Pemimpin Gereja Hong Kong Serukan Toleransi Pasca Tragedi Sandera Manila

Internasional / 23 September 2010

Kalangan Sendiri

Pemimpin Gereja Hong Kong Serukan Toleransi Pasca Tragedi Sandera Manila

daniel.tanamal Official Writer
2779

Para pemimpin Gereja di Hong Kong menyerukan kepada para buruh Filipina yang bekerja di Hong Kong untuk menjaga harmonisasi dan dapat menenangkan diri setelah tragedi penyanderaan di Manila yang menyebabkan delapan wisatawan Hong Kong tewas pada tragedi itu oleh mantan perwira polisi bersenjata, Rolando Mendoza, saat ia membajak bus wisata mereka pekan lalu untuk menuntut pekerjaannya kembali. Pengepungan itu sendiri berakhir ketika polisi menembak mati Mendoza.

Di Hong Kong, berita mengenai tragedi ini mendominasi headline surat kabar selama lima hari berturut-turut, dengan seruan keras menuntut penyelidikan menyeluruh. Sejak adanya laporan perilaku agresif terhadap para buruh Filipina di Hong Kong, para pemimpin gereja takut tragedi ini dapat mempengaruhi jiwa dan keselamatan mereka.

"Kami menerima panggilan dari pekerja rumah tangga asal Filipina di sini yang mengatakan bahwa mereka berada di bawah tekanan psikologis," kata Eman Villanueva, juru bicara Filipina di Hong Kong dalam konferensi pers.

Dia menjelaskan bahwa ada seorang buruh migran yang telah dipecat setelah tragedi penyanderaan, dan beberapa kasus lagi. Dia mengungkapkan bahwa beberapa pekerja tersebut pernah diperlakukan tidak menyenangkan ketika mereka pergi keluar. "Media di Filipina juga kerap memberitakan cerita yang bersinggungan, dan membuat beberapa pekerja menghentikan sementara rencana mereka ke Hong Kong," katanya.

Dewan Kristen Hong Kong juga meminta gereja-gereja di Hong Kong untuk berdoa bagi para korban, dan dapat menghormati juga saling pengertian diantara masyarakat Hong Kong dan Filipina. "Ini adalah saat yang memilukan bagi orang-orang Hong Kong yang menyaksikan kejadiannya secara langsung melalui siaran televisi," kata Rev. Po Kam Cheong, Sekretaris Jenderal Dewan Kristen Oikumene. Dia mengundang semua gereja di Hong Kong untuk berdoa bagi para korban, serta memberikan perlakuan yang adil terhadap para pekerja Filipina di kota itu.

Mengenai perang wacana dan cenderung bermusuhan yang terlihat di media dan jejaring sosial Filipina, pendeta Kristen dihimbau untuk menjadi mediator, menghentikan emosi negatif, terutama mencegah tragedi tersebut menjadi kebencian antara kedua negara.

Menurut data yang diketahui saat ini ada sekitar 200.000 buruh migran Filipina yang bekerja di Hong Kong, dengan mayoritas dari mereka menggantungkan hidup dari profesi pembantu rumah tangga.

Tindakan seorang oknum yang tidak bertanggungjawab tidak seharusnya menimbulkan permusuhan dan kebencian antar Negara. Pada akhirnya, marilah kita saling mengasihi, saling membangun iman, saling memberikan pengharapan. Di tengah keadaan dunia yang semakin memburuk.

Sumber : Christiantoday.com/dpt
Halaman :
1

Ikuti Kami