Anggun, Pembalap yang Hancur Masa Depannya Akibat Narkoba

Family / 21 February 2012

Kalangan Sendiri

Anggun, Pembalap yang Hancur Masa Depannya Akibat Narkoba

Lois Official Writer
9040

Anggun Waskitoyakti bisa dianggap sebagai pembalap yang berprestasi karena dia pernah mendapatkan juara kedua di dalam salah satu event nasional pada saat usianya baru 15 tahun. Hal ini membuatnya semakin terikat kepada dunia balap ketika dirinya beranjak dewasa. Anggun mengikuti baik balap liar maupun balap resmi demi obsesinya.

Sang ayah tidak mengetahui kebiasaan ini karena kesibukan yang menyita waktunya. Hal ini sedikit banyak telah membuat Anggun berperilaku buruk. Dia mulai mencoba barang-barang terlarang seperti minuman keras, narkoba, maupun rokok. Lama-kelamaan dosisnya makin meningkat dan makin sering. Bisa sampai 5 kali menghisap barang-barang terlarang tersebut.

Kemudian terjadilah keanehan di dalam diri Anggun. Tiap 3 menit, dia selalu buang air kecil. Dia kemudian memeriksakan dirinya ke dokter. “Dia ambil darah, ternyata hasilnya itu dia tulis high, high, high. Ketika tulisan ‘high’ di dalam hasil diagnosis itu berarti penyakit membahayakan, saya pingsan.” cerita Anggun ketika itu. Hal itu terjadi karena Anggun sangat syok mengetahui hidupnya tinggal 6 bulan lagi. Anggun tak peduli lagi akan hidupnya. Dia menggunakan narkoba lebih lagi dari yang sebelumnya.

Enam bulan kemudian, ketika dirinya masih hidup, Anggun merayakannya dengan mabuk-mabukkan. “Apa nih enam bulan? Buktinya gua masih ada di depan lu pada.” katanya ketika itu.

Sang ayah baru mengetahui ada keanehan pada diri Anggun ketika suatu hari dia mengikuti anaknya secara sembunyi-sembunyi. Saat itu terjadi penggerebekan. Anggun sudah dibawa oleh polisi dan ayahnya mencari jalan keluar. Anggun akhirnya keluar dan sang ayah pun mengirimkannya ke luar negeri dengan maksud dia menjauh dari komunitasnya yang sekarang dan berubah lebih baik.

“Eh, ga taunya di sana ketemu temen-temen saya yang di Indonesia, yang bener-bener dibuang juga oleh orangtuanya di sana, bergabunglah kita di sana, kita mabuk-mabuk di sana. Di satu sisi saya pengen ngilangin ketergantungan saya, tapi di sana malah tambah jadi. Saya ngikuti balapan liar untuk nyari duit seperti itu.”

Kelakuan Anggun akhirnya ketahuan juga oleh sang ayah. “Saya merasa gagal sudah tidak punya apa-apa, sudah tidak punya cara, tidak sudah ngerti. Akhirnya kita tarik kembali pulang.” ujar sang ayah, P. Poerwanto. Segala kebutuhan Anggun secara jasmani memang terpenuhi, namun Poerwanto tidak tahu caranya untuk memenuhi kebutuhan rohani Anggun.

Beberapa kali dimasukkan ke panti rehabilitasi semuanya tidak berhasil, hingga suatu kali ketika dirinya berada di salah satu sebuah panti, Anggun jatuh cinta pada seorang wanita. Meskipun wanita ini tahu bahwa Anggun pemakai narkoba, namun dia yakin dan mempunyai iman bahwa Anggun akan berubah.

Apakah hidup mereka indah setelah menikah? “Menurut aku kehidupan kami waktu itu sangat kacau…” cerita Sherly Utami. Ternyata menahan rasa sakau itu membuat Anggun jauh lebih kacau ketika dia memakai narkoba. Rokok yang dihisap Anggun bisa jatuh di atas kasur dan terbakar tanpa Anggun sadari. Di meja makan pun, Anggun bisa tiba-tiba tertidur di tengah tumpukan nasinya.

Sherly merasa kehidupannya saat itu penuh dengan kebencian terhadap Anggun. Dia merasa Anggun telah mempermalukan dia, keluarganya, dan juga anak mereka. “Kalau begini caranya Mas, aku minta cerai.” kata Sherly waktu itu yang tak tahan dengan penderitaan yang dia alami.

Mendengar hal itu, Anggun hanya bisa terdiam. Yang dipikirkannya saat itu adalah anak mereka, namun tidak ada perubahan dalam diri Anggun. Tidak tahan lagi, Sherly menelepon mertuanya dan meminta mereka untuk menjemput Anggun. Ayahnya pun datang dan membawa Anggun pergi. Anggun pun merasa hidupnya tidak berguna lagi sehingga dia pun tetap membiarkan dirinya menjadi orang yang tak berguna.

Melihat keadaan itu, sang ayah pun meminta pertolongan. Anggun yang sedang tertidur diikat dan dibawa ke sebuah ruangan yang terisolasi. Untuk keluar dari ruangan yang terisolasi ini, Anggun harus dapat menghafalkan salah satu kitab yang terdiri dari 2 pasal dan 38 ayat. Semuanya harus dihafalkan Anggun dengan sempurna.

Pada saat itu, tentu saja bagi Anggun hal itu tidak mustahil, apalagi tubuhnya merasa sangat tidak enak. Di saat seperti itulah Anggun berteriak minta tolong kepada Tuhan. Di tengah penderitaan yang dialaminya, dia mengumpulkan kemauan dan tekadnya untuk berubah.

Anehnya, meskipun dengan kemampuan otaknya yang telah menurun karena obat-obatan terlarang itu, Anggun masih dimampukan untuk menghafalkan ayat demi ayat yang disuruh. Anggun merasa bahwa itu hanya karena Tuhan semata. “Pasti Tuhan yang mengijinkan itu terjadi di dalam kehidupan saya.” demikian kata Anggun.

Dalam satu bulan, Anggun berhasil dikeluarkan dari ruangan isolasi itu karena dia telah berhasil menghafalkan bagian Alkitab yang diminta. Setelah itu, dia dipertemukan dengan seorang pembimbing yang perkataannya menyangkut di hati Anggun. “Jangan pernah engkau banggakan, apa yang telah engkau lakukan. Banggakanlah apa yang telah Tuhan lakukan.” Perkataan itu membuat Anggun menyadari bagaimana Tuhan bekerja di dalam hidupnya.

Setelah itu, Anggun pun meminta ampun kepada seluruh keluarganya, terlebih lagi kepada Tuhan. Untuk meyakinkan istrinya, tidak begitu mudah karena mungkin istrinya agak trauma. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Anggun juga mulai mempraktekkan firman Tuhan, semuanya mungkin terjadi. Keluarganya tidak menyangka dia bisa terlepas dari narkoba, namun itulah karya tangan Tuhan.

“Luar biasanya Tuhan itu tidak bisa kita kira ya. Rasa benci saya yang selama setahun itu bisa dihancurkan begitu saja,” cerita Sherly.

“Sukacita…ketika saya merangkul dia. Saya tidak mengira dia bisa begitu berubah. Dia bisa menyapa, bisa berubah.” Sahut Poerwanto, sang ayah sambil terharu mengingat saat itu. Anggun mulai memperhatikan keluarganya. Anggun dan ayahnya seperti teman, bukan lagi musuh yang sering diajak berantem mulut. “Jika saya dapat bertahan sampai detik ini, itu semua bukan karena tangan saya, itu hanya karena Tuhan semata.” tutup kisah Anggun.

Ingat, jika Anda menganggap hidup Anda tidak berharga, melalui kisah ini Tuhan tidak menganggap hidup Anda sepele. Anda begitu berharga bagi-Nya. Jika sukacita yang besar ada pada seorang bapak di bumi untuk anaknya, terlebih lagi Bapa di surga.

 

Sumber Kesaksian :

Anggun Waskitoyakti

Sumber : V120214145909
Halaman :
1

Ikuti Kami