur tiga benih ini pada gaya hidup akan lebih baik meraih karakter Kristen yang maksimum. Kebajikan yang sukar dipahami seperti pengampunan, kesabaran dan kelemahlembutan seperti halnya keramahan, belas kasihan, kedamaian, dan pengendalian diri, semua mengalir dari akar kebaikan ucapan syukur, kehidupan yang berpusatkan pada Tuhan, dan sukacita yang konsisten. Jika kita ingin bertumbuh dalam area karakter kita - termasuk area yang paling sulit yang telah bergerak dalam kehidupan kita - kita akan menjadi baik - terutama jika kita memulainya dari tiga area ini."

Keseluruhan buku membongkar setiap poin dari tiga jalan tersebut keaarah karakter yang lebih baik dalam beberapa detail, namun yang menarik, ini adalah formula yang mengimplikasikan satu pemusatan pandangan dari pengetahuan secara sains dan juga pengetahuan Alkitab. Seperti yang ditulis rasul Paulus : "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tesalonika 5:16-18). Tidaklah sering Perjanjian Baru membuat pernyataan langsung "ini adalah kehendak Tuhan", namun itu terjadi disini ketika blueprintnya muncul pada rekomendasi parallel studi ini. Sukacita, doa yang berkelanjutan (sebagai indikasi orang yang hidupnya berpusat pada Tuhan), dan ucapan syukur adalah kunci untuk perubahan yang permanen.

Jadi dasar bagi mereka yang salah meletakkan topi kesabaran, atau bagi mereka yang berjuang mengendalikan temperamen atau dengan pengampunan, sangatlah baik untuk mengejar perubahan dengan berfokus tidak hanya pada isu yang spesifik, namun pada isu yang lebih dalam dan sama baiknya - tentang hubungan mereka dengan Tuhan, ucapan syukur mereka atas berkat Tuhan, dan kesulitan mereka untuk benar-benar bersukacita dalam hidup ini.

Sumber : Michael A. Zigarelli

Halaman :
1

Ikuti Kami