Pelatihan Militer Buat Warga Aceh Ketakutan

Nasional / 1 April 2011

Kalangan Sendiri

Pelatihan Militer Buat Warga Aceh Ketakutan

Lois Official Writer
3393

Aceh bukan tempat menyeramkan seperti yang kita bayangkan selama ini, Aceh bukan tempat ganja bertebaran dimana-mana atau tempat teroris yang paling menyeramkan di Indonesia, meskipun ada beberapa tempat yang menjadi tempat mangkal mereka. Inilah yang diceritakan oleh Camat Jantho, Aceh Besar yang bernama Bahrun. Dia merupakan saksi di persidangan KH. Abubakar Baasyir kemarin siang (31/3).

Dia mengaku bahwa warganya trauma dengan adanya pelatihan militer yang diduga dilakukan oleh para teroris di Desa Jalin, Kecamatan Jantho. “Kalau takut dan trauma pasti ada karena kami kan pernah jadi daerah konflik. Apalagi ada suara tembakan. Suara tembakan membuat kami ketakutan,” ujar Bahrun dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

“Kami semuanya 90 persen petani, terutama penggembala kerbau. Kerbau dilepas ke gunung, sore dijemput. Dengan adanya itu masyarakat jadi tidak berani ke gunung. Kami juga mewanti-wanti masyarakat tidak ke gunung. Jadi banyak ternak yang hilang. Sampai sekarang masih takut. Tapi sekarang tidak lagi. Sudah aman,” ungkapnya.

Berawal dari laporan warganya, Bahrun langsung melaporkan ke Polsek Kota Jantho bahwa ada kegiatan militer di wilayahnya. “Secara lisan kami laporkan ke Kapolsek. ‘Pak, di pegunungan Jalin menurut laporan masyarakat ada orang banyak bawa senjata’,” cerita Bahrun di hadapan majelis hakim. Setelah melapor ke Polsek, dirinya langsung menelepon kepala desa Jalin dan keesokan harinya, Bahrun dengan membawa surat yang ditandatangani Polsek, menginstruksikan warga untuk tidak naik gunung dan keluar pada malam hari serta mengaktifkan poskamling. “Suasana mencekam pak, karena warga ada yang menjadi korban saat kontak tembak pada malam harinya,” katanya.

Selain itu, pelatihan militer di Desa Jalin juga berdampak di sektor ekonomi. “Ya ada. Dampaknya terhadap daerah kami daerah wisata alam dan kuliner. Kalau kuliner itu sebelum kejadian bisa laku ikan 500 kilogram per minggu. Setelah kejadian, tidak ada yang datang. 20 kilogram pun tak ada. Yang makan orang situ saja,” katanya.

Sejak tsunami 2004, Aceh mengalami banyak hal-hal yang tidak mengenakkan, apalagi ketika diketahui bahwa daerah itu banyak terorisnya. Namun, sebenarnya warga di sanalah yang paling menderita. Pemerintah hukum para teroris tersebut agar Aceh kembali aman.

Sumber : okezone/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami