Kristen Vietnam Tidak Takut Dengan Penganiayaan

Internasional / 4 April 2011

Kalangan Sendiri

Kristen Vietnam Tidak Takut Dengan Penganiayaan

Lestari99 Official Writer
7146

Pintu-pintu penjara Hoa Lo di Hanoi, Vietnam, tetap terbuka lebar sampai hari ini. Tahanan perang Amerika dengan sinis menjuluki tempat tersebut dengan sebutan “Hanoi Hilton”.

Mereka disiksa secara brutal, diinterogasi dan dipaksa untuk membuat pengakuan. Semua kenyataan ini diekspos keluar melalui video dan catatan sejarah yang ada di museum Vietnam. Bahkan sebagai negara yang memiliki sejarah panjang akan perang dan penderitaan, hanya sedikit yang dapat ditunjukkan di permukaan.

Rakyat Vietnam berada di bawah cengkeraman kuat akan sistem dari sebuah partai yang mengontrol setiap area kehidupan mereka – termasuk soal iman.

Di tengah kritik, pemerintah Vietnam telah melakukan upaya untuk menaikkan reputasinya di dunia dengan membiarkan gereja-gereja Kristen untuk terdaftar di pemerintahan. Namun ketika hal ini terjadi, orang percaya justru kehilangan kendali untuk berapa kali mereka harus beribadah, bahkan sampai ke pemilihan pemimpin gereja.

Akibatnya, banyak orang Kristen yang menjadi gereja bawah tanah, beribadah secara diam-diam di wilayah pegunungan Vietnam.

Mereka berasal dari berbagai suku – beberapa di antaranya buta huruf, beberapa merupakan mantan pecandu, dan beberapa lainnya mantan penyihir yang suka menyembuhkan orang sakit. Namun mereka semua ingin belajar lebih banyak mengenai Tuhan.

Apa yang mereka ceritakan juga termasuk pengalaman akan penganiayaan dalam beribadah. CBN News telah menyamarkan identitas untuk melindungi mereka.

Salah seorang pria bernama Kahn masih mengingat dengan jelas bagaimana polisi lokal menangkapnya lalu kemudian menggantung dirinya hanya dengan ibu jari yang terikat.

“Mereka membawa saya ke stasiun dan menyiksa saya. Mereka menggunakan sesuatu untuk mengikat ibu jari saya dan salah satu jari kaki saya dan menggantung saya di dinding selama tiga jam,” ujarnya.

Sampai 15 tahun yang lalu, kekristenan belum pernah terdengar di antara kaum sukunya Kahn. Saat ini, warga di wilayah kesukuan tempat Kahn tinggal membuat gereja Vietnam berkembang dengan sangat cepat.

Mengikut Kristus menimbulkan banyak kesulitan bagi Minh. Ia melakukan penyembahan berhala selama hidupnya, namun ketika ia jatuh sakit, ia tidak dapat menemukan bantuan.

“Pada bulan Maret tahun lalu, saya jatuh sakit dan tidak memiliki cukup uang untuk membeli korban bagi para dewa, jadi saya meminta salah satu orang Kristen untuk mendoakan saya dan Tuhan telah menyembuhkan saya,” jelasnya. “Sejak saat itu, orang-orang membenci saya karena saya tidak lagi memberikan persembahan bagi dewa-dewa. Saya coba untuk menjelaskan kepada mereka bahwa Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih dan Ia ingin menyelamatkan kita.”

Minh menghancurkan berhala yang dimilikinya sehingga menimbulkan kemarahan banyak orang di komunitasnya. Ia juga dipukuli oleh polisi secara brutal, tetapi ia tidak melawan. Sebaliknya, Minh malah memperlengkapi dirinya untuk mengajar dan memberitakan keselamatan dan kasih yang telah ia temukan.

Orang Kristen di Vietnam tahu bahwa mengalami penganiayaan karena mengikut Yesus bukanlah hal baru. Peter ditahan berulangkali karena memberitakan Injil, namun ia tidak berhenti.

“Pemerintah berkata mereka menjunjung kebebasan beragama, namun sebenarnya terjadi banyak penganiayaan di antara orang Kristen dan suku-suku lainnya,” ujarnya. “Tapi saya selalu memiliki kebebasan, karena tidak masalah apakah pemerintah mengizinkannya atau tidak. Saya akan melakukan apa yang telah menjadi panggilan untuk saya lakukan.”

CBN News bertanya kepada Peter kenapa mereka begitu dianiaya sedangkan gereja lain di dunia tidak mengalami hal itu.

“Saya pikir salah satu alasan mereka tidak dianiaya adalah karena gereja tidak mengutus orang untuk menginjili. Alasan kami dianaya adalah karena kami aktif mengutus orang untuk memberitakan Injil,” jawabnya.

Todd Nettleton mengatakan penganiayaan agama menjadi topik yang umum dari kisah-kisah yang ada di dokumen Voice of the Martyrs.

“Saat kami membicarakan mengenai penganiayaan kepada mereka, mereka cukup terkejut kenapa kami menanyakan hal itu kepada mereka, karena untuk mereka penganiayaan adalah suatu hal yang normal. Itulah arti sebenarnya dari mengikut Kristus,” jelasnya. Beberapa dari mereka mengeluarkan pernyataan, “Kristus sendiri telah menderita jadi jika kami mengikuti-Nya, maka kami akan menderita juga.”

Apa yang akan terjadi pada gereja di Vietnam belumlah pasti. Sebagaimana pemerintah terus menghadapi tekanan dari luar, kebebasan mungkin akan datang.

Namun orang Vietnam tidak menahan nafas mereka. Mereka berbicara tidak hanya untuk hak-hak mereka, tapi juga untuk iman yang mereka anut – dan Tuhan yang mereka kasihi bahkan jika harus membayarnya dengan hidup mereka sendiri.

Halaman :
1

Ikuti Kami