Promo diskon setengah harga penjualan Blackberry Bellagio akhirnya diberhentikan kepolisian karena khawatir ketegangan antar pengunjung yang meluas. Saat berita ini diturunkan, ada 90 orang yang pingsan dan luka ringan, sementara tiga di antaranya dilarikan ke rumah sakit akibat patah tulang. “Demi alasan keamanan dan keselamatan, akhirnya kami hentikan sampai info baru berikutnya di surat kabar,” ujar Kepala Polisi Resort Jakarta Selatan, Komisaris Besar Imam Sugianto, Jumat (25/11).
Semakin meningkatnya animo pengunjung tidak dapat diterapkan oleh pengaturan yang sudah dibuat oleh panitia. Kacaunya panitia mengarahkan pengunjung terlihat dari ketidakberdayaan mereka mengarahkan pengunjung yang terus berdatangan ke area penjualan yang berada di Pacific Place. “Saya diperlakukan seperti binatang. Kami sampai duduk tidak beralaskan apa-apa, hanya untuk mendapatkan gelang antrean,” ujar Ida, warga Cipete sambil menangis. Tak tahan dengan perlakuan panitia, Ida berencana mengadukan kasus ini ke kepolisian.
Total hanya 500 Blackberry yang berhasil dijual dari 1000 yang dijanjikan pantia. Research In Motion (RIM) rencananya memang akan menjual 1000 Blackberry Bellagio itu dengan harga miring 50% yaitu sekitar Rp 2.3 juta dari harga resminya. Syarat untuk mendapatkan Blackberry ini adalah datang ke Pasific Place dan menjadi 1000 orang pertama yang mengantri di tempat yang sudah disediakan. Setiap calon pembeli hanya dapat membeli dengan kartu kredit dan harus menunjukkan KTP serta kartu kredit yang sesuai identitasnya, tidak dapat diwakilkan. Setiap calon pembeli akan menerima gelang yang harus langsung dikenakan dan mendapatkan kartu antrian yang harus ditunjukkan di kasir. Namun ternyata, hal ini pun tidak dapat membendung antrian yang terjadi.
Sungguh suatu pola pikir yang mungkin terlalu konsumtif buat masyarakat Indonesia dimana mereka rela mengantri dari subuh demi untuk membeli suatu barang, mengeluarkan uang mereka untuk barang tersebut. Hal yang aneh jika mengingat barang tersebut bukanlah barang primer melainkan tersier, dimana kita masih bisa hidup tanpa adanya barang tersebut.
Sumber : tempointeraktif/lh3