Ungkapan Cinta Terakhir

Kata Alkitab / 30 November 2011

Kalangan Sendiri

Ungkapan Cinta Terakhir

Budhi Marpaung Official Writer
12754

Suami Carol tewas dalam kecelakaan mobil tahun lalu. Jim, yang baru berumur lima puluh dua tahun, sedang mengemudikan mobil ke rumah, dari kantornya. Yang menabraknya adalah seorang remaja yang mabuk berat. Jim tewas seketika. Remaja itu masuk ruang gawat darurat, namun tidak sampai dua jam di sana.

Ironisnya lagi, hari itu hari ulang tahun Carol yang kelima puluh, dan Jim sudah membeli dua tiket pesawat ke Hawaii.

Ia ingin memberi kejutan untuk istrinya. Tapi ia justru tewas gara-gara seorang pengemudi mabuk.

“Bagaimana kamu bisa mengatasi itu?” tanyaku pada Carol, setahun kemudian.

Mata Carol basah oleh air mata.

Kupikir aku sudah salah bicara, tapi dengan lembut ia meraih tanganku dan berkata, “Tidak apa-apa. Aku ingin menceritakan padamu. Ketika aku dan Jim menikah, aku berjanji bahwa setiap pagi, sebelum dia berangkat, aku mesti mengatakan bahwa aku mencintainya. Dia juga membuat janji yang sama. Akhirnya hal itu menjadi semacam gurauan di antara kami.”

“Ketika anak-anak mulai lahir, sulit untuk menepati janji itu. Aku ingat aku suka lari ke mobilnya sambil berkata, ‘Aku mencintaimu’, dengan gigi terkatup rapat kalau aku sedang marah. Kadang aku mengemudi ke kantornya untuk menaruh catatan kecil di mobilnya. Hal itu menjadi tantangan yang lucu. Banyak kenangan kami tentang kebiasaan mengucapkan cinta ini setiap hari, sepanjang kehidupan perkawinan kami,” lanjutnya.  

“Pada pagi Jim meninggal, ia menaruh kartu ulang tahun di dapur, lalu pergi diam-diam ke mobilnya. Kudengar mesin mobilnya dinyalakan. Jangan coba-coba kabur, ya, pikirku. Aku lari dan menggedor jendela mobilnya, sampai ia membukanya. ‘Hari ini, pada ulang tahunku yang kelima puluh, Bapak James E. Garrett, aku, Carol Garrett, ingin menyatakan bahwa aku mencintaimu.’ Karena itulah aku bisa tabah menghadapi peristiwa itu. Karena aku tahu bahwa kata-kata terakhir yang kuucapkan pada Jim adalah ‘Aku mencintaimu,’” ungkapnya sambil tersenyum simpul.

Pesan kisah: Pakailah lidah bibir kita untuk mengucapkan kata-kata yang manis, yang sedap untuk didengar telinga orang lain, terkhususnya lagi kepada orang-orang yang kita kasihi. Perkatakan lah hal-hal yang positif pada saat kita bertemu dengan mereka karena dengan begitu kita sedang memberkati hidup mereka dan meninggalkan kesan baik yang nantinya akan mereka tularkan kepada orang lain yang mereka temui di dalam keseharian mereka.  

Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih” (Kolose 4:6)

Sumber : inspirationalstories.com/bm
Halaman :
1

Ikuti Kami