Bangkrut Membuatku Rumah Tanggaku Bagai Neraka

Family / 31 August 2010

Kalangan Sendiri

Bangkrut Membuatku Rumah Tanggaku Bagai Neraka

Tammy Official Writer
14730
Hidup Yesaya Setiawan, atau Wawan, sudah terbiasa dengan bergelimang harta. Namun kebahagiaannya mulai terusik di saat bisnis ekspedisi dan usaha lainnya mulai terpuruk.

Sewaktu bisnisnya sedang jatuh, ia pulang hanya membawa uang dua puluh lima ribu rupiah. "Anak kamu mau dikasih makan apa?" ujar istrinya. Mereka bertengkar mengenai uang, hingga akhirnya Yesaya menampar istrinya karena terbawa emosi.

Demi menyelesaikan masalah mereka, mereka memutuskan untuk pergi ke ‘orang pintar.' Mereka nekad mengambil jalan pintas, datang ke beberapa orang pintar. Mereka ingin agar usaha mereka kembali lancar, mereka dapat kembali lagi kaya. Itulah keinginan mereka.

"Ada uang 50ribu direndam di air, lalu mereka disuruh minum," cerita Wawan mengenai solusi yang ditawarkan oleh orang pintar yang mereka datangi. Dan mereka pun meminumnya. Mereka menganggap dengan meminum air tersebut mereka akan memiliki keberuntungan.

Tetapi untung tak dapat diraih, justru kegagalan yang didapatkan. Hal itu mempengaruhi emosi Wawan. "Saya jadi sensitif, panasan, sentimental. Hingga di jalanan saja, jika ada kendaraan melewati bisa saya kejar lagi. Saya buka kaca, saya kata-katai kasar," kisah Wawan.

Bukan itu saja, kejadian-kejadian yang menyeramkan pun sering terjadi di rumahnya. Seperti melihat makhluk halus. Istrinya pun mengungkit masalah ini, "Datang ke dukun bukannya duit yang datang, malah setan yang datang!" Istrinya marah-marah tak berhenti dan berbicara yang menyakitkan. Lagi-lagi Wawan pun marah, ia menampar istrinya.

Di rumah pun bertengkar dengan istrinya, Wawan pun mencari kesenangan di luar. Mencari orang lain yang mau menanggapi dirinya. "Pada saat ekonomi hancur, justru ada yang memfasilitasi saya untuk bersenang-senang. Semuanya saya bisa dapatkan dengan gratis," kisah Wawan. Ia pun merasakan kesenangan dan ketenangan yang semu di luar rumahnya.

Hubungan suami-istrinya pun bermasalah, istrinya selalu menolak ajakannya untuk melakukan hubungan intim. Ditolak, Wawan pun menyalurkan keinginannya itu sendiri di kamar mandi. Istrinya sengaja menolak dirinya dan tahu apa yang dilakukan Wawan. Jika Wawan sudah melampiaskan nafsunya, Wawan tetap merasakan kegelisahan, susah untuk merasakan ketenangan.

Ketika berada di luar rumah, Wawan justru mendapatkan saran sesat yang dapat menghancurkan rumah-tangganya. Temannya menyarankan jika istri tidak bisa diatur, ya, dipukul. "Jika sudah tidak bisa pake mulut, pake tangan saja," ujar temannya. "Jika bini gak mau berubah, ya sudah, cari yang lain saja," tambah temannya.

Pemahaman itu justru diamini oleh Wawan, ia malah memukul istri lebih dahsyat lagi. Ia bisa memukul istri di depan anak mereka. "Pada waktu itu saat anak nangis, rasa kasih itu sudah tidak ada," kisah Wawan. Ia menggampar istrinya bahkan hingga keluar darah.

"Tak ada penyesalan. Dahulu dalam hati kalau bisa justru ingin ganti istri," kisah Wawan.

Keluarga Wawan berada di ambang kehancuran, perceraian pun seakan menjadi pilihan terakhir bagi mereka.

Yesaya Setiawan"Saya sudah tidak tahan dengan perlakuan suami yang kasar, suka memukul, saya pulang ke rumah orang-tua saya," kisah istri Wawan.

Istri pulang ke rumah orang-tuanya, Wawan justru merasa senang. "Kenapa tidak dari kemarin?" ujar Wawan ketika istrinya berangkat pergi.

Di tengah waktu senggang, Wawan justru menghabiskan waktu dengan menonton film-film BF. Bahkan bisa hingga pukul 4 pagi. "Waktu itu rasanya senang sekali. Pada istri pun sudah tidak memiliki nafsu. Tak terpikir untuk memiliki hubungan lebih dekat, yang ada hanya ingin ganti istri saja," ujar Wawan.

Istrinya berkata, "Yang saya hanya inginkan hanya bercerai saja. Sampai saya telpon dia, saya tanya apakah surat cerainya sudah jadi atau belum."

Demi mewujudkan kebebasannya, Wawan mengurus ke catatan sipil. Perceraiannya tinggal selangkah lagi. Selagi mengurus surat perceraian, ternyata bayarannya masih kurang setengah lagi. Ia pun menelepon teman-temannya untuk meminjam uang. Tetapi ternyata semua yang ia telepon sedang tidak bisa untuk membantunya. Karena kurang uang bayaran, ia pun menunda pengurusan surat cerainya.

Satu minggu sudah Wawan menunggu namun tak seorang pun yang memberikan pinjaman kepadanya.

Di rumah mertuanya, anaknya merasakan kangen kepada Wawan. Ternyata istrinya pun merasakan kangen juga kepadanya. "Lama tidak bertemu suami, ternyata saya merasakan kangen juga kepadanya. Mungkin karena saya masih merasakan cinta kepadanya. Saya bawa anak saya, alasan saya untuk menelepon," ungkap istri Wawan.

Dari perbincangan Wawan dengan anak dan istrinya, Wawan mendengarkan kerinduan anaknya padanya.

Yesaya SetiawanSelang beberapa hari kemudian, istrinya membawa anaknya ke rumah mereka. Wawan pun kangen-kangenan dengan anaknya. "Di hati saya, saya kok kangen sekali padanya. Walaupun saya sering disiksa, sering dipukul, tidak dikasih uang... Tetapi mungkin itu karena saya cinta," kisah istrinya.

Kembalinya Henny ke pangkuan suaminya justru menjadi malapetaka bagi dirinya. Wawan tidak pernah berubah. Malah semakin kasar. Pernah suatu ketika istrinya ingin pergi untuk pemahaman Alkitab, ia malah dilarang oleh Wawan. Mereka bertengkar sampai-sampai Wawan merobek semua buku pelajaran PA istrinya. Hati istrinya hancur. Ia berangkat sekolah sambil menangis karena sedih.

Wawan tak sedikit pun mempedulikan perasaan istrinya. Ia tetap memilih memuaskan nafsunya. Saat Wawan siap mengumbar nafsu liarnya, tiba-tiba sebuah peristiwa aneh terjadi.

"Anehnya setiap saya mau berhubungan ke arah situ selalu teringat akan istri. Terbayang wajah istri sambil mendengar, ‘Istri kamu saja belum bisa kamu senengin.' Setiap begitu membuat saya mengurungkan niat saya," kisah Wawan.

Tanpa Wawan sadari, setiap doa-doa yang selama ini istri Wawan panjatkan, mulai mengusik batinnya. Sebuah kejadian pertanda buruk pun terjadi saat Wawan tiba di rumah.

"Begitu buka sepatu... begitu kaos kaki ditarik... Kuku kaki saya ikut terlepas. Berdarah. Mungkin Tuhan tidak suka dengan apa yang saya lakukan," kisah Wawan.

Wawan merasa dirinya sangat berdosa. Ia pun berdoa. Tiba-tiba ada peristiwa gaib terjadi padanya. "Tiba-tiba di depan saya itu ada wajah. Saya terperangah, kaget. Bersinar... terang... Tidak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya tersenyum. Saya sukacita sekali melihatnya. Saya bahagia sekali. Saya merasa hidup di dunia ini mulai dihargai."

Yesaya SetiawanTak hanya sampai disitu, Wawan bermimpi mengenai kenyataan yang mengerikan akan hari kiamat. "Matahari dan bulan menjadi merah. Dimana benda-benda langit itu berjatuhan. Jika jatuh membikin lubang dan langsung menjadi debu. Saya mendengar teriakan-teriakan menyayat. Orang-orang menjerit-jerit. Saya melihat satu malaikat mencabut pedang. Pedangnya itu bersinar. Pedang itu diletakkan di ubun-ubun saya, dimasukkan ke dalam kepala saya. Ditekan terus... Apa yang sudah terjadi saat itu, ya itu yang harus saya pertanggung-jawabkan. Saya ingat saya hidup tidak takut akan Tuhan, tidak takut pada dosa. Dan ternyata... hari penghakiman itu ada."

Wawan pun melanjutkan, "Setelah mimpi itu, rasa dalam hidup ini hanya mau untuk menguduskan diri. Terus mencari Tuhan..."

Mimpi itu meninggalkan kesan yang mendalam dalam benaknya. Wawan pun mulai membaca sebuah Buku. Buku yang dahulu ia robek-robek itulah yang Wawan baca. Ternyata sampulnya sudah di-lem, sudah dibenarkan oleh istrinya.

"Karena saya malu sama istri, saya bacanya ngumpet-ngumpet. Disitu saya temukan, ‘Kuduslah kamu, karena Aku kudus.' Disitu saya mau mengenal Tuhan lebih jauh lagi. Saya mau hidup di dalam Tuhan. Karena saya punya prinsip, ketika saya dekat sama Tuhan, pasti otomatis segala sesuatunya menjadi baik."

Wawan merasakan seperti ada yang menuntun dirinya. Ia mulai merasa jijik. Jijik melihat hal-hal pornografi. Dan segala sesuatu yang berbau mistik, seperti jimat-jimat pun ia bakar semua. Wawan memutuskan untuk meninggalkan semua dosa yang pernah dilakukan selama hidupnya. Dan saat ini ia melakukan segala tanggung-jawabnya secara utuh sebagai seorang suami dalam kehidupan rumah tangganya.

"Iya, saya merasakan sukacita. Itu merupakan surprise dari suami. Di hati ini saya merasakan benar-benar ada yang plong sekali. Tidak terbatas rasanya. Saya merasakan seperti pengantin yang baru menikah. Perhatiannya besar," ungkap istri Wawan melihat perubahan karakter suaminya.

Wawan pun berujar, "Rumah-tangga kami mulai harmonis. Dunia hanya menjanjikan, tetapi dunia tidak menyelamatkan. Faktor ekonomi sudah tidak lagi menjadi hambatan. Jika dahulu istilahnya hanya ada lima pulih ribu aja bisa teriak, jika sekarang meski ada lima ribu tetap bisa mengucap syukur. Narkoba atau perempuan membuat kita terpuruk, menderita, dan hina. Hanya di dalam Yesuslah, itu yang menjadikan kita mulia." (Kisah ini ditayangkan 31 Agustus 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Yesaya Setiawan

Yesaya Setiawan


Sumber : V091209113756
Halaman :
1

Ikuti Kami