Bagi Allen, Tertawa Dapat Jadi Petaka Buatnya

Nasional / 8 November 2010

Kalangan Sendiri

Bagi Allen, Tertawa Dapat Jadi Petaka Buatnya

Lois Official Writer
3578

Bagi Claire Allen, yang merupakan seorang ilmuwan wanita asal Inggris yang bekerja sebagai peneliti di British Antartic Survey, tertawa merupakan suatu kejutan yang dapat menjadi petaka. Terkejut, gembira, dan tertawa dapat memicu reaksi aneh pada tubuhnya sehingga ia akan mengalami kondisi tak sadarkan diri, tidak bisa melihat ataupun bergerak.

Allen kerap mengalami pingsan akibat hal-hal sepele, misalnya ketika tempat duduknya digeser orang lain, kejadian tiba-tiba lainnya ataupun karena emosinya kuat sekali terasa dan dimana saja, saat berbelanja, saat berkunjung ke rumah kerabat, tidak mengenal tempat. Ia pernah terjatuh dari sepedanya ketika seorang temannya menyapanya dari kejauhan.

“Serangan tersebut diakibatkan saya sering terkejut secara emosional ataupun mengalami syok. Tetapi, tertawa paling sering menjadi penyebabnya. Gejala awalnya, kepala saya seperti mengangguk-angguk seperti anak berusaha untuk bangun. Namun, setelah enam bulan, saya selalu pingsan. Beberapa tahun lalu, saya menghentikan konsumsi obat untuk penelitian dan saya menemukan batas dari gejala saya ini, pingsan sekitar 100 kali sehari,” kata Allen ketika dia berhenti mengkonsumsi obat untuk penyakitnya ini.

Jadi, dengan kondisi tanpa perawatan, wanita yang tinggal di Cambridge, Inggris ini mengaku paling banyak dia bisa mengalami serangan sekitar 100 kali sehari dan tak sadarkan diri selama 30 detik hingga lima menit. Gejala itu pertama kali dialaminya pada tahun 2004. Awalnya, dia kerap mengalami kesulitan tidur. Dalam semalam saja, dia bisa terbangun hingga 30 kali. Lalu Allen sering merasakan otot-ototnya melemah sehingga dia benar-benar pingsan.

Perempuan yang berusia 35 tahun ini menderita penyakit cataplexy, sejenis gejala narcolepsy yaitu kelainan syaraf yang sangat langka di dunia dimana dapat menyebabkan otot menjadi lemah secara tiba-tiba sehingga penderitanya dapat jatuh pingsan ketika merasakan emosi yang sangat kuat.

Sekarang dia diberi dokter sejenis obat baru bernama Xyrem yang dapat menurunkan gejala-gejala menjadi lebih jarang setiap bulannya. Obat ini juga membuat ia bisa tidur lebih nyenyak antara tiga setengah jam. Ia harus menenggak obat itu dua kali semalam untuk bisa tidur lelap sampai tujuh jam.

Sumber : kompas/lh3
Halaman :
1

Ikuti Kami