Pastor Brasil: Tidak Ada Pengampunan Bagi Penembak Yang Menewaskan 12 Anak Sekolah

Internasional / 11 April 2011

Kalangan Sendiri

Pastor Brasil: Tidak Ada Pengampunan Bagi Penembak Yang Menewaskan 12 Anak Sekolah

Lestari99 Official Writer
3544

Pastor Brasil mengatakan tidak ada ‘pengampunan’ bagi pria bersenjata yang telah menembak dan menewaskan 12 anak-anak sekolah di Rio de Janeiro Kamis lalu.

Meskipun pria bersenjata yang menewaskan 12 anak-anak di sebuah sekolah sebelah barat Rio de Janeiro Brasil meminta pengampunan kepada Tuhan melalui sebuah surat yang ditemukan di jasadnya, beberapa teolog evangelis dan pastor yakin ia tidak akan diampuni.

“Tidak ada di dalam Alkitab yang membenarkan permintaan pengampunan sebelum melakukan pembunuhan,” ujar pastor Presbiterian dan teolog Brasil Augustus Nicodemus Lopes kepada Christian Post.

Wellington Menezes de Oliveira, 23, memasuki sekolah dasar dan menengah Tasso da Silveira saat jam pelajaran sedang berlangsung pada Kamis pagi, berpura-pura menjadi seorang pengajar. Saat ia sedang ditanyai, ia mengeluarkan senjata dan menembak secara membabi buta dengan kedua tangannya.

Ketika ia berhadapan dengan polisi dan polisi menembak kakinya, penembak muda ini malah menembak dirinya sendiri.

Sebuah surat yang ditemukan di sakunya menjelaskan bahwa penembakan itu memang direncanakan dan bahwa ia bermaksud untuk mati, tetapi tidak ditemukan motif apapun pada Oliveira.

Secara menarik surat tersebut mencerminkan baik ajaran Islam maupun Kristen. Oliveira, yang digambarkan oleh teman-teman dan kerabatnya sebagai seorang yang pendiam dan penyendiri, meminta seseorang untuk mengunjungi makamnya dan meminta pengampunan kepada Tuhan atas apa yang telah ia lakukan.

Dia menulis (diterjemahkan dari bahasa Portugis): “Saya butuh seorang pengikut Tuhan yang setia untuk mengunjungi makam saya paling tidak sekali; saya minta agar orang tersebut berdoa di depan makam saya dan meminta pengampunan kepada Tuhan atas apa yang telah saya lakukan, dan meminta ketika Yesus datang Ia akan membangunkan saya dari tidur kematian kepada hidup.”

Tanpa bisa membedakan iman yang dianut Oliveira melalui suratnya, Lopes mengatakan bahwa “pengampunan merupakan pertobatan dari dosa” dan dalam kasus ini, “sang pembunuh tidak menunjukkan tanda pertobatan”.

“Meminta pengampunan atas apa yang akan ia lakukan lalu tetap melakukan kejahatan itu berarti tidak ada tanda pertobatan di sana,” ujarnya kepada Christian Post. “Tidak berarti ia akan mendapatkan pengampunan jika kita berdoa dan meminta Tuhan untuk mengampuninya. Ia harus menyelesaikan hal itu selagi ia hidup.”

Mencoba untuk mengidentifikasi agama Oliveira, teolog mengatakan sangat tidak mungkin bahwa pria bersenjata itu adalah seorang kristen karena “kekristenan tidak mengajarkan adanya kemungkinan untuk diampuni setelah kematian”. Lopes lebih mengaitkan sang pria bersenjata dengan pengikut mistik yang samar-samar.

Socrates Oliveira de Souza, direktur eksekutif dari Brazilian Babtist Convention, juga tidak percaya bahwa si pembunuh “bisa mendapatkan pengampunan.”

“Karena ia berencana untuk mencabut nyawa orang lain dan berupaya untuk melakukan pembunuhan jika tidak dihentikan oleh polisi. Oliveira tidak menunjukkan adanya pertobatan,” ujarnya.

Bagi dia, sangat jelas apa yang dikatakan Alkitab, “Setelah kematian tidak ada kemungkinan pertobatan secara fisik, tidak ada kemungkinan untuk keselamatan,” ujarnya kepada Christian Post.

Sependapat dengan hal itu, Ciro Sanchez Zibordi, pendeta evangelis dan penulis mengatakan, “Seseorang tak dapat mati sebagai seorang yang ‘terhilang’ dan mendapatkan pengampunan sesudahnya.”

Sehubungan dengan surga dan neraka, Lopes mengatakan, “Yesus Kristus merupakan pribadi yang paling banyak membicarakan hal ini di Alkitab, khususnya mengenai neraka.” Alkitab, tidak mengajarkan bahwa keselamatan adalah untuk ‘semua orang’.

“Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah kasih, tetapi Alkitab juga berkata bahwa Allah adalah Tuhan yang benar dan membenci dosa.”

Dia mengatakan bahwa surga dan neraka adalah “dua realita yang tak dapat dijalani bersama-sama.”

“Kita akan pergi ke satu tempat atau tempat yang lainnya,” ujarnya. “Tidak ada area tengah dan tujuan akhir telah diputuskan di sini, saat masih di bumi.”

Sementara surat tersebut jelas mengandung beberapa aspek Kristen (meminta Yesus bagi kehidupan kekal), Oliveira juga membuat permintaan yang mencerminkan Islam.

“Pertama-tama Anda harus tahu bahwa ketidakmurnian tidak dapat menyentuh saya tanpa sarung tangan,” tulis surat tersebut. “Hanya orang suci atau orang-orang yang kehilangan kesucian mereka setelah menikah dan belum pernah berzinah dapat menyentuh saya tanpa menggunakan sarung tangan.”

Ia juga meminta untuk dikubur dalam kain putih yang ditinggalkannya di sebuah tas di sekolah, sekali lagi merefleksikan beberapa aspek tradisi Islam.

Kakaknya, Rosilane de Oliveira, 49, mengatakan adiknya tampaknya telah menjadi seorang Muslim.

“Dia begitu terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan Islam dan membiarkan jenggotnya tumbuh panjang. Dia memang aneh, selalu di internet sepanjang hari membaca semua isu dan hal itu sangatlah aneh,” ujarnya dalam sebuah wawancara dengan Brazil’s Band News.

Presiden dari National Union of Islamic Entities di Brasil, Jamel El Bacha, berusaha untuk menyakinkan pada hari Kamis lalu bahwa pria bersenjata tersebut tidak ada hubungannya dengan Islam. Organisasi tersebut mengutuk kejahatan itu dan menyebutnya sebagai “gila dan tak dapat dijelaskan”.

Oliveira diadopsi saat ia masih bayi. Ia meminta agar dikuburkan di dekat makam ibu angkatnya.

Sekitar 30 anak-anak dari Bethany Babtist Church sedang menghadiri sekolah tersebut saat kejadian. Untungnya, tidak satupun dari anak-anak Bethany yang terbunuh, menurut Pastor Neil Barreto.

“Ini adalah awal dari akhir zaman,” ujar Barreto mengenai tragedi tersebut. Gerejanya juga menawarkan dukungan bagi keluarga yang terkena dampak atas peristiwa ini.

“Entah bagaimana kita semua telah terpengaruh oleh pembantaian itu,” ujarnya. “Ini merupakan tindakan iblis yang berusaha mengambil anak-anak yang mewakili masa depan dan harapan kita. Namun hal itu tidak akan berhasil.”

Sumber : christiantoday
Halaman :
1

Ikuti Kami