Membawa Perdamaian Lewat Musik

Entrepreneurship / 13 September 2010

Kalangan Sendiri

Membawa Perdamaian Lewat Musik

Lestari99 Official Writer
6534

Namanya Anna Maria Winarti Goris (60). Namanya sebagai seorang pencipta lagu boleh jadi kurang dikenal dalam pelataran industri musik. Anna memang hanya menciptakan lagu-lagu pendidikan yang umumnya mengangkat kecintaan pada negeri Indonesia, lingkungan hidup dan seruan perdamaian dunia.

Album yang dikeluarkannya di Bandung adalah Bring Peace to the World. Kecuali lagu Wir Sind Alle Kinder Dieser Welt, seluruh lagu adalah ciptaan Anna Maria, seperti Planet Earth is Our Home, This is Our Dream, Let’s Bring Peace, We Need a Nice Place, Indahnya Persahabatan, Hiroshima Nagasaki, The Power of Our Dream, Yang Aku Rindu, Sauyunan, dan Peace for All Children. Dalam hal menciptakan lagu, Anna sebenarnya cukup punya pengalaman. Lagu-lagu Anna pernah menjuarai berbagai perlombaan.

Pada peringatan Hari Kartini tahun 1973, Anna menjuarai Lomba Cipta Lagu Anak-Anak di Akademi musik Indonesia (AMI), Yogyakarta. Lagunya Semoga Alam Lestari dan Jadikan Bandung Hijau dan Berbunga menjadi juara favorit pada Lomba Cipta Lagu Lingkungan Hidup tahun 1997.

Pada tahun 2003 Anna mendapat penghargaan dari Honda dalam program The Power of Dream berkat gagasannya menyuarakan perdamaian lewat lagu yang dibawakan anak-anak. Selain penghargaan, Anna juga mendapatkan uang Rp 20 juta.

Uang hasil penghargaan itulah yang dipakai Anna untuk mendanai album perdamaian tadi. Album tersebut juga mendapatkan sponsor dari Bimbingan Anak Sampoerna sebesar Rp 75 juta.

Dari uang tersebut Anna memproduksi 2.000 kaset dan 2.000 compact disc (CD). Kaset dan CD ini dijual Anna melalui teman-temannya yang tersebar di Indonesia maupun di luar negeri. Anna memilih jalur pertemanan untuk mendistribusikan album perdamaian karena menjual kaset dan CD melalui distributor besar memerlukan biaya produksi yang lebih besar. Sementara dana yang dimilikinya sudah tidak ada lagi.

Hasil dari penjualan album yang saat itu hanya seharga Rp 25.000 per keping tersebut disumbangkan kepada anak-anak korban konflik di berbagai daerah. Anak-anak yang menjadi korban konflik ini merupakan salah satu hal yang memprihatinkan Anna selain kepicikan cara berpikir beberapa kelompok masyarakat di Indonesia tentang keberagaman serta kebobrokan para pejabat negara.

Dunia yang damai adalah mimpi besar Anna yang ingin ia wariskan kepada generasi selanjutnya. Itulah sebabnya Anna memilih anak-anak menyanyikan lagu-lagunya. “Keterlibatan anak-anak menyuarakan perdamaian mudah-mudahan bisa mendatangkan kerinduan untuk terus-menerus mengusahakan perdamaian,” ujar Anna.

Antusiasme menyerukan perdamaian berawal ketika tahun 1976 Anna berkesempatan ikut dalam misi kesenian ke Eropa selama 3 bulan bersama Paduan Suara Vocaslita Sonora, Yogyakarta. Bersama paduan suara tersebut, Anna pentas di 50 kota di 4 negara yaitu Belgia, Belanda, Swiss dan Jerman. Selama 3 bulan itu Anna tinggal di beberapa keluarga. Hubungan dengan orangtua-orangtua asuhnya tetap terjalin dengan baik meskipun ia telah kembali ke Indonesia. Anna bahkan pernah berkesempatan mengunjungi salah seorang sahabatnya yang telah masuk panti jompo.

“Dia bukan orang kaya. Dari tabungannya yang tersisa, ia belikan saya tiket untuk mengunjunginya agar kami bisa bertemu sebelum ia meninggal dunia. Persahabatan atas dasar kemanusiaan begitu tulus dan kekal. Tidak dapat ternilai dengan uang,” ungkap Anna.

Anna menjadi salah satu pendiri paduan suara Kelompok Anak Indonesia Peduli pada tahun 1999. kelompok ini pernah terlibat dalam berbagai acara amal. Di antaranya program Balita Kurang Gizi yang diselenggarakan UNICEF, Hari Tanpa Tembakau (No Tobacco Day) yang diselenggarakan WHO, menghibur anak-anak penderita kanker di Yayasan Kanker, serta Aubade Suara Seribu Anak untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Kelompok paduan suaranya telah menarik minat anak-anak lain termasuk anak-anak yang bersekolah di sekolah-sekolah internasional. Dari situlah Anna mendirikan Solidaritas Anak-Anak Perdamaian pada tahun 2002.

Melalui pernikahannya dengan Johanes Goris (60), Anna dikaruniai dua orang anak, Johan Sebastian Marc (30) dan Agnes Devi (29). Agnes sering menjadi saksi untuk penciptaan karya-karya Anna. Tanda tangan Agnes menghiasi hampir seluruh partitur ibunya. “Untuk berjaga-jaga agar tidak diplagiat orang,” ujar Anna.

Anna terus berharap agar anak-anak binaannya dapat menyerukan perdamaian ke luar Indonesia.

Sumber : tokohindonesia
Halaman :
1

Ikuti Kami